BY A. GIANTO ON OCTOBER 27, 2014 JENDELA ALKITAB, MINGGUAN dalam renungan-kitabsuci.blogspot.com
ilustrasi dari koleksi Blog Domus
Rekan-rekan!
Berikut ini sekadar ulasan petikan Injil yang lazim dibacakan dalam
peringatan arwah semua orang beriman 2 November, yakni Yoh 6:37-40. Akan
dibicarakan pula Mat 25:31-46 dan Mat 5:1-12a yang bisa puila dipilih
bagi kesempatan ini. Mari kita mulai dengan omong-omong dengan Yohanes
sambil mengintip sanggar Matius.
MELIHAT TUHAN DALAM DIRI YESUS
Yoh 6:37-40 tampil sebagai kelanjutan peristiwa Yesus memberi makan
5.000 orang (Yoh 6:1-14). Orang-orang itu sedemikian bergairah dan
bermaksud menjadikannya raja. Karena itu, Yesus menyingkir ke gunung
seorang diri (Yoh 6:15). Pada malam harinya, dalam perjalanan di perahu
ke Kapernaum, murid-murid mengalami prahara dan pada saat gawat ini
mereka melihat Yesus berjalan di atas air. Mereka yang ketakutan karena
prahara itu ditenangkan hatinya oleh Yesus yang selanjutnya menyertai
perjalanan mereka dengan perahu sampai ke tujuan (Yoh 6:16-21). Keesokan
harinya orang banyak menyusul ke Kapernaum (Yoh 6:22-24). Di situ Yesus
mengajar mereka agar mengharapkan roti kehidupan yang dibawakan Anak
Manusia (Yoh 6:27). Orang-orang minta agar mendapat roti yang memberi
hidup kepada dunia ini (Yoh 6:34). Jawaban Yesus terdapat dalam petikan
Yoh 6:37-40 yang intinya demikian: hendaknya mereka berusaha mengenal
siapa Yesus sebenarnya dan tidak melamunkan yang bukan-bukan. Siapa
dia sesungguhnya dan apa yang dibawakannya dapat dijelaskan dengan
memahami isi ayat 40: Yesus datang sebagai utusan Tuhan yang paling
tepercaya untuk memperkenalkan-Nya kepada semua orang dan mewartakan
kehendak-Nya, yakni agar semua orang yang mempercayai Tuhan yang tampak
dalam diri Yesus nanti mendapat hidup kekal. Tuhan sendiri menghendaki
agar Yesus membangkitkan mereka nanti pada akhir zaman.
OMONG-OMONG DENGAN YOHANES
TANYA: Anda makin misterius ketika menceritakan Yesus berkata tentang
dirinya sendiri "Barangsiapa melihat Anak dan mempercayainya akan
beroleh hidup kekal".
YOHANES: Aku sebenarnya cuma mengikuti cara Yesus berbicara. Gagasan
anak dan bapak itu dipakainya untuk mengungkapkan keakraban yang amat
dalam dengan Tuhan. Jangan dikira Yesus mengklaim status kehormatan bagi
diri sendiri.
TANYA: Lalu, tentang "mempercayainya", apa yang dimaksud?
YOHANES: Kalau ingat cara berpikir kami orang Semit, mempercayai dia
maksudnya menerimanya dan merasa mantap dan tidak mempersoalkan tetek
bengek lain dalam hubungan selanjutnya. Dia sendiri rupanya juga sudah
menerima kami apa adanya dan tidak bertanya-tanya lagi. Jadi ada
kecocokan, begitulah.
TANYA: Lalu, mengapa kemantapan itu kok tiba-tiba Anda hubungkan dengan hidup kekal?
YOHANES: Begini, pada saat tertentu dalam hidup ini, orang mulai
berpikir dan mau tahu apa nanti sesudah meninggal semuanya ya habis
begitu saja. Lha, apa ada kelanjutannya. Kalau ada, siapa yang mengurus?
Apa hidup kelak itu memberi kebahagiaan atau malah membuat repot?
Orang-orang pandai Perjanjian Lama mati-matian mencoba menemukan
jawaban. Mereka tidak seberuntung kalian yang tinggal kutip Perjanjian
Baru sana sini, beri garis bawah di sini di situ, buka ensiklopedi
teologi ini itu. Orang dulu tidak tahu ada apa setelah hidup ini. Hati
belum tenang sebelum mendengar sesuatu yang pasti dan yang membuat hati
mantap. Katakan saja, pertanyaan itu mengusik batin siang malam.
