Sebenarnya acara Jumat 16 Mei 2014 di Paroki Pugeran berasal dari keprihatinan Paguyuban Sukarela Santo Basilius Agung. Paguyuban ini pada masa dulu adalah kelompok warga Katolik yang terlibat dalam pengembangan Gereja sebelum ada fungsi Dewan Paroki berkembang. Mereka mengurus banyak hal tekhnis yang dibutuhkan oleh Paroki. Kini kelompok itu tinggal beranggotakan beberapa orang yang sudah tua berusia 70an tahun. Mereka berkumpul secara rutin. Akhir-akhir ini pengurus mulai menyadari untuk melakukan reorientasi dan berusaha untuk merekrut anggota-anggota baru. Kebetulan salah satu anggota adalah seorang ibu muda, yaitu Ibu Agnes. Ibu Agnes pada mulanya hanya biasa mengantar almarhum ayahnya yang juga menjadi anggota kelompok. Tetapi sesudah wafat sang ayah Ibu Agnes tetap terus membantu kelompok.
Ibu Agnes adalah salah satu jaringan Komunitas Rama Domus Pacis yang juga ikut menggerakkan peserta dari Paroki Pugeran dalam Novena Ekaristi Seminar di Domus. Beliau kemudian mengemas program Paguyuban Basilius ini menjadi Sarasehan Gambiraning Wong Tuwa untuk kaum tua. Lebih dari 250 orang (bahkan panitia mengatakan lebih dari 300 orang) hadir menjadi peserta. Rama Bambang yang menjadi nara sumber ketika bertanya "Sapa sing umure di bawah sewidak taun?" (Siapa yang berusia di bawah 60 tahun?), ternyata hanya 23 orang yang tunjuk jari. Bu Agnes menata acara ini dengan memakai model Novena Seminar yang terjadi di Domus Pacis. Para peserta cukup mendaftar lewat SMS tanpa uang pendaftaran. Kalau ada yang mau menyumbang panitia memberikan kesempatan mengisi kolekte sukarela dengan kantong yang diedarkan ketika pertemuan sampai pada tahap terakhir. Peserta datang langsung menikmati minum dan snak. Makan siang menjadi penutup. Konsumsi datang dari para relawan dan pemerhati. Ketua paguyuban dan Rama Wiyono memberikan sambutan dengan pembawa acara Bu Ani salah satu ibu sepuh.
Untuk mengolah tema Gambiraning Wong Tuwa Rama Bambang mengetengahkan 6 macam penyakit yang biasa disandang oleh kaum tua. Ini hanya sebuah langkah untuk membuka pembicaraan "Kalau mengalami yang membuat derita, mungkinkah kegembiraan dapat dialami?" Para peserta diberi kesempatan berbicara dengan teman-teman duduk terdekat. Ternyata ketika dibuka kesempatan berbicara, banyak yang menyampaikan hasil pembicaraannya. Semua menyatakan bahwa dalam keadaan apapun kegembiraan dapat dicapai. Iman menjadi andalan utama. Dari situ juga muncul berbagai pengalaman kongkret operasional seperti doa, berjuang tidak mengeluh, selalu berpegang Tuhan, selalu belajar dari keadaan untuk menemukan jalan keluar. Dengan iman ada keyakinan hidup tidak akan gelisah.Terhadap temuan pembicaraan ini Rama Bambang meneguhkan, memperluas dan memperdalam dengan berpegang pada ayat-ayat Kitab Suci dan Anjuran Apostolik Evangelii Gaudium dari Paus Fransiskus.
0 comments:
Post a Comment