Pembicaraan tentang kehidupan kekal ternyata amat menarik sehingga para peserta seperti terhipnotis oleh Rama Agoeng sebagai nara sumber. Ini terjadi dalam Novena Ekaristi Seminar tahap ketiga tanggal 4 Mei 2014 di Ruang Barnabas Domus Pacis Puren. Handout 4 halaman, yang pokok-pokonya terasa ilmiah dan sulit dipahami, di dalam penyampaiannya menjadi hal yang enak dicerna. Barangkali udara sejuk karena hembusan angin di ruang terbuka membuat segar dan nyaman baik raga, pikiran, dan perasaan para peserta. Isi pembicaraan yang dibagi dalam 8 bab oleh Rama Agoeng dikemas menjadi semacam pendahuluan (bab 1-5) dan uraian mendalam pada bab 6-8. Ketika masuk sesi tanya jawab ternyata muncul beberapa hal yang menjadi pembicaraan menarik, yaitu:
- Sebelum pengadilan terakhir, dimana jiwa-jiwa orang yang sudah meninggal berada?
- Dalam tradisi budaya Jawa ada kebiasaan sadranan untuk mendoakan arwah keluarga di makam pada bulan Ruwah (bulan arwah untuk penanggalan Jawa). Bolehkah umat Katolik mengikutinya?
- Doa apa yang paling cocok untuk para arwah di api pencucian?
- Di dalam pengadilan terakhir Yesus menjadi "hakim sekaligus pembela". Apakah rangkap jabatan ini tidak akan kacau?
- Ternyata di dalam Gereja ada perkembangan bahkan perubahan pemahaman ajaran. Berkaitan dengan kematian, bagaimana posisi orang-orang yang meninggal ketika ajaran Gereja masih lampau untuk posisi arwah dalam ajaran sekarang?
- Karena pada umumnya yang menjadi santo dan santa persentasenya amat kecil dibanding dengan keseluruhan umat yang sudah meninggal, apakah arwah-arwah yang bukan santo-santa ada di api pencucian?
- Bagaimana cara mengetahui saudara yang sudah meninggal masih di atau sudah bebas dari api pencucian?
- Bolehkan ada misa atau ibadat untuk yang bunuh diri?
0 comments:
Post a Comment