Salah satu bahaya menjadi tua adalah derita jiwani
yang disebut post power syndrom. Ini adalah adalah nafsu kuasa di kala
sudah tak memiliki kekuatan individual dan sosial. Karena ketuaannya kekuatan
fisik pada umumnya merosot. Orang sudah tak dapat bereaksi dan bergerak cepat
seperti dulu. Karena ketuaannya kekuatan intelektual makin terbatas. Orang
mulai sulit memahami hal-hal baru bahkan hal lama mudah terlupakan sehingga
yang kini dijalani pun bisa kurang disadari. Di dalam hubungan sosial, karena
ketuaannya orang makin berkurang peran sebagai penentu kehidupan bersama. Akan
tetapi, karena kurang mampu menerima realita diri, orang dapat jatuh pada hidup
yang tidak bijak. Dia dapat berjuang tampil seperti ketika masih kuat, masih
berkuasa, masih berperan menentukan. Padahal sikap dan perilaku ini dapat
menimbulkan suasana tidak enak bahkan memuakkan bagi orang lain. Dan yang
paling celaka, apabila orang lain berani menolak sikap dan perilakunya, orang
demikian akan menderita sakit hati dan selalu mengalami ketegangan bahkan
tekanan batin. Tentu saja kondisi kejiwaan seperti ini akan memudahkan
penyakit-penyakit medis bermunculan. Inilah post power syndrom.
Dalam hal ini barangkali ada dua ayat Kitab Suci yang
dapat membantu untuk memberikan pencerahan. Ayat-ayat yang kiranya sangat bermakna:
1) "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya,
memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku." (Luk 9:23, selengkapnya
baca ay 23-26); 2) "Karena tubuh juga tidak terdiri dari satu anggota,
tetapi atas banyak anggota." (1Kor 12:14, selengkapnya baca ay 12-31).
Yang pertama mengingatkan orang bahwa ikut Yesus terutama dengan pengembangan
sikap "menahan diri" berhadapan dengan realita harian yang tidak
menyenangkan bahkan membuat derita. Yang kedua mengingatkan orang bahwa hidup
itu tidak sendirian tetapi selalu dalam ikatan kebersamaan dengan orang-orang
lain. Di sini setiap orang hanya memiliki peran tertentu sebagai bagian dari
keseluruhan, sehingga setiap orang untuk hidup enak harus terbuka terhadap
peran banyak orang.
Berdasarkan terang ayat-ayat tersebut, barangkali
orang dapat menemukan dua macam obat mencegah dan atau mengatasi post power
syndrom. Pertama, latihan ngampet
atau menahan diri untuk tidak berkomentar dan berreaksi kalau berhadapan dengan
hal-hal yang tidak cocok dan atau menyenangkan. Kedua, latihan terbuka ambil bagian orang lain bahkan
ikut melakukan yang diusulkan dan ditentukan oleh orang lain. Orang yang belum
mengalami kemunduran raga, cipta, rasa pun perlu mengembangkan latihan seperti
ini. Barangkali dua obat itu terasa tak enak. Tetapi pahit apapun, obat selalu
memberi kesegaran bahkan kesembuhan. Setiap latihan, dan kalau sudah biasa akan
jadi enak. Maka setiap latihan rohani (karena dengan landasan kerohanian dari
Kitab Suci) akan mengembangkan orang mampu menghayati habitus baru berdasarkan
Injil.
0 comments:
Post a Comment