Senin, 07 Juli 2014
Maria Romero Meneses
warna liturgi Hijau
Bacaan:
Hos. 2:13,14b-15,18-19; Mzm. 145:2-3,4-5,6-7,8-9; Mat. 9:18-26. BcO Ams. 3:1-20.
Matius 9:18-26:
18
Sementara Yesus berbicara demikian kepada mereka, datanglah seorang
kepala rumah ibadat, lalu menyembah Dia dan berkata: "Anakku perempuan
baru saja meninggal, tetapi datanglah dan letakkanlah tangan-Mu atasnya,
maka ia akan hidup." 19 Lalu Yesuspun bangunlah dan mengikuti orang itu
bersama-sama dengan murid-murid-Nya. 20 Pada waktu itu seorang
perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan maju
mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jumbai jubah-Nya. 21 Karena
katanya dalam hatinya: "Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh."
22 Tetapi Yesus berpaling dan memandang dia serta berkata: "Teguhkanlah
hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau." Maka sejak saat
itu sembuhlah perempuan itu. 23 Ketika Yesus tiba di rumah kepala rumah
ibadat itu dan melihat peniup-peniup seruling dan orang banyak ribut,
24 berkatalah Ia: "Pergilah, karena anak ini tidak mati, tetapi tidur."
Tetapi mereka menertawakan Dia. 25 Setelah orang banyak itu diusir,
Yesus masuk dan memegang tangan anak itu, lalu bangkitlah anak itu. 26
Maka tersiarlah kabar tentang hal itu ke seluruh daerah itu.
Renungan:
Setiap
orang pasti pernah mengalami sakit, walau mungkin hanya sekedar masuk
angin. Saat sakit itu datang segala sesuatu terasa tidak nyaman. Udara
segar terasa gerah. Makanan enak pun terasa pahit dan hambar. Semua
terasa tidak nyaman.
Si ibu dalam Injil mengalami pendarahan selama
12 th. Saya membayangkan selama kurun waktu itu dia sudah berusaha
kesana kemari untuk mendapatkan kesembuhan. Ada masa-masa penuh harap, ada
pula masa-masa putus asa. Ketika mendengar tentang Yesus harapannya menguat.
Ia pun berusaha menemuiNya. Namun karena posisinya ia tidak bisa
langsung bertatap muka dengan Yesus. Walau demikian harapannya tak pupus. Ia
datangi Yesus dan menyentuh jumbai jubahNya. "Asal kujamah saja
jubah-Nya, aku akan sembuh" (Mat 9:21). Harapan dan keyakinan si ibu
menggerakkan kuasa Yesus untuk menyembuhkannya. "Teguhkanlah hatimu, hai
anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau" (Mat 9:22).
Dalam
situasi apapun, khususnya dalam kondisi lemah, marilah kita menguatkan
harapan kita pada Yesus. Harapan yang kuat kepadaNya akan menghadirkan
karya kehidupan yang melebihi harapan kita.
Kontemplasi:
Duduklah
di suatu tempat yang sangat tidak nyaman bagimu. Pejamkan matamu,
rasakan dan nikmati ketidaknyamanan tersebut sampai anda merasa biasa
berada di tempat tersebut.
Refleksi:
Bagaimana membangun harapan di situasi yang melelahkan dan bisa membuat putus asa?
Doa:
Tuhan, semoga aku mempunyai iman dan harapan si ibu yang Kausembuhkan karena memegang jumbai jubahMu. Amin.
Perutusan:
Aku akan menjaga harapanku kepada Yesus.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment