Injil 1 November 2014 Mat 5:1-12a
Rekan-rekan yang budiman!
Kemarin beberapa hal mengenai Sabda bahagia (Mat 5:1-12a) saya bicarakan dengan Matt – bukan orang yang sama yang kalian kenal. Jelas petikan itu berperan sebagai pembukaan pelbagai pengajaran Yesus yang termaktub dalam Mat 5-7. Ada lima rangkaian pengajaran seperti itu, yakni Mat 5-7 (Khotbah di Bukit); Mat 10 (pedoman hidup bagi pewarta Kerajaan Surga); Mat 13 (penjelasan mengenai Kerajaan Surga); Mat 18 (pengajaran bagi para murid dalam hidup bersama); Mat 23-25 (uraian di Bukit Zaitun tentang kedatangan Kerajaan Surga pada akhir zaman). Di antara kumpulan yang satu dengan yang berikutnya diletakkan kisah-kisah mengenai tindakan serta mukjizat Yesus dan pelbagai peristiwa dalam kehidupan para murid.
Kemarin beberapa hal mengenai Sabda bahagia (Mat 5:1-12a) saya bicarakan dengan Matt – bukan orang yang sama yang kalian kenal. Jelas petikan itu berperan sebagai pembukaan pelbagai pengajaran Yesus yang termaktub dalam Mat 5-7. Ada lima rangkaian pengajaran seperti itu, yakni Mat 5-7 (Khotbah di Bukit); Mat 10 (pedoman hidup bagi pewarta Kerajaan Surga); Mat 13 (penjelasan mengenai Kerajaan Surga); Mat 18 (pengajaran bagi para murid dalam hidup bersama); Mat 23-25 (uraian di Bukit Zaitun tentang kedatangan Kerajaan Surga pada akhir zaman). Di antara kumpulan yang satu dengan yang berikutnya diletakkan kisah-kisah mengenai tindakan serta mukjizat Yesus dan pelbagai peristiwa dalam kehidupan para murid.
Kelima kumpulan itu tersusun dengan cara
yang unik. Yang terakhir berlatarkan pengajaran di bukit Zaitun. Latar
ini mengingatkan pada kumpulan pertama yang berlatarkan sebuah bukit
pula. Tentang ini akan dibicarakan lebih lanjut. Kemudian kumpulan
keempat, yakni yang menyangkut kehidupan para murid, erat berhubungan
dengan yang kedua, yakni pedoman hidup bagi para murid-murid Yesus yang
akan meneruskan menjadi pewarta Kerajaan Surga. Kumpulan ketiga
menyoroti Kerajaan Surga, warta paling pokok yang dibawakan Yesus.
Penyusunan secara “konsentrik” seperti ini dapat menjadi pegangan
mendalami masing-masing kumpulan itu. Demi mudahnya, kumpulan yang
pertama (Mat 5-7) sebaiknya dilihat dalam hubungannya dengan warta
pokok, yakni Kerajaan Surga (Mat 13) dan apa kenyataannya yang penuh
nanti pada akhir zaman (Mat 23-25). Dan dengan demikian para murid akan
siap menghayati pedoman hidup secara orang-perorangan (Mat 10) maupun
dalam kebersamaan (Mat 18).
Dalam Mat 5:1-12a didapati delapan Sabda
Bahagia yang ditujukan kepada semua orang (ay. 3-10) serta satu Sabda
Bahagia yang khusus diucapkan bagi para murid (ay. 11) dan dilanjutkan
dengan seruan agar mereka tetap bersuka cita (ay. 12a). Disebutkan dalam
ay. 1-2, ketika Yesus melihat orang banyak, ia naik ke bukit dan
mengajar agar para pendengarnya semakin memahami diri mereka. Sabda
Bahagia juga dapat membantu kita membaca pengalaman kita sekarang ini
juga. Upaya mendalami Sabda Bahagia sebagai pembukaan kumpulan yang
pertama dapat menciptakan hubungan guru-murid dengan Yesus. Dan bila
terjadi orang akan merasa tertuntun mendekat kepada kenyataan hadirnya
Yang Ilahi di antara manusia juga. Hubungan ini akan mendekatkan orang
pada kenyataan Kerajaan Surga di dunia dan kepenuhannya kelak di akhir
zaman. Dengan demikian dapat juga menjadi pangkal berharap ikut
menikmati kenyataan itu.
“BERBAHAGIALAH….!”
