Tak sedikit kaum tua yang sadar atau tidak sadar
mengalami tekanan batin karena sudah tak sehebat dahulu. Segalanya jadi
terbatas. Keuangan dapat menyusut. Kegiatan sudah tak segemuruh dulu.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi (IPTEK) membuat kebanyakan kaum
tua menjadi kecil. Kecil wawasannya, kecil langkah geraknya. Segalanya menjadi
terbatas. Terbatas kekuatan raga, terbatas kekuatan cipta, terbatas kekuatan
kepekaan. Dalam keadaan seperti ini orang tua dapat merasa tersisihkan,
terpinggirkan, bahkan terlupakan.
Akan tetapi, segala gundah galau seperti itu hanya
terjadi bila orang dalam ketuaannya berjiwa kerdil hasil dari rasa tamak akan
mempertahankan yang sudah lewat. Bila jiwa terbuka pada yang ilahi, kaum tua
dapat bersemangat karena kata-kata ilahi : "Orang benar akan bertunas
seperti pohon korma, akan tumbuh subur seperti pohon aras di
Libanon; mereka yang ditanam di bait TUHAN akan bertunas di pelataran
Allah kita. Pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar,
untuk memberitakan, bahwa TUHAN itu benar, bahwa Ia gunung batuku dan tidak ada
kecurangan pada-Nya." (Mazmur 92:13-16)
Bagaiakan tumbuhan, kalau orang ditanam dalam bait Tuhan, kaum tua pun akan tetap mampu menjadi
sumber kesegaran untuk ikut membawa cakrawala sukacita (warta Injili).
Berkaitan dengan istilah bait Tuhan, ini adalah relung hati karena di sinilah
Roh Kudus bertahta. Dengan demikian, bila orang tua makin mengembangkan
kemampuan olah hati, makin tua orang makin kuatlah dia menjalani realita hidup.
Yang disebut hidup adalah kondisi segar karena orang dapat menghayati segala
kebaikan sesuai dengan situasinya. Misalnya, situasinya sudah kena penyakit
diabet. Dengan kesadaran batin karena olah hati, orang akan kuat hidup dalam
kedisiplinan orang berguladarah tinggi. Hasilnya pasti bisa jauh lebih segar
dari pada ketika belum kena gula darah. Ada yang kini merasa lebih segar dari 4
tahun yang lalu. Dalam kondisi diabet, orang ini membiasakan diri mengganti
nasi dengan makan banyak sayur dan buah. Padalah sebelumnya kalau tidak nasi
gudeg atau nasi goreng atau bakmi, orang ini belum merasa makan. Kini dia dapat
bertahan berdiri selama 1 jam. Padahal sebelumnya dalam tempo 5 menit kaki
sudah merasa sakit. Kini orang ini pun bisa kena hujan setiap sore dan tidak
masuk angin sebagaimana dulu biasa terjadi. Orang ini sekarang sudah lewat 62
tahun. Hidupnya segar dan mudah gembira. Banyak orang menyukai kehadirannya
walau yang dilakukan sudah tak sehebat 10 tahun yang lalu.
Berkaitan dengan makin sedikit yang dilakukan, hal ini
juga bukan masalah. Sebenarnya yang menentukan nilai hidup bukan yang
kuantitatif tetapi yang kualitatif. Walau masih segar, orang yang tak
berkualitas (ditanam dalam baik Tuhan) harganya juga rendah. Kita dapat
meresapi Sabda Tuhan "Dan tidak seorang pun yang telah minum anggur
tua ingin minum anggur yang baru, sebab ia akan berkata: Anggur yang tua itu
baik" (Lukas 5:39). Untuk anggur tua, orang cukup meminum sedikit saja dan
badannya akan hangat dan segar. Gerak aktif sedikit pun dalam ketuaan, kalau
muncul dari penghayatan iman, akan menyemarakkan kehidupan yang lebih luas. Small
is beautiful. Yang kecil ternyata indah juga.
0 comments:
Post a Comment