Pada Kamis 28 Februari 2013 Rama Wiyono dari Paroki Pugeran datang ke Domus. Beberapa hari lalu beliau memang sudah tiga kali menelepon saya. Beliau bilang akan membawa anak-anak binaan latihan gamelan (alat musik tradisional Jawa) dan kelompok penyanyinya. Anak-anak ini akan dibawa di Domus Pacis. Saya lewat telepon memberikan informasi bahwa gamelan yang ada di Domus banyak yang putus talinya dan sudah banyak yang fals. Maka saya memohon Rama Wiyono untuk melihat lebih dahulu. Dalam kunjungan kemarin, Rama Wiyono memang melihat bahwa gamelan sudah tidak layak pakai. Harus diservis total.
Tampaknya berita tentang Rumah Tua Domus Pacis dengan suasana menyenangkan dan membuat dinamis bagi para penghuninya, hal ini menjadi sesuatu yang "aneh". Lembaga pastoral tertentu yang memperhatikan pendampingan kaum tua pernah menyempatkan diri datang dan mewawancarai saya. Orang-orang lembaga ini sudah observasi ke rumah-rumah tua seperti di Girisonta (SJ), Candi Semarang (FIC), Banyumanik (CSA) dan Santa Anna (CB). Mereka heran akan dinamika yang terjadi di Domus Pacis. Majalah HIDUP dan PERABA juga sudah menayangkan suasana senja gembira Domus Pacis. Semboyan "Tua Gembira, Sakit Tak Sengsara, Mati Masuk Sorga" membuat penghuni dengan segala keterbatasan kondisi geraknya masih berjuang ikut merasul demi Gereja syukur ada manfaat demi masyarakat umum. Bahkan dari Domus Pacis mulai dirintis pastoral khusus PIKATU (Pendampingan Iman Kaum Tua). Penghayatan hidup berkomunitas sebagai murid-murid Yesus membuat rasa sepi tererosi bahkan jadi asing. *Rama Bambang
0 comments:
Post a Comment