Berikut ini adalah lima hal penting tentang data diri sosok Paus perombak Sejarah Gereja dengan semangatnya “aggiornamento” (Gereja yang harus membuka jendela agar angin segar dari luar masuk memberi hawa dan suasana baru di dalam Gereja). Santo Paus Yohannes XXIII terpilih menjadi Paus tahun 1958 dan wafat pada tahun 1963, persis beberapa bulan setelah beliau menyatakan Konsili Vatikan dimulai.
Bangga menjadi orang miskin
Lahir di sebuah desa kecil bernama Sotto il Monte di luar kota Bergamo di Italia Utara, Angelo Guiseppe Roncalli adalah anak ketiga dari 13 bersaudara yang lahir dari keluarga petani miskin. Ia lahir pada tahun 1881. Roncalli muda sudah meninggalkan keluarga dan masuk seminari pada umur 11 tahun dan terplih
menjadi Paus menjelang usianya ke-77.
Dalam surat wasiatnya, beliau menulis kata-kata berikut ini: “Terlahir miskin, namun berasal dari kalangan rendahan dan terhomat, karena itu saya sungguh hepi mati sebagai orang miskin.”
“Saya bersyukur kepada Allah atas kemiskinan yang senantiasa mendera hidup saya sepanjang masa mudaku …namun yang kemudian memberiku kekuataan untuk mampu menerima segala sesuatu apa adanya dan tidak ingin meminta apa pun –apakah itu jabatan, uang atau budi baik—bukan hanya untuk diriku, melainkan juga untuk kerabat dan anggota keluargaku.” Ketika beliau meninggal dunia tahun 1963, dunia menangisi kepergian Il Papa Buono (Paus yang Baik) ini. Kepada anggota keluarganya, dia memberi ‘warisan’ kecil berupa uang senilai ‘hanya’ 20 dolar Amerika saja.
Penyelamat Yahudi
Santo Paus ini dikenal sebagai tokoh penting yang berhasil menyelamatkan ribuan pengungsi Yahudi yang dikejar-kejar rezim Hitler
Ketika pecah Perang Dunia I (1914-1919), masa studinya di seminari menjadi berantakan. Roncalli muda sebagai frater calon imam dipaksa oleh situasi untuk menjadi pelayan di sebuah tempat asuh kaum jompo dan di kemudian hari bertugas di medan tempur sebagai pastor militer.
Saat Perang Dunia II (1939-1944) berkecamuk di Eropa, Roncalli sudah menjadi Uskup Agung dan diutus oleh Tahta Suci sebagai ‘duta besar’ untuk Turki dan kemudian di Yunani. Saat menjadi diplomat itulah, dia membantu ribuan pengungsi Yahudi dari Eropa yang hendak melarikan diri dari kejaran tentara dan polisi rahasia Nazi pimpinan Hitler untuk bisa ‘menyeberang’ ke Dunia Baru yakni Amerika Serikat dan beberapa negara di Amerika Latin.
Atas jasanya menyelematkan ribuan kaum Yahudi dari kejaran Adolf Hitler inilah, the International Raoul Wallenberg Foundation secara resmi mengajukan kepada Yad Vashem –kumpulan korban selamat dari kejaran Hitler—agar kepada Il Papa Buono ini diberikan gelar “the Righteous Among Nations”
Paus Yohanes XXIII ‘kedua kali’
Sebenarnya, lima abad sebeIumnya sudah ada Kardinal Baldassare Cossa yang juga memakai ‘nama kepausan’ dengan Yohannes XXIII. Inilah masa pemerintahan Paus Yohanes XXIII ‘versi pertama’ kurun waktu akhir abad ke-14 dimana Gereja Katolik didera skisma (perpecahan) di dalam tubuh organisasi internal Gereja sendiri.
Skisma itu terjadi tahun 1378 dan baru berakhir tahun 1418, ketika Kardinal Cossa mengambil nama sebagai Paus Yohannes XXIII pada tahun 1410, sementara dua paus ‘saingannya’ mengambil nama Paus Gregorius XII dan Benedictus XIII. Sejarah Gereja akhirnya mencatat, bahwa Paus Gregoriux XII-lah yang dianggap ‘sah’, sementara Paus Benedictus XIII, Yohannes XXIII dan pendahulunya Paus Alexander V dianggap sebagai ‘paus palsu’.
Itulah sebabnya, mengapa Kardinal Angelo Guiseppe Roncalli menamai dirinya Paus Yohannes ke-23 dan bukannya ke-24 begitu mendapat mandat menduduki Tahta Suci.
Juru damai dalam Krisis Teluk Babi di Kuba tahun 1962
Bulan Oktober 1962, Russia dan Amerika diambang Perang Nuklir karena krisis politik dan militer yang sering disebut “Krisis Teluk Babi’. Paus Yohannes XXIII tampil ke muka dan membujuk Presiden AS John F. Kennedy dan Pemimpin Russia Nikita Kruschev berundinng menyelesaikan krisis itu di meja perundingan.
“Saya mohon kepada para pemimpin dunia agar jangan membiarkan kupingnya budheg terhadap jeritan umat manusia: perdamaian, perdamaian,” kata Paus yang disiarkan oleh Radio Vatikan mengacu kepada kedua pemimpin negara Super Power.
Ternyata, usai pidato itu disiarkan oleh Radio Vatikan, pemimpin Rusia Nikita Kruschev mengeluarkan perintah agar baterei rudal ditarik dari Kuba dan langkah itu meredakan ketegangan politik dan militer dengan AS. Sejurus kemudian, lahirlah ensiklik Pacem in Terris (Damai di Bumi) yang intinya menyapa seluruh umat manusia agar menciptakan perdamaian dan semua bangsa hidup dalam kerukunan.
Hanya ‘membuat’ satu mukjizat
Ada tiga langkah untuk kemudian layak disebut sebagai orang kudus (santo-santa): pertama-tama disebut sebagai ‘venerable’, kemudian dibeatifikasi menjadi beato dan baru kemudian tahapan terakhir layak disebut ‘kudus’ dengan sebutan Santo atau Santa.
Umumnya, sebelum proses kanonsasi mencapai kata ‘final’, setidaknya harus ada dua kali peristiwa mukjizat yang terjadi berkat perantaraan orang ‘suci’ ini. Khusus pada Santo Paus Yohannes XXIII, peristiwa mukjizat hanya terjadi sekali pada Suster Caterina Capitani pada tahun 1966.
Sumber: CNN
Photo credit: Huffington Post, Daily News, Snippits, Wiki.
0 comments:
Post a Comment