oleh Mgr.Petrus Turang
Bahan
“katekese” komunikasi sosial ini adalah bahan
pendalaman akan makna perayaan Hari Komunikasi Sosial Sedunia, yang berkembang
dalam Gereja Katolik. Dengan hadirnya Hari Komunikasi Sosial, Gereja kita
memberikan makna kemajuan teknologi komunikasi dan informasi sebagai sarana
pewartaan nilai-nilai Injil dalam dunia.Gereja memang tidak terlepas dari
seluruh perkembangan dan kemajuan dunia, karena Gereja berada demi kebaikan
dunia. Pengabdian pastoral dalam dunia komunikasi memusatkan perhatian pada
martabat manusia yang diciptakan Allah untuk
menggambarkan kepada dunia Diri-Nya sendiri.
Umat
beriman Katolik selalu diharapkan melibatkan diri, mengembangkan diri dan
mencerdaskan hati nurani, agar manusia beriman tidak terperangkap oleh
kegemerlapan ilmu dan teknologi, khususnya teknologi informasi, tetapi
menanggapi kemajuan dunia dalam daya ilahi yang membimbing segalanya menuju
kebaikan bersama: manusia seutuhnya dan seluruhnya. Dengan bantuan kemajuan
media komunikasi, yang adalah pemberian Allah, Gereja mendorong dunia untuk
menggunakannya secara bertanggungjawab menurut tuntutan nilai-nilai
kemanusiaan, yaitu komunikasi yang bermartabat manusiawi. Media komunikasi,
apapun bentuk dan jalurnya, hendaknya memajukan keadilan dan perdamaian dalam
peradaban kasih.
1. Kapan Hari Komunikasi Sosial Sedunia 2014?
Hari
Minggu, 1 Juni 2014
2. Apa tema HKSS 2014?
Komunikasi : “budaya perjumpaan yang
sejati”
3. Manakah dasar dari tema tersebut menurut Sri Paus
Fransiskus?
Teknologi
media komunikasi seperti digital adalah anugerah Tuhan bagi manusia, tetapi
merupakan tantangan yang menebarkan rasa tanggungjawab manusia juga. Dalam
dunia yang berkembang mengecil, kenyataan kesenjangan dan perpecahan masih
menghantui dunia kita, sehingga tetap berkecamuk keterasingan, keterpinggiran
dan kemiskinan. Dunia perlu mengupayakan budaya komunikasi yang menyokong
terlaksananya perjumpaan sejati antar manusia.
4. Manakah butir-butir utama dalam Pesan Sri Paus
Fransiskus?
Komunikasi
digital sudah menjadi ruang perjumpaan dalam dunia teknologi baru; suatu budaya
baru yang meminta sikap baru, khususnya dalam menumbuhkan perjumpaan bersama;
Gereja harus menerima kehadirannya dengan rasa syukur dan memanfaatkannya demi
kebaikan bersama; komunikasi digital membuka kepekaan lebih bagi sesama,
utamanya yang berkekurangan; komunikasi digital mudah-mudahan semakin membantu
manusia menjadi saudara-saudari yang baik; manusia beriman harus keluar dari
diri sendiri kearah sesama dalam kebenaran.
5. Mengapa “perjumpaan” penting bagi manusia?
Manusia
adalah makhluk sosial. Manusia hidup dalam ranah hubungan satu sama lain.
Manusia menjadi manusia sejati dalam perjumpaan. Perjumpaan adalah ruang
kodrati untuk menjadi saudara-saudari satu sama lain. Perjumpaan dapat
menyelesaikan banyak hal antar manusia. Perjumpaan digital membuka wawasan
meluas dan membangun cara pandang baru. Perjumpaan menghadirkan sikap berbagi
kegembiraan dan kesedihan. Perjumpaan membuat kita berani menjadi seperti orang
lain. Perjumpaan membangun dialog dalam memberi dan menerima. Perjumpaan
menumbuhkan peradaban kasih bersama. Perjumpaan menjadi ruang berbagi kebaikan
dengan sesama. Perjumpaan dapat membuka kemungkinan untuk menyelesaikan
perselisihan. Perjumpaan membangun perdamaian, jika perjumpaan menghadirkan
sikap saling mendengarkan, saling belajar dan saling menghargai dan menghormati. Perjumpaan,
pun dalam ruang digital, menghadirkan martabat setiap orang.
6. Apakah kemajuan media komunikasi berfaedah bagi
persekutuan gerejawi?
Kemajuan
media komunikasi amat berfaedah bagi persekutuan orang beriman. Persekutuan
gerejawi menyambut dan memanfaatkannya dengan rasa syukur dan
bertanggungjawab. Media komunikasi digital membuka peluang bagi pewartaan
Injil. Olehnya, persekutuan gerejawi harus menggunakannya dengan arif bijaksana
untuk membawa ketenteraman dan kegembiraan hidup.
7. Bagaimana perjumpaan itu digambarkan dalam pesan
Sri Paus Fransiskus?
