Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Saturday, July 26, 2014

Sabda Hidup

Minggu, 27  Juli 2014
Hari Minggu
Biasa XVII
warna liturgi Hijau
Bacaan:
BcE 1Raj. 3:5,7-12;  Mzm. 119:57,72,76-77,127-128,129-130; Rm. 8:28-30;  Mat. 13:44-52. BcO Ayb. 28:1-28

Matius 13:44-52:
44 "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu. 45 Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. 46 Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu." 47 "Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama pukat yang dilabuhkan di laut, lalu mengumpulkan berbagai-bagai jenis ikan. 48 Setelah penuh, pukat itupun diseret orang ke pantai, lalu duduklah mereka dan mengumpulkan ikan yang baik ke dalam pasu dan ikan yang tidak baik mereka buang. 49 Demikianlah juga pada akhir zaman: Malaikat-malaikat akan datang memisahkan orang jahat dari orang benar, 50 lalu mencampakkan orang jahat ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. 51 Mengertikah kamu semuanya itu?" Mereka menjawab: "Ya, kami mengerti." 52 Maka berkatalah Yesus kepada mereka: "Karena itu setiap ahli Taurat yang menerima pelajaran dari hal Kerajaan Sorga itu seumpama tuan rumah yang mengeluarkan harta yang baru dan yang lama dari perbendaharaannya."

Renungan:
Dinamika keyakinan-kerelaan-kebahagiaan menjadi gambaran Kerajaan Allah. Kisah-kisah yang dipakai sebagai perumpamaan diawali oleh keyakinan pembeli tanah, pedagang dan nelayan mempunyai akar sesuatu. Keyakinan itu diikuti oleh kerelaan mereka. Si pembeli tanah dan pedagang merelakan seluruh miliknya untuk mendapatkan yang mereka cari dan temukan. Dan si pembeli tanah tidak mau curang (bc. Mat 13:44). Nelayan merelakan tenaga dan waktunya untuk memasang pukat. Dan mereka semua akhirnya mencapai kebahagiaan. Mereka yang yakin dan rela mendapatkan apa yang dicari dan kebahagiaan melingkupi dirinya.
Belajar dari kisah ini kiranya kita pun mungkin memiliki Kerajaan Allah, kebahagiaan sempurna kalau kita sungguh yakin dengan apa yang kita cari dan rela melepaskan segala milik kita untuk mendapatkannya. Dinamika ini mungkin akan menguras energi, membuat orang bertanya-tanya bahkan menilai kita gila. Contohnya orang bisa merasa aneh kala kita merelakan harta demi pendidikan tertinggi. Namun ketika yang kita yakini kita perjuangkan dengan kerelaan yang tinggi dan kita berhasil meraihnya, orang akan mengerti bahwa kebahagiaan Kerajaan Allah telah kita alami. Marilah kita bangun keyakinan dan kerelaan kita untuk mencapai kebahagiaan Kerajaan Allah.

Kontemplasi:
Bayangkan apa yang sungguh-sungguh kaumau dan kauyakini harus kaudapatkan. Temukan pula hal-hal apa yang mesti kaurelakan. Kala semua itu terjadi rasakan kebahagiaan yang kauterima.

Refleksi:
Tuliskan sesuatu yang sungguh ingin kaudapatkan dan hal-hal yang harus kaurelakan untuk mencapainya.

Doa:
Ya Tuhan bantulah aku memfokuskan seluruh perjuanganku demi kehadiran KerajaanMu. Semoga aku mempunyai keyakinan dan kerelaan seperti pembeli tanah, pedagang mutiara dan nelayan sebagaimana dikisahkan PuteraMu. Amin.

Perutusan:
Aku yakin bahwa bersama Yesus aku menemukan Kerajaan Allah.

0 comments:

Post a Comment