Sabtu, 19 Juli 2014
Hari Biasa
warna liturgi Hijau
Bacaan:
Mi. 2:1-5; Mzm. 10:1-2,3-4,7-8,14; Mat. 12:14-21. BcO Ayb. 7:1-21
Matius 12:14-21:
14
Lalu keluarlah orang-orang Farisi itu dan bersekongkol untuk membunuh
Dia. 15 Tetapi Yesus mengetahui maksud mereka lalu menyingkir dari sana.
(12-15b) Banyak orang mengikuti Yesus dan Ia menyembuhkan mereka
semuanya. 16 Ia dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa Dia,
17 supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: 18
"Lihatlah, itu Hamba-Ku yang Kupilih, yang Kukasihi, yang kepada-Nya
jiwa-Ku berkenan; Aku akan menaruh roh-Ku ke atas-Nya, dan Ia akan
memaklumkan hukum kepada bangsa-bangsa. 19 Ia tidak akan berbantah dan
tidak akan berteriak dan orang tidak akan mendengar suara-Nya di
jalan-jalan. 20 Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan
sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia
menjadikan hukum itu menang. 21 Dan pada-Nyalah bangsa-bangsa akan
berharap."
Renungan:
Melihat perkembangan dunia politik
Indonesia saat ini terasa sekali bahwa pertemanan dalam satu koalisi
sangatlah rentan. Perkelompokan yang awalnya tampak kental makin hari
makin terasa cair kala kekuatan yang diharapkan tak mampu memenuhi
ekspektasinya. Mereka hanya berkelompok pada orang kala dirasa orang
tersebut kuat. Namun ketika yang dijagokan melemah mereka pun berusaha
menempel yang kuat. Tentu perilaku ini memuat aneka macam alasan.
Hal
berbeda ditampilkan oleh Yesus. "Buluh yang patah terkulai tidak akan
diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya,
sampai Ia menjadikan hukum itu menang" (Mat 12:20). Yesus memelihara
persahabatan bukan atas dasar kekuatan kawannya. Mereka yang melemah
dikuatkan, mereka yang kuat dijaga. Mereka yang rapuh tak dipatahkan.
Sebagai
murid Kristus kita pun dipanggil menjadi sahabat-sahabat sejati bagi sesama
kita. Tidak selayaknya kita hanya bersahabat dengan sesama kita kala
mereka kuat dan punya posisi. Pada mereka yang menjadi rapuh kita mesti
hadir dan menguatkannya. Pada mereka yang layu kita dipanggil untuk
menyegarkan kembali. Persaudaraan kita bukan karena kekuasaan tetapi karena
kesadaran akan putera-puteri Tuhan.
Kontemplasi:
Pejamkan
matamu dan bayangkan Yesus yang mendatangimu dan mengatakan, "Buluh yang
patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya
tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang."
Refleksi:
Apa tipikal persahabatanku dengan sesamaku?
Doa:
Ya
Yesusku, aku sungguh bersyukur mengimaniMu. Engkau tak pernah
membiarkanku patah dan padam. Engkau telah mengangkatku menjadi
sahabatMu. Engkaulah sahabat sejatiku. Amin.
Perutusan:
Aku tidak akan meninggalkan teman-temanku yang lagi lemah.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment