Kamis, 23 Oktober 2014
Yohanes dr Kapestrano, Gulielmus
warna liturgi Hijau
Bacaan:
Ef. 3:14-21; Mzm. 33:1-2,4-5,11-12,18-19; Luk. 12:49-53. BcO Sir. 38:24 - 39:11
Lukas 12:49-53:
49
"Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah Aku harapkan,
api itu telah menyala! 50 Aku harus menerima baptisan, dan betapakah
susahnya hati-Ku, sebelum hal itu berlangsung! 51 Kamu menyangka, bahwa
Aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Bukan, kata-Ku kepadamu,
bukan damai, melainkan pertentangan. 52 Karena mulai dari sekarang akan
ada pertentangan antara lima orang di dalam satu rumah, tiga melawan dua
dan dua melawan tiga. 53 Mereka akan saling bertentangan, ayah melawan
anaknya laki-laki dan anak laki-laki melawan ayahnya, ibu melawan
anaknya perempuan, dan anak perempuan melawan ibunya, ibu mertua melawan
menantunya perempuan dan menantu perempuan melawan ibu mertuanya."
Renungan:
Kehadiran
pribadi istimewa bukan hanya membuat orang terpesona, tapi bisa juga
membuat orang saling berselisih. Mereka yang kagum akan menjadi pengikut
yang militan. Sebaliknya mereka yang merasa terganggu dengan
kehadirannya akan berusaha sedemikian rupa menghindari atau bahkan
menyingkirkannya.
Saya teringat kala pemilu presiden digulirkan, juga
kala sudah ada yang terpilih. Kekalutan politik merambah pada
pribadi-pribadi politikus, bahkan sedikit banyak bergema dalam suasana
kebersamaan masyarakat umum. Kritak-kritik bahkan umpat-caci sering
terlontar. Makin hari makin panas. Sang pesona membangkitkan hasrat
kawan menjadi lawan penyama posisi. Dalam ketenangan dan kerendahan
hati sang pesona pun mengambil langkah pendingin suasana. Ia tidak
menghiraukan umpat-caci yang pernah diterima karena cinta pada keutuhan
rakyat menjadi perekat daya yang melekat dalam keutuhan pribadinya.
Perjalanan
masih panjang. Perbedaan kepentingan maupun cara masih berkembang.
Aneka langkah mengarak deretan rasa sangsi, membangkitkan curiga mereka
yang masih menyimpan dendam, walau para panglima sudah mulai saling
memberikan hormat. Benarlah kala Sang Guru utama mengatakan, "Mereka
akan saling bertentangan, ayah melawan anaknya laki-laki dan anak
laki-laki melawan ayahnya, ibu melawan anaknya perempuan, dan anak
perempuan melawan ibunya, ibu mertua melawan menantunya perempuan dan
menantu perempuan melawan ibu mertuanya" (Luk 12:53). Kita pun tidak
tahu babak2 berikutnya. Kita boleh percaya walau seru tapi akan tetap
menyatu. Semoga kelam disibak oleh nyala pelita penuntun menuju cahaya
kejayaan.
Kontemplasi:
Ingatlah kembali perjalanan kebersamaan
dan konflik-konflik bangsa kita. Gambarkan harapanmu atas persaudaraan
anak-anak bangsa.
Refleksi:
Tulislah pengalaman dan atau pengamatanmu tentang perseteruan-persahabatan anak-anak bangsa ini.
Doa:
Tuhan
semoga aneka macam konflik yang ada merupakan masa merekonstruksi
bangsa ini bukan destruksi bangunan kokoh yang telah ada. Amin.
Perutusan:
Aku akan berperan mencairkan suasana hidup yang beku.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment