Rama Yohanes Harjaya, Pr. Dulu seorang Vikaris Jendral
(Vikjen) pada zaman Rama Kardinal Yulius Darmaatmadja jadi Uskup Agung
Semarang. Bahkan beliau adalah Administrator Diosesan semasa tahta Keuskupan
Agung Semarang ditinggalkan oleh Rama Kardinal pindah jadi Uskup Agung Jakarta.
Beliau juga menjadi Vikjen pertama dalam kepemimpinan Mgr. Ignatius Suharyo
sebagai Uskup Agung Semarang.
Kini Rama Harjaya adalah salah satu penghuni Wisma
Domus Pacis Puren bersama enam rama yang lain. Tetapi ada perbedaan menyolok
antara beliau dengan keenam rama lain. Rama Agoeng jelas masih berhubungan
dengan banyak orang bahkan melanglang dalam dan luar negri sebagai orang Komisi
Komunikasi Sosial (Komsos). Rama Jaka masih segar bugar ke sana-sini antar kota
bahkan provinsi bila sudah berada di belakang setir mobil. Rama Tri Wahyono
masih mempunyai tamu-tamu khusus dan aktif berteleponria. Rama Harta memiliki
jam kerja khusus menerima orang-orang yang datang untuk konsultasi dan minta
doa di samping relasi lewat sms yang banyak. Rama Yadi dan Rama Bambang masih
biasa berada mejeng di hadapan umat berbekal motor roda tiganya. Tetapi Rama
Harjaya adalah sosok yang sudah berada dalam dunianya. Ibarat komputer kena
virus, beliau sudah kehilangan data sekecil apa pun untuk diingat dan
disampaikan ke orang lain. Rangkaian kata pun sudah tidak dapat muncul dari
beliau. Tak ada ekspresi untuk gembira. Susah pun hilang dari kamusnya.
Keinginan pun sudah jauh dari beliau. Dorongan rasa lapar dan haus harus
ditafsir oleh yang melayani. Buang hajat dan air kecil bisa terjadi
sewaktu-waktu. Segalanya harus dilayani.
Dibandingkan sebelum September 2011, kini Rama Harjaya
berbadan sehat, bersih dan biasa berdandan rapi. Fasilitas makan dan
perlengkapan lain selalu tersedia dan diperhatikan. Bahkan kini ada televisi
tergantung di tembok atas, karena Rama Harjaya biasa memandang tayangan
orang-orang. Rama Harjaya memang sudah di luar perhatian umat pada umumnya.
Bahkan rekan-rekan seimamat pada umumnya tidak memasukkan beliau dalam agenda
pembicaraan. Rama Harjaya menjadi yang tersembunyi di Domus Pacis. Tetapi,
sebagaimana dikatakan oleh Henri Noewen dalam Jesus A Gospel (Kanisius,
2012 hal. 37), "Dalam pandangan Allah, yang paling berarti sering kali
adalah yang paling tersembunyi." Rama Harjaya memang menjadi amat penting
untuk menilai apakah di Domus Pacis ada yang mencerahkan atau tidak. Segala
kisah cerah tentang Rama Harjaya terjadi ketika di Domus Pacis terjadi perkembangan
kehidupan komunitas di antara para rama. Dua tiga orang rama yang sungguh
bersekutu dalam Yesus menjadi tanda dan sarana terasanya penyertaan ilahi.
Inilah yang terjadi di Domus Pacis sehingga dengan berbagai kekurangan dan
hambatan yang ada, ada saja rama dan karyawan yang tergerak hati kasihnya
membawa kedamaian dan kesejahteraan untuk semua warganya. Suasananya memang
tua, tetapi tak membuat renta. Penyakit-penyakitnya memang meraba-rama, tetapi
tak membuat sengsara.
0 comments:
Post a Comment