Sri
Paus Fransiskus menggambarkan perjumpaan sebagai kenyataan manusiawi: kepekaan
akan sesama. Perjumpaan itu adalah penerimaan manusiawi seutuhnya. Perjumpaan
adalah ruang di mana kita saling menerima seadanya. Perjumpaan itu membangkitkan
pengharapan baru dan kegairahan dalam hidup bersama. Di tengah banyaknya
perpecahan, perjumpaan mendekatkan satu sama lain dengan bantuan media
komunikasi sosial yang berkembang. Perjumpaan melalui internet misalnya
memperluas ruang solidaritas antar manusia. Budaya perjumpaan menghadirkan sikap
menerima dan memberi sekaligus. Perjumpaan mengungkapkan ketersediaan untuk
sadar bagi orang lain. Perjumpaan sejati adalah kesaksian kristiani, khususnya
dalam dunia digital. Dalam perjumpaan digital, kita harus awas dan bijaksana,
agar kita tidak terperangkap dalam lingkungan yang bertentangan dengan
perjumpaan sendiri. Perjumpaan adalah persoalan manusiawi dan bukan persoalan
teknologis semata.
8. Manakah keunggulan teknologi informasi modern?
Keunggulannya
adalah menjadikan kita lebih dekat, masuk ke dalam dunia yang
mengecil. Persoalannya, dalam ruang yang mengecil tidak dengan sendirinya kita
bersatu. Kemungkinan ada, bahwa komunikasi meluas dan mendekat , membuat kita
memperalat sesama. Kita dapat melakukan kekerasan dengan media komunikasi yang
nampaknya membuat kita dekat satu sama lain. Dekat secara fisik atau virtual
belum dengan sendirinya dekat di hati. Renungkanlah Orang Samaria yang baik!
9. Manakah tantangan teknologi komunikasi modern?
Tantangan
yang paling berat dalam komunikasi modern adalah konsumerisme dan
individualisme. Manusia puas diri dan tidak peduli akan lingkungan
manusiawinya. Bahkan sesama dapat diperdagangkan lewat media komunikasi
modern. Manusia harus beretika dalam media komunikasi digital. Berjalan di jalan
tanpa hambatan digital harus mencapai perjumpaan yang benar.
10. Bagaimana kehadiran kaum miskin dalam media
komunikasi?
Media
komunikasi modern diperuntukkan bagi semua orang. Orang yang berkekurangan pun
harus mendapat kemungkinan untuk mengaksesnya. Media komunikasi harus berusaha
agar orang miskin tidak terpinggirkan atau tertinggal. Kita perlu membangun
kepekaan yang memadai bagi semua orang.
11. Kisah manakah dalam Injil yang diangkat Paus dalam
memperjelas perjumpaan?
Sri
Paus Fransiskus mengangkat kisah Orang Samaria yang baik: kepekaan serta peduli
sesama yang benar. Dalam perjumpaan, komunikasi harus sampai pada tanggungjawab
bagi orang lain. Kita tidak membiarkan orang pinggiran, tetap terpinggirkan.
Kita perlu mengembangkan cara pandang baru seperti Kristus dan tidak terikat
dengan tradisi dan kebiasaan yang tidak peka sesama. Berani membangkitkan sikap
baru dan mata baru dalam perjumpaan dengan sesama. Dalam perjumpaan, sesama
bukanlah orang asing, khususnya dalam media komunikasi digital. Perjumpaan yang
benar, pun dalam media komunikasi digital, bukanlah bentuk gossip.
12. Apakah sasaran dari Pesan Sri Paus Fransiskus?
Sasarannya
adalah bahwa media komunikasi sejatinya membangun budaya bagi perjumpaan yang
sejati. Sesama komunikasi kita adalah sesama saudara-saudari yang memiliki
kekayaan untuk berbagi. Komunikasi sosial adalah sarana untuk membangun
kesesamaan dalam perjumpaan. Media komunikasi digital mudah-mudahan mendorong
budaya perjumpaan yang bersesama.
13. Bagaimana wawasaan Yesus tentang “sesama”?
Dalam
perumpaan tentang Orang Samaria yang baik, Yesus menghadirkan cara pandangan
baru, yaitu bahwa kita tidak saja melihat orang lain seperti diri kita sendiri,
tetapi kemampuan untuk membuat diri kita seperti orang lain. Kita adalah sesama
kita. Kita tidak terikat pada keakuan kita, tetapi keakuan kita menjadi orang
lain dalam diri kita. Seperti penjelmaan Yesus sendiri: kemanusiaan menjadi
jati diri Yesus, sehingga Dia mengalami seluruh kemanusiaan. Keilahian melebur
dalam kemanusiaan. Inilah budaya peduli sejati dalam perjumpaan
ilahi-manusiawi. Yesus menjati-dirikan dalam diri sesama, terutama sesama yang
lemah, kecil dan miskin.
14. Bagaimana kita dapat menjadi pemeran dalam budaya
perjumpaan sejati di tengah persekutuan gerejawi kita dan dalam masyarakat luas?
Pertama-tama,
kita belajar dari cara Yesus berkomunikasi, belajar terus menerus sebagai
murid-murid-Nya: “Lakukanlah seperti apa yang Aku telah lakukan”. Dengan
hadirnya media komunikasi yang berkembang, kita pada dasarnya mendapat bantuan
untuk masuk ke dalam budaya luas dari perjumpaan. Kita menggunakan alat