Berikut ini
adalah terjemahan yang tidak resmi (unofficial translation) dari
ensiklik Paus Fransiskus yang berjudul Lumen Fidei (Terang
Iman). Jika anda ingin mengutip terjemahan ensiklik ini, mohon
mencantumkan www.katolisitas.org sebagai sumbernya, sehingga kalau ada masukan
dapat diberitahukan kepada kami.
AN
UNOFFICIAL INDONESIAN TRANSLATION OF THE ENCYCLICAL LUMEN FIDEI (The Light
of Faith)
@COPYRIGHT 2014 – KATOLISITAS
@COPYRIGHT 2014 – KATOLISITAS
Surat
Ensiklik
TERANG IMAN
TERANG IMAN
dari Sri Paus
FRANSISKUS
Kepada Para Uskup Imam dan Diakon
Kaum Religius dan Umat Awam
Tentang IMAN
Kaum Religius dan Umat Awam
Tentang IMAN
Sebuah terang untuk ditemukan
4. Ada
kebutuhan mendesak kalau begitu, untuk melihat sekali lagi bahwa iman adalah
sebuah terang, sebab ketika api iman ini padam, semua terang lainnya akan mulai
meredup. Terang iman ini unik, karena ia mampu menerangi setiap aspek
keberadaan manusia. Sebuah terang yang begitu hebat ini tidak mungkin berasal
dari kita sendiri tetapi dari sumber yang lebih primordial [sudah ada sejak
awal mula]: dengan kata lain, dia pasti berasal dari Allah. Iman lahir dari
perjumpaan dengan Allah yang hidup yang memanggil kita dan menunjukkan
kasih-Nya, sebuah kasih yang mendahului kita dan yang padanya kita dapat
bersandar untuk rasa aman dan untuk membangun hidup kita. Diubah oleh kasih
ini, kita mendapatkan visi yang segar, mata yang baru untuk melihat; kita
menyadari bahwa kasih-Nya mengandung sebuah janji pemenuhan yang besar, dan
sebuah penglihatan akan masa depan terbuka di hadapan kita. Iman, yang diterima
dari Allah sebagai karunia adikodrati, menjadi terang bagi jalan kita,
membimbing perjalanan kita melewati waktu. Di satu sisi, ia adalah terang yang
datang dari masa lalu, terang dari ingatan mendasar akan kehidupan Yesus yang
menyatakan kasih-Nya yang layak untuk dipercaya secara sempurna, sebuah kasih
yang mampu mengatasi maut. Namun karena Kristus telah bangkit dan membawa kita
melampaui maut, iman juga adalah sebuah terang yang datang dari masa depan dan
membukakan di hadapan kita sebuah wawasan yang luas yang membimbing kita keluar
dari diri kita yang terisolasi menuju luasnya persekutuan. Kita menjadi melihat
bahwa iman tidak tinggal dalam bayangan dan kesedihan; ia adalah terang bagi
kegelapan kita. Dante, dalam Divine Comedy, setelah mengakui imannya di
hadapan Santo Petrus, menjabarkan bahwa terang itu seperti sebuah “percikan,
yang kemudian menjadi sebuah api yang membara dan seperti sebuah bintang
surgawi dalam diriku yang gemerlap”.[4] Terang iman inilah yang
sekarang akan saya pandang dengan seksama, supaya ia dapat tumbuh dan menerangi
masa sekarang, menjadi sebuah bintang yang menerangi cakrawala perjalanan kita
di saat umat manusia secara khusus membutuhkan terang.
