Diambil dari Facebook Rama Bms Suryasudarma, SJ, 6 Maret 2013
Manusia diketahui memiliki jam tubuh, yang ritmenya berbeda dari person yang satu ke person lainnya. Namun adapula yang ritmenya terbalik dari ritme bangun dan tidur lokal. Inilah yang menjadi fenomena menarik di kalangan peneliti ritme tidur. Mengapa ada yang ritme tidur dan bangun seolah melawan kondisi lokal? Gen mana yang bertanggung jawab atas ritme tersebu? Juga apakah gangguan ritme tidur dapat diobati? Rangkaian pertanyaan itu terus mengusik para peneliti chronobiologi. Di pagi hari jam tubuh kita menyuruh kita bangun dengan memproduksi adrenalin serta hormon lainnya, tekanan darah meningkat dan kita siap menghadapi kehidupan hari itu. Namun jam tubuh juga memiliki siklus naik turun. Sepanjang hari kita tidak selalu dalam kondisi fit, namun ada periode tertentu di mana kita merasa lelah, mengantuk atau kehilangan konsentrasi. Gen yang mengatur ritme siang dan malam dalam tubuh seekor lalat ditemukan oleh para ahli biologi molekular AS pada tahun 1971. Mereka menamai gen itu sebagai periode. Dengan merekayasa gennya para ahli dapat mengendalikan periode aktif atau istirahat pada lalat tersebut. Namun baru di tahun 90-an para ahli menemukan gen jam tubuh lainnya, yang mempengaruhi ritme bangun dan tidur pada binatang menyusui. Ternyata jam tubuh binatang menyusui tidak tepat berdetak dalam periode 24 jam, terkadang lebih atau juga kurang.
Pada tahun 70-an Jürgen Aschoff dari institut Max-Planck melakukan penelitian ritme jam biologis manusia. Di sebuah bunker bawah tanah yang dibangun di München beberapa orang relawan dikurung dan diisolasi dari dunia luar. Untuk mengukur aktivitas para relawan dipasang alat pengukur gerakan di lantai. Hasilnya menunjukan bahwa ritme bangun dan tidur para relawan panjangnya 25 jam. Jam biologis dalam tubuh manusia berdetak lebih lambat dari rotasi Bumi. Mengapa para ahli ngotot meneliti siklus bangun dan tidur? Sasarannya antara lain untuk mengetahui lebih jelas siklusnya, gen atau hormon penyebabnya serta mencari metode pengobatan baru bagi gangguan tidur. Sebab gangguan pada siklus normal tidur terbukti seringkali menimbulkan penyakit fisik, mental maupun perilaku kronis. Gangguan tidur memang merupakan penyakit yang baru belakangan ini mendapat perhatian. Untuk sinkronisasi siklus tidur manusia membutuhkan waktu atau pengobatan.
Para ahli kini mengetahui paling tidak bagaimana mekanisme dan fungsi jam biologis tersebut. Prinsipnya beberapa jam genetika membangkitkan fungsi tertentu dalam sel. Fungsi ini memicu produksi berbagai hormon maupun protein dalam tubuh, yang bertindak sebagai skaklar yang mematikan mekanisme gen jam biologis. Dalam siklus tertentu hormon dan protein ini meluruh, sehingga gen jam tubuh aktif lagi. Begitu berulang kali terjadi dalam sehari, sehingga terciptalah ritme bangun dan tidur. Dalam siklus normal sekitar pukul 6 pagi produksi adrenalin dan hormon lainnya memuncak dan memicu naiknya tekanan darah. Namun sekitar 4 jam kemudian, akibat terurai dalam tubuh, kadar adrenalin tersebut menurun, sehingga tubuh merasa lelah dan meminta istirahat. Di Jerman biasanya sekitar pukul 10 pagi para pekerja mengaso sebentar untuk minum kopi dan memulihkan tenaga. Jam tubuh kembali memicu produksi adrenalin, hormon dan protein, sehingga tubuh menjadi segar dan bertenaga lagi sampai turunnya lagi kadar adrenalin sekitar 4 jam kemudian. Begitulah siklusnya berulang dalam sehari.
