Berbicara tentang model ngetrend atau mengikuti zaman, orang biasa mengkaitkannya dengan hal-hal produksi zaman kini. Dalam komunikasi orang dapat mengkaitkan dengan alat-alat hasil tekhnilogi informasi seperti HP, BB, Ipad, Laptop, komputer yang memiliki fasilitas canggih bukan sekedar untuk telepon, SMS dan ngetik. Kemapuan dan kebiasaan berinternetan kerap dijadikan bukti orang ngetrend atau tidak. Dalam berbicara dan berbahasa orang dapat mengkaitkannya dengan kemampuan berapa macam bahasa asing. Dalam bernyanyi orang dapat mengkaitkannya dengan kemampuan menguasai lagu-lagu masa kini. Dalam berdandan orang dapat mengkaitkannya dengan mode pakaian yang kini banyak digandrungi. Pokoknya yang kini marak dan jadi arus umum lintas bangsa, lintas negara, lintas budaya, lintas agama dan lintas-lintas lain dapat menjadi ukuran orang ngetrend atau tidak. Dengan ukuran seperti ini, orang dapat memaklumi bahwa kaum tua adalah kaum "jadul", kaum jaman dulu atau kolot.
Tampaknya cap jadul untuk kaum tua dikuatkan oleh gejala tak sedikit kaum tua yang mengalami kebingungan berhadapan dengan generasi yang lebih muda, dengan kaum muda, dengan remaja dan dengan anak-anak. Kerap terjadi golongan muda, remaja dan anak merasa terganggu dengan kehadiran kaum tua. Banyak omongan, pendapat dan tampilan mereka dinilai negatif oleh yang tua. Kata-kata "Anak sekarang!" dapat bernuansa menyakitkan karena menjadi ungkapan bentuk buruk dibandingkan dengan kata "Duluu ..." yang menjadi kata depan pameran kisah tindakan dan omongan kaum tua. Dari sini tampaknya kaum tua akan ngetrend atau tidak juga ditentukan oleh kemampuannya sambung komunikasi dengan generasi lain atau tidak. Pada hemat saya "sambung komunikasi lintas generasi" lebih menentukan kemampuan ngetrend kaum tua dibandingkan dengan kemampuan mengoperasionalisasikan hal-hal produksi masa kini. Dalam hal ini saya akan mensharingkan pengalaman yang barangkali dapat dipakai sebagai bahan refleksi.
Pengalaman kecil itu menyadarkan saya bahwa kaum muda masih menerima saya yang sudah masuk golongan kaum tua. Saya kini paham mengapa ada kaum muda yang meminta saya memimpin Ekaristi Kaum Muda. Barangkali kemampuan hati bersambunglah yang menentukan apa orang masih bermakna dan berfungsi atau tidak untuk masa kini. Pada hemat saya istilah ngetrend lebih berkaitan dengan kemampuan hidup yang bermakna dan berguna untuk masa kini. Masa kini bukan hanya milik kaum muda, remaja dan anak. Masa kini juga milik kaum tua. Kaum muda yang sungguh ngetrend adalah yang dapat sambung bermakna dan bermanfaat bagi kaum tua. Kaum tua ngetrend adalah orang tua yang bermakna dan berfungsi bagi yang muda. Ngetrend adalah soal kemampuan SAMBUNG HATI LINTAS GENERASI. Bahwa ada perbedaan bentuk dan ungkapan, hal ini tidak menjadi soal. Yang pokok kemampuan jumpa hati. Bentuk lama dan baru harus sama-sama mendapat tempat sebagaimana kata Yesus "Begitu pula anggur yang baru tidak diisikan ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian kantong itu akan koyak sehingga anggur itu terbuang dan kantong itu pun hancur. Tetapi anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula, dan dengan demikian terpeliharalah kedua-duanya" (Mat 9:17). Saya, yang sudah tidak mampu mengikuti khasanah lagu-lagu baru, tidak akan terhalang hanya karena memakai khasanah lama, macapat. *Rama Bambang
0 comments:
Post a Comment