5. Kristus,
pada malam sebelum sengsara-Nya, meyakinkan Petrus: “Aku telah berdoa untuk
engkau, supaya imanmu jangan gugur” (Luk 22:32). Ia [Kristus] kemudian menyuruh
dia untuk menguatkan saudara- saudarinya dalam iman yang sama itu. Sadar akan
tugas yang dipercayakan kepada Penerus Petrus, Paus Benediktus XVI
mengkumandangkan Tahun Iman saat ini, sebuah saat penuh ramat yang membantu
kita untuk merasakan sukacita besar dari mengimani dan untuk memperbaharui
ketakjuban kita akan luasnya wawasan yang dibuka lebar oleh iman, untuk
kemudian mengakui iman itu dalam kesatuan dan integritasnya, dengan setia
kepada kenangan akan Tuhan dan ditopang oleh kehadiran-Nya dan oleh karya Roh
Kudus. Keyakinan yang lahir dari sebuah iman yang membawa keagungan dan pemenuhan
bagi hidup, sebuah iman yang berpusat pada Kristus dan pada kekuatan
karunia-Nya, menginspirasikan misi orang- orang Kristen yang pertama. Pada
kisah para martir, kita membaca dialog berikut ini antara seorang Prefek Romawi
yang bernama Rusticus dan seorang Kristen yang bernama Hierax: “‘Di mana orang
tuamu?’, sang hakim bertanya kepada sang martir. Ia menjawab: ‘Ayah kami yang
sejati adalah Kristus, dan ibu kami adalah iman akan Dia’”.[5] Untuk orang- orang Kristen mula-mula, iman, sebagai sebuah
perjumpaan dengan Allah yang hidup, yang disingkapkan dalam diri Kristus,
sungguh adalah sebuah sosok “ibu”, karena ia [iman]telah membawa mereka kepada
terang itu dan telah memberikan kelahiran dalam diri mereka kepada kehidupan
ilahi, sebuah pengalaman baru dan sebuah visi yang bercahaya akan eksistensi
yang untuknya mereka dipersiapkan untuk memberikan kesaksian publik sampai
akhir.
6. Tahun
Iman diinagurasikan pada peringatan ke-50 tahun pembukaan Konsili Vatikan II.
Ini sendiri merupakan indikasi yang jelas bahwa Konsili tersebut merupakan
Konsili tentang iman,[6] sebab Konsili meminta kita untuk
mengembalikan keutamaan Allah dalam Kristus sebagai pusat dari kehidupan kita,
baik sebagai Gereja maupun sebagai individu. Gereja tidak pernah menyepelekan
iman, karena iman adalah hadiah dari Allah yang butuh dipupuk dan dikuatkan
sehingga ia dapat terus membimbing Gereja dalam peziarahannya. Konsili Vatikan
II memungkinkan terang iman untuk menerangi pengalaman manusiawi kita dari
dalam, mendampingi para pria dan wanita pada zaman kita dalam perjalanan
mereka. Hal ini jelas menunjukkan betapa iman memperkaya hidup dalam semua
dimensinya.
7. Beberapa
pemikiran ini tentang iman – dalam kesinambungan dengan semua yang telah
diajarkan oleh Magisterium Gereja tentang kebajikan teologis ini[7] dimaksudkan untuk melengkapi
apa yang telah ditulis oleh Paus Benediktus XVI dalam surat- surat ensikliknya
tentang kasih dan pengharapan. Ia sendiri hampir saja menyelesaikan draf
pertama ensiklik tentang iman. Untuk hal ini saya sangat berterima kasih
kepadanya, dan sebagai saudaranya dalam Kristus saya melanjutkan pekerjaan
baiknya dan menambahkan beberapa kontribusi saya sendiri. Penerus Petrus,
kemarin, hari ini dan besok, selalu dipanggil untuk menguatkan saudara-
saudarinya dalam harta yang tak ternilai harganya dari iman itu, yang telah
diberikan oleh Allah sebagai terang bagi jalan semua umat manusia.
Dalam
karunia Allah akan iman, sebuah kebajikan adikodrati yang ditanamkan, kita
menyadari bahwa sebuah kasih yang besar telah ditawarkan bagi kita, sebuah
kabar baik telah diberitakan bagi kita, dan saat kita menyambut kabar itu,
[yaitu]Yesus Kristus Sang Sabda yang menjadi daging, Roh Kudus mengubah kita,
menerangi jalan kita ke masa depan dan memungkinkan kita untuk melangkah maju
sepanjang jalan itu di atas sayap- sayap pengharapan. Kemudian iman, harapan,
dan kasih yang terajut dengan indahnya menjadi pendorong utama kehidupan
Kristiani saat ia melangkah maju menuju persekutuan penuh dengan Allah. Tetapi
seperti apakah, jalan ini yang dibukakan oleh iman di hadapan kita? Apa asal
usul terang yang kuat ini yang menerangi perjalanan dari sebuah hidup yang
sukses dan berbuah limpah?
0 comments:
Post a Comment