Nikodemus yang mahaguru ilmu agama itu bahkan tidak bisa tidur
memikirkan perkara itu dan malam-malam datang mengetuk pintu Yesus. Itu
kuceritakan dalam bab tiga, tapi eh, tadi kita sedang omong tentang apa
ya?
TANYA: Kembali ke pembicaraan tentang hidup kekal, apakah ayat 40 dimaksud untuk menghibur orang yang terusik batinnya?
YOHANES: Benar! Itu amatan yang jitu, dan tolong, sampaikan hal itu
kepada rekan-rekan. Ya, ya, ayat itu memuat penghiburan, bukan
pemberitahuan tok.
TANYA: Apa kata-kata Yesus "aku akan membangkitkannya pada akhir
zaman nanti" penghiburan bagi kita dan bagi mereka yang kita peringati
itu?
YOHANES: Setuju. Boleh kutambah sedikit? Setelah Yesus mengatakan
"Inilah kehendak Bapaku", ada dua kalimat yang menjelaskan apa kehendak
Bapanya itu. Yang pertama tentang melihat Tuhan dalam diri Yesus yang
sudah kita bicarakan di atas. Yang kedua tentang Yesus yang
membangkitkan orang pada akhir zaman. Kalimat kedua ini sering
dimengerti sebagai janji Yesus membangkitkan orang, seperti tersirat
dalam terjemahan Latin. Ini bukan maksud kalimat aslinya. Maksud aslinya
begini: "[Bapaku juga menginginkan] agar aku membangkitkan [orang yang
percaya]…." Jadi, terjemahan LAI lebih baik daripada versi Latin dan
versi lain yang memberi kesan seolah-olah Yesus mengucapkan janji. Tuhan
mengutus Yesus juga dengan maksud agar ia mengajak orang ikut serta di
dalam hidup kekal yang sudah diperolehnya itu. Maka itu, orang-orang
beriman yang kalian peringati niscaya berbagi kehidupan kekal dengan
Tuhan sendiri. Itu kehendak-Nya. Itu penghiburan bagi semua orang.
PENGHAKIMAN TERAKHIR: Mat 25:31-46
Matius menayangkan ajaran Yesus mengenai Penghakiman Terakhir dalam
gambaran yang dapat menyapa perhatian banyak orang. Di situ orang baik
akan mendapat pahala dan orang yang tidak berbuat baik terhukum dengan
sendirinya. Ayat 35-36 menegaskan bahwa berbuat baik kepada sesama
berarti berbuat baik kepada Tuhan sendiri. Guna mendalaminya baiklah
diperiksa konteks dalam Injil Matius sendiri.
Pembicaraan mengenai Penghakiman Terakhir ini ditaruh dalam rangkaian
"khotbah" Yesus mengenai akhir zaman dalam Mat 24-25. Tanda-tandanya
dijelaskan dalam Mat 24:1-28 sebagai hilangnya rasa terjamin beragama
(dilambangkan dengan keruntuhan Bait Allah), merajalelanya penderitan,
tiadanya damai, munculnya banyak Mesias palsu. Kemudian sikap yang
sepatutnya dipegang dirincikan dalam Mat 24:29-51 sebagai sikap
mewaspadai gelagat dan tetap berjaga-jaga.
Uraian mengenai Penghakiman Terakhir didahului dua perumpamaan. Yang
pertama, Mat 25:1-13, perumpamaan lima gadis bodoh dan lima gadis
bijaksana. Maksudnya agar orang mengambil sikap seperti gadis yang
bijaksana yang berbekal barang yang bakal diperlukan, bukan hanya maksud
baik saja. Orang diimbau memakai akal sehat dan meninggalkan sikap
nekad-nekadan saja. Yang kedua, Mat 25:13-30, perumpamaan tentang
talenta. Digambarkan di situ bahwa kelirulah beranggapan bahwa Tuhan itu
njlimet memperhitungkan sampai barang terkecil pun. Yang benar, Dia itu
Tuhan yang menghargai upaya manusia. Ia itu Tuhan yang membiarkan diri
diperkaya dan diperhatikan. Dan bila terjadi, Ia akan berbagi kelimpahan
dengan manusia.
Kedua pokok di atas memanusiakan gambaran Penghakiman Terakhir.
