Rabu, 23 Juli 2014
Birgitta, Kunigunda
warna liturgi Hijau
Bacaan:
Yer. 1:1,4-10; Mzm. 71:1-2,3-4a,5-6ab,15ab,17; Mat. 13:1-9. BcO Ayb. 18:1-21.
Matius 13:1-9:
1
Pada hari itu keluarlah Yesus dari rumah itu dan duduk di tepi danau. 2
Maka datanglah orang banyak berbondong-bondong lalu mengerumuni Dia,
sehingga Ia naik ke perahu dan duduk di situ, sedangkan orang banyak
semuanya berdiri di pantai. 3 Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam
perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: "Adalah seorang penabur keluar
untuk menabur. 4 Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di
pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. 5
Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya,
lalu benih itupun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. 6 Tetapi sesudah
matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. 7
Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu
dan menghimpitnya sampai mati. 8 Dan sebagian jatuh di tanah yang baik
lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali
lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. 9 Siapa bertelinga, hendaklah ia
mendengar!"
Renungan:
Saya membayangkan Injil hari ini,
tentang penabur (Mat. 13:1-9), namun yang terbayang adalah tanaman jahe
di tempatku yang kutanam di polibag dan di kebun. Jahe yang kami tanam
di polibag tumbuh dengan subur, lebih subur daripada yang di kebun.
Namun suatu kali aku kaget. Dalam satu malam pohon jahe yang di polibag
daunya habis, tunas-tunas rontok. Kukira belalang yang melakukan itu. Malam
berikutnya kutemukan kenyataan lain. Ternyata serombongan tikuslah yang
menyerangnya. Gerombolan penyerang yang tak pernah kubayangkan.
Kalau
boleh mengembangkan apa yang diceritakan Tuhan Yesus dengan kisahku
tadi aku merasa bahwa tantangan pun makin beraneka. Yang ditanam di
tanah yang baik, bertumbuh dengan baik, bisa hancur begitu saja kala
tidak dijaga dari ancaman-ancaman yang datang dari luar. Banyak orang muda yang
bertumbuh dalam lingkungan iman Gereja yang baik, aktif dalam aneka
kegiatan dan bahkan tekun dalam doa dan ekaristi, namun tiba-tiba hilang dan
berubah iman.
Dari kisah sang penabur ini kita makin diingatkan
untuk selalu menjaga kesuburan dan berkembangnya hidup dan iman kita.
Walau hidup dan iman kita subur kita tetep waspada terhadap ancaman dari
manapun, juga dari yang tak terduga sebelumnya.
Kontemplasi:
Pejamkan
matamu sejenak. Bayangkan keseharianmu. Temukan ancaman-ancaman yang biasa
membahayakan hidup dan imanmu. Temukan caramu menjaga supaya tak
tergoda.
Refleksi:
Apa ancaman serius terhadap hidup dan imanmu?
Doa:
Ya
Yesus semoga benih yang Kautaburkan dalam diriku bertumbuh dengan baik.
Semoga aku pun mampu menjaga pertumbuhannya dari segala macam ancaman
yang ada. Amin.
Perutusan:
Aku akan menyuburkan dan menjaga pertumbuhan hidup dan imanku.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment