Jumat, 31 Oktober 2014
Alfonsus Rodriguez
warna liturgi Hijau
Bacaan:
Flp. 1:1-11; Mzm. 111:1-2,3-4,5-6; Luk. 14:1-6. BcO Keb. 6:1-25
Lukas 14:1-6:
1
Pada suatu hari Sabat Yesus datang ke rumah salah seorang pemimpin dari
orang-orang Farisi untuk makan di situ. Semua yang hadir mengamat-amati
Dia dengan saksama. 2 Tiba-tiba datanglah seorang yang sakit busung air
berdiri di hadapan-Nya. 3 Lalu Yesus berkata kepada ahli-ahli Taurat
dan orang-orang Farisi itu, kata-Nya: "Diperbolehkankah menyembuhkan
orang pada hari Sabat atau tidak?" 4 Mereka itu diam semuanya. Lalu Ia
memegang tangan orang sakit itu dan menyembuhkannya dan menyuruhnya
pergi. 5 Kemudian Ia berkata kepada mereka: "Siapakah di antara kamu
yang tidak segera menarik ke luar anaknya atau lembunya kalau terperosok
ke dalam sebuah sumur, meskipun pada hari Sabat?" 6 Mereka tidak
sanggup membantah-Nya.
Renungan:
Tidak ingin berisiko.
Kalimat tersebut spontan muncul dalam benakku kala membaca Luk 14:4,
"Mereka itu diam semuanya." Orang-orang yang mengamat-amati gerak-gerik
Yesus yang hendak menyembuhkan di hari sabat tidak mau menjawab
pertanyaan Yesus. Kesanku mereka tidak mau menjawab karena tidak mau
menanggung resiko atas jawabannya. Kalau menjawab "boleh" maka mereka
akan dicap menentang aturan. Sedang kalau menjawab "tidak" mereka akan
dituduh tidak manusiawi karena binatang pun mereka selamatkan di hari
sabat, mengapa menyelamatkan manusia dilarang (bdk Luk 14:5). Maka
mereka diam daripada harus menanggung risiko.
Yesus pribadi tidak
takut dengan reiiko tuduhan melawan hukum hari sabat. BagiNya si busung
air ini membutuhkan pertolonganNya. Kesakitan yang dia alami serta
kedatanganNya kepada Tuhan Yesus menggerakkan hati Yesus untuk
menyembuhkannya walau harus menabrak aturan hari sabat.
Belajar dari
pengalaman ini, marilah kita tidak lari dari tanggugjawab kemanusiaan
kita walau kala kita melakukan tanggungjawab tersebut kita harus berhadapan
dengan cela karena dianggap melanggar aturan. Beriman tidak kaku dengan
aturan. Beriman tetap perlu mendahulukan keselamatan manusia, karena
Allah pun membela kemanusiaan umatNya.
Kontemplasi:
Bayangkan
dirimu mendapat pertanyaan: apa yang akan kaulakukan kala ditanya Yesus,
"Diperbolehkankah menyembuhkan orang pada hari Sabat atau tidak?"
Refleksi:
Apakah hatimu masih gampang tergerak untuk menanggapi masalah-masalah kemanusiaan? Mengapa?
Doa:
Tuhan
semoga aku tidak membiarkan orang yang membutuhkan bantuan menyembuhkan
sakitnya. Semoga hatiku gampang tergerak untuk berbela rasa. Amin.
Perutusan:
Aku akan mengasah, mengolah dan mengembangkan belarasaku.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment