Dalam kunjungannya ke Domus Pacis pada Minggu 12 Otober 2014, Kelompok Lansia Paroki Kumetiran minta pendampingan rekoleksi dan misa. Ketika mengadakan perjanjian, baik lewat telepon maupun omong-omong tim dengan Rama Bambang di Domus, acara akan berlangsung dari jam 09.00-12.00. Tetapi, ketika Domus Pacis mempersiapkan perlengkapan soundsystem dan snak belum ditata bahkan Rama Bambang masih bersarung, bel tamu berbunyi pada jam 08.10. "Rama, tamu-tamunipun sampun dhateng" (Rama, para tamu sudah datang) Mas Fredi berkata yang membuat Rama Bambang segera mengenakan celana panjang dan keluar bermaksud menyambut. Belum jam 08.20 rombongan Kumetiran sudah duduk di aula dalam sementara Bu Rini dan Mbak Tari menata sajian snak. Rama Bambang pun berseru "Ayo ngunjuk lan dhahar nyamikan dhisik" (Ayo kita minum dan santap snak dahulu) dan rombongan yang didominasi para ibu itupun segera menyerbu minuman teh dan snak.
Tepat jam 09.00 acara dimulai. Rama Yadi, Rama Harto, dan Rama Bambang serta kemudian menyusul Rama Tri Wahyono bersama-sama menyambut. Rama Bambang dengan keyboard membuka dengan mengajak semua menyanyikan "Mangga-mangga Sami Ndherek Gusti". Kemudian wakil rombongan menyampaikan kata-kata yang disambung oleh Rama Yadi dengan memperkenalkan Domus Pacis termasuk para rama dan kegiatannya. Rama Yadi dalam tampilannya banyak membuat para peserta rombongan tertawa mendengar kisah-kisah lucu yang terjadi di Domus Pacis.
Acara inti, yaitu rekoleksi, dimulai pada jam 09.45. Rama Bambang melontarkan pertanyaan "Kalau menyadari pengalaman ketuaan, apa sebenarnya jati diri lansia itu?" Sebenarnya tema jati diri lansia adalah usulan Rama Harto ketika berada bersama di ruang makan Domus. Dengan pertanyaan itu para peserta omong-omong lebih dahulu dengan teman-teman dekatnya. Dan ketika dibuka untuk mengungkapkan hasil pembicaraan, ada banyak yang berbicara dan pada umumnya mengetengahkan keunggulan kaum lansia dibandingkan dengan yang masih aktif terutama dalam hal pengalaman, doa, dan kebijaksanaan. Tetapi dalam pembicaraan ini tidak sedikit yang cenderung agak merendahkan yang masih muda. Kebetulan dari lebih 40 orang peserta hanya ada 3 orang yang berusia 50an dan 1 orang yang belum 40 tahun. Yang berusia di atas 70 tahun seimbang dengan yang antara 60-70 tahun. Terhadap hasil pembicaraan ini Rama Harto mendukung fungsi utama pengembangan hidup rohani terutama doa. Dalam hal ini Rama Bambang mengajak menyadari kondisi menurunnya daya fisik, kognitif, dan kepekaan psikologis. Dan ternyata pada umumnya para peserta sudah terjangkit berbagai macam penyakit. Akhirnya semua menyadari bahwa keadaan lansia ditandai dengan berbagai keterbatasan dan secara duniawi tinggal memiliki daya-daya kecil. Di sini Rama Bambang kemudian mengetengahkan kata-kata Tuhan Yesus "Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, -- maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu." (Mat 17:20) Dari yang kecil kaum lansia masih dapat mengembangkan daya yang besar. Kemudian Rama Bambang menyampaikan sharingnya sesudah berada di Domus Pacis. Dia banyak "manut" (mengikuti) bahkan taat pada berbagai kebijakan, petunjuk, dan bimbingan dari Rama Agoeng yang masih muda sehingga ketika masuk lansia malah mendapatkan kemampuan berjejaring dengan internet. Maka bagi lansia berlaku kata-kata Tuhan Yesus "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki." (Yoh 21:18) Makin tua orang, dia harus makin ahli manut pada yang muda, sehingga "tua tak renta, sakit tak sengsara, mati masuk surga". Rekoleksi ini ditutup dengan misa yang dipimpin oleh Rama Yadi sebelum makan bersama.
0 comments:
Post a Comment