Tiga Sabda Bahagia (Mat 5:3-5)
menegaskan bahwa orang dapat disebut berbahagia karena tumpuan harapan
dalam hidupnya ialah Tuhan sendiri. Gagasan “miskin” dalam ay. 3 ialah
kebersahajaan batin, oleh karenanya diberi penjelasan “di hadapan
Allah”. Dapat dicatat, penjelasan tambahan itu tidak terdapat di dalam
Sabda Bahagia menurut Luk 6:20 karena yang ditekankan Lukas ialah orang
yang betul-betul yang kekurangan secara material, orang yang tak bisa
mencukupi kebutuhan hidup yang kini diperhatikan oleh para pengikut
Yesus yang bersedia berbagi keberuntungan dengan mereka. Kemudian ay. 4
menyebut berbahagia orang yang “berduka cita”, maksudnya orang yang
hanya akan dapat terhibur oleh kesadaran bahwa Tuhan tetap berada di
dekat kendati orang mengalami kesulitan. Termasuk di sini sikap tidak
berpihak pada kekerasan yang terungkap dalam ay. 5 sebagai “lemah
lembut”.
Selanjutnya ada dua Sabda Bahagia (Mat
5: 6 dan 8) yang menyebut keinginan untuk menjalankan kehendak Tuhan
sebagai hal yang membahagiakan, seperti terungkap dalam ay. 6 sebagai
yang “lapar dan haus akan hal yang lurus” dan dalam ay. 8 sebagai yang
“berhati bersih”. Ungkapan terakhir ini dipetik dari gaya bahasa Ibrani
(lihat misalnya Mzm 24:4) dan artinya ialah mampu berpikir secara
jernih, berbudi wening. Orang yang demikian ini tidak gampang
dipengaruhi keinginan-keinginan yang menjauhkannya dari Tuhan. Jadi
bukan sekedar ajaran agar menjauhi nafsu-nafsu yang biasanya disebut
kotor.
Dua Sabda Bahagia yang lain (Mat 5: 7
dan 9) menegaskan bahwa upaya menghadirkan Tuhan kepada sesama menjadi
kegiatan yang mendatangkan kebahagiaan. Upaya ini ditegaskan dalam ay. 7
sebagai “berbelaskasihan” dan dalam ay. 9 sebagai “pencinta damai”.
Hasrat menghadirkan kebaikan Tuhan kepada orang lain ini karena orang
sadar akan perlunya saling mendukung dan sikap pendamai.
Tidak disangkal adanya kesulitan,
seperti jelas dari Mat 5:10-12. Orang yang nyata-nyata hidup dalam
kerangka di atas sering menderita dimusuhi, seperti terungkap dalam ay.
10 “dikejar-kejar karena bertindak lurus”. Kemudian secara khusus kepada
murid-muridnya Yesus menambahkan Sabda Bahagia yang ke sembilan, yakni
yang menyangkut pengalaman dimusuhi orang karena menjadi muridnya (ay.
11). Pengharapan mereka dibesarkan (ay. 12a “bersuka citalah karena
besar pahalamu di surga”).
Tiap pengalaman di atas dapat dihayati semua orang yang memberi ruang bagi Yang Ilahi. Dapat pula dikatakan pengalaman ini juga melampaui batas-batas agama. Mereka yang mendalami makna Sabda Bahagia dapat semakin mengenali liku-liku kehidupan rohani dan pergulatan di dalamnya. Hidup yang terarah kepada Yang Ilahi itu membawa kebahagiaan. Di situlah ditemukan makna “berbahagia”.
Injil Matius ditulis bagi orang-orang
yang mengenal akrab alam pikiran Perjanjian Lama. Intinya, yakni
diturunkannya Taurat kepada Musa di Sinai. Bagi umat Perjanjian Lama,
Taurat berisi ajaran kehidupan dalam bentuk pedoman, petunjuk, tatacara
ibadat, hukum yang bila dijalani dengan jujur dan ikhlas akan membuat
mereka menjadi dekat pada Tuhan dan menjadi umat yang dilindungi-Nya.
Dengan latar inilah Matius mengisyaratkan kepada pembacanya bahwa Yesus
kini menjalankan peran Musa. Yesus membawakan petunjuk, ajaran,
kebijaksanaan yang bila dihayati akan membuat orang menjadi bagian dari
umat yang baru pewaris Kerajaan Surga.
Memang ada beberapa perbedaan mencolok
di antara penampilan Musa dan Yesus. Di Sinai dulu Musa sedemikian jauh.