Para ahli chronobiologi juga membuat kategori "orang yang biasa bangun pagi" dengan "orang yang biasa tidur sampai siang" berdasarkan kode genetiknya. Jam tubuh seseorang amat sulit diubah. Artinya orang yang biasa bangun pagi tidak bisa dipaksa untuk tidur sampai siang atau sebaliknya. Sebab secara genetika pada waktu yang sudah baku gen jam tubuh bangun dan memicu produksi hormon yang membuat tubuh siap untuk melakukan aktivitas. Dengan pengetahuan itu kondisi jet-lag yang dialami seseorang, jika terbang melawati batasan waktu lokal, juga dapat secara cepat dipulihkan. Misalnya dengan terapi cahaya, yang memicu agar jam tubuh segera menyesuaikan diri dengan kondisi yang baru. Selain itu metode pengobatan gangguan tidur juga dapat diperbaiki, sebab para ahli dapat mengetahui apa penyebab gangguannya: apakah karena penyakit konvensional atau gangguan genetika. Jadi masalah tidur memang tidak sesederhana yang kita duga, karena terdapat mekanisme rumit yang mengaturnya pada tingkatan molekular di dalam tubuh kita.
Deutsche Welle
Rubrik Ilmu Pengetahuan dan Tehnologi
18 Juni 2001
(Dari Kumpulan Pribadi Artikel Ilmiah)
Terhadap sajian ini ada komentar-komentar yang daat dikutip :
- Dominicus Bambang Sutrisno Waktu aku SMA, dalam misa aku biasa tertidur. Ibuku membawaku ke Rama Soetapanitra SJ. Rama ngandika: "Wong ki nek jero imane, mesthi gampang turu". Padahal sampai kini aku masih gampang tidur je? Piye ya, ma? He he he ......
- Ingchuen Lim mungkin suara pastor memang bisa buat pengantar tidur, apalagi kalau suhu udara di gereja panas. Dulu klo dengar pastor berkhotbah otomatis mataku ngantuk hampir ga bisa ditahan. Tp sekarang gerejanya udah dikasih AC, ga pernah ngantuk lagi.
- Dominicus Bambang Sutrisno Aku nek dadi umat hingga kini ya tetep gampang les. Sehingga dalam misa komunitas kerep klakon le misa bar persembahan langsung Bapa Kami ha ha ha .....
- Bms Suryasudarma Orang lain sampai minum obat agar bisa tidur, maka sebaiknya disyukuri di hadapan Sang Khalik kalau dianugerahi gampang tidur. Katanya orang yang gampang tidur nantinya juga akan gampang meninggalnya, karna tidur memang mengandung kepasrahan kepada Sang Khalik, sesama dan alam semesta. Kalau orang masih khawatir, was-was, takut, marah, tak 'sumeleh' artinya tak beres/percaya pada Sang Khalik, sesama dan alam semesta juga tak akan bisa tidur. Aku misah ingat confrater kita, Rama T Suyudanta, SJ. Kalau aku bonceng dengan vespa biasanya dia juga tertidur dengan kepala yang ber-helm menjatuhi helmku di bagian belakang. Demikian juga kalau naik mobil ber-AC, beberapa menit setelah masuk mobil dia juga tertidur dengan enak-nyaman. Dan akhirnya Rama T Suyudanta, SJ juga meninggal dalam keadaan tidur, ketika mobilnya nabrak tronton di Indramayu, artinya meninggalnya juga gampang, sama seperti tidurnya dalam keseharian. Malahan terkadang aku sedikit banyak ngiri sama mereka yang gampang tidur. Aku tak kesulitan tidur, tetapi tak segampang tidur Rama Bambang dan Rama Suyud.
- Bms Suryasudarma Rama Bambang, kita juga masih ingat sering gantian tidur sewaktu kuliah di IFT Kentungan, lebih-lebih pada kuliahnya Rama Berth, SCJ, ha-ha-ha ... lalu saling membuatkan pertanyaan agar sehabis bangun tidur bisa bertanya, sehingga kita dikira aktif melek mendengarkan sepanjang kuliah beliau. Maka mari kita mohon maag kepada beliau yang sudah di sorga, mumpung ini masa pra-Paska, masa bertobat.
0 comments:
Post a Comment