Diajarkan bagaimana orang bisa tahu bahwa yang dikerjakan bagi sesama
nanti dijadikan ukuran masuk surga atau masuk neraka. Kebijaksanaan dan
akal sehat menjadi penuntun yang baik ke arah pertanggungjawaban
terakhir nanti. Kita juga diajak agar nanti bisa mengatakan kita juga
telah memperkaya Tuhan dan telah berbuat baik kepada-Nya.
Matius tidak bermaksud memberi kursus kilat naik ke surga atau
mengajarkan rambu-rambu menjauhi neraka. Warta petikan Matius mengenai
Penghakiman Terakhir sebaiknya dibaca bersama dengan warta tentang Tuhan
yang mengajak orang ikut makmur dan ikut dalam kegembiraan pesta
pernikahan. Matius mengimbau agar orang menyadari bahwa pengalaman
sehari-hari bisa membawa orang makin peka melihat kapan, di mana, dalam
wujud apa akhir zaman muncul dan oleh karenanya bisa mengambil sikap
yang cocok. Memperingati orang yang sudah mendahului berarti merayakan
kebesaran Tuhan yang bermaksud baik.
SABDA BAHAGIA: Mat 5:1-12a
(Uraian lebih rinci tentang Sabda Bahagia dapat dilihat dalam ulasan
Injil hari raja semua orang kudus 1 November 2014.) Petikan ini memuat
delapan Sabda Bahagia yang dikenakan kepada semua orang (ay. 3-10) dan
satu Sabda Bahagia yang khusus ditujukan kepada para murid (ay. 11) dan
dilanjutkan dengan seruan agar para murid tetap bersuka cita (ay. 12a).
Dalam ayat 1-2 diceritakan ketika Yesus melihat orang banyak, ia naik
ke bukit dan duduk untuk mulai mengajar para murid. Apa arti "mengajar"
di sini? Bukan mengajar dalam arti menyuruh orang melakukan sesuatu atau
memberi tambahan pengetahuan. Yesus mengajar agar pendengarnya makin
memahami pengalaman rohani mereka sendiri, yakni pengalaman:
Tidak memiliki tumpuan harapan apa pun selain Tuhan sendiri (ay. 3 "miskin"; ay. 4 "berduka cita"; ay. 5 "lemah lembut"),Ingin menjalankan kehendak Tuhan (ay. 6 "lapar dan haus akan hal yang lurus"; ay. 8 "berhati bersih"),Ingin semakin menghadirkan-Nya kepada sesama (ay. 7 "berbelaskasihan"; ay. 9 "pencinta damai"),Menderita dimusuhi kekuatan-kekuatan jahat (ay. 10 "dikejar-kejar karena bertindak lurus").
Tidak memiliki tumpuan harapan apa pun selain Tuhan sendiri (ay. 3 "miskin"; ay. 4 "berduka cita"; ay. 5 "lemah lembut"),Ingin menjalankan kehendak Tuhan (ay. 6 "lapar dan haus akan hal yang lurus"; ay. 8 "berhati bersih"),Ingin semakin menghadirkan-Nya kepada sesama (ay. 7 "berbelaskasihan"; ay. 9 "pencinta damai"),Menderita dimusuhi kekuatan-kekuatan jahat (ay. 10 "dikejar-kejar karena bertindak lurus").
Pengalaman ini dapat dihayati semua orang yang memberi ruang pada
kehadiran Yang Ilahi. Pengalaman ini juga melampaui batas-batas agama.
Kemudian, secara khusus kepada murid-muridnya, Yesus menambahkan Sabda
Bahagia ke sembilan, yakni yang menyangkut pengalaman dimusuhi orang
karena menjadi muridnya (ay. 11). Hati mereka dibesarkan (ay. 12a
"bersukacitalah karena besar pahalamu di surga"). Mereka yang mendalami
ajaran itu akan makin mengenali liku-liku kehidupan rohani dan
pergulatan di dalamnya. Hidup yang terarah kepada Yang Ilahi itu membawa
kebahagiaan. Di situlah ditemukan makna "berbahagia".
Orang-orang yang mendahului kita kini sudah lebih dekat dengan Yang
Ilahi. Mereka itu juga yang lebih memahami apa itu memiliki Kerajaan
Surga dan hidup sebagai anak-anak Allah. Dalam arti ini, mereka itu
menjadi jaminan masa depan kita juga.