Awan meliputi pucuk gunung tempat Musa memperoleh Firman ilahi. Tak ada
yang berani mendekat karena kebesaran ilahi sedemikian menggentarkan.
Sekarang Yesus tampil sebagai tokoh yang dekat dengan orang banyak.
Matius memang sengaja menampilkannya sebagai kenyataan dari “Tuhan
menyertai kita” – Imanuel. Kini bukan lagi awan yang menggentarkan,
melainkan kemanusiaan Yesus-lah yang menyelubungi kebesaran ilahi
sehingga orang banyak dapat datang mendekat. Tempat pengajaran
diturunkan tidak lagi digambarkan sebagai gunung yang tinggi yang hanya
bisa didaki Musa sendirian. Bukit tempat menyampaikan pengajarannya
terjangkau oleh orang banyak dan bahkan mereka dapat langsung
mendengarkannya. Bagaimanapun juga, tetap ditegaskan, tempat yang mudah
tercapai ini menjadi tempat keramat juga, seperti puncak Sinai dulu.
Namun kekeramatan yang dekat – bukan yang sulit terjangkau.
Nanti menjelang akhir kehidupannya,
Yesus masih memberi pengajaran kepada murid-muridnya di sebuah bukit
pula, di bukit Zaitun. Kita boleh ingat akan Musa di gunung Nebo,
memandang ke barat ke Tanah Terjanji. Ia sendiri tidak akan memasukinya.
Yosua-lah yang akan memimpin umat ke sana. Peristiwa ini besar maknanya
bagi pembaca Injil Matius. Nama Yesus dalam bentuk Ibraninya sama
persis dengan nama Yosua penerus Musa tadi. Dengan demikian disarankan
bahwa Yesus bakal memimpin orang banyak memasuki negeri baru yang
dijanjikan, yakni Kerajaan Surga.
WARTA SABDA BAHAGIA
Sabda Bahagia dalam Injil menggambarkan
apa yang nyata-nyata dialami dan terjadi di antara orang-orang yang
hidup mengikuti Yesus, bukan dimaksud untuk menunjuk pada hal-hal yang
belum terjadi. Dengan perkataan lain, Sabda Bahagia itu sifatnya
deskriptif, bukan preskriptif. Beberapa contoh lain dari Sabda Bahagia
selain yang sedang dibicarakan ialah Mzm 1:1; 32:1-2; 144:15; Mat 11:6;
13:16; 16:17; Luk 6:20; 11:28; 12:37; Yoh 20:29; 1 Pet 4:14. Sabda
Bahagia bukanlah kata-kata yang memiliki daya untuk mengadakan sesuatu,
seperti “berkat”, juga bukan serangkai resep hidup bahagia. Sabda
Bahagia menunjukkan apa yang terjadi bila orang berada dalam keadaan
yang digambarkan di situ. Pendengar diajak memikirkan lebih lanjut dan
mengambil sikap-sikap baru. Dengan demikian Sabda Bahagia bukan
mengajarkan “yang itu-itu” saja. Sabda itu tetap menyapa.
Sabda Bahagia sebaiknya juga dibaca
dengan menengok ke depan, yakni ke pengajaran Yesus mengenai Penghakiman
Terakhir dalam Mat 25:31-46. Kedua bahan ini membingkai seluruh
pengajaran Yesus. Kedua-duanya diberikan pada sebuah bukit. Kedua-duanya
membicarakan siapa-siapa yang bakal memiliki Kerajaan Surga, yang dapat
memasuki kebahagiaan kekal. Dalam Mat 25:35-36 ditegaskan bahwa berbuat
baik kepada sesama berarti berbuat baik kepada Tuhan sendiri. Yesus
memanusiakan gambaran Penghakiman Terakhir. Diajarkan bagaimana orang
bisa mengerti bahwa yang dikerjakan bagi sesama nanti dijadikan batu uji
masuk surga. Kebijaksanaan dan akal sehat menjadi penuntun yang baik ke
arah pertanggungjawaban terakhir nanti. Orang dihimbau sejak kini agar
nanti bisa mengatakan kita juga telah memperkaya Tuhan dan telah berbuat
baik kepada-Nya. Sabda Bahagia menggambarkan keadaan batin dan sikap
hidup mereka yang nanti pada akhir zaman akan dapat mengatakan bahwa
telah berbuat banyak bagi sesama. Dan Tuhan akan mengatakan itu semua
dikerjakan bagi-Nya. Mereka yang demikian akan betul-betul dapat disebut
“Berbahagia”!
0 comments:
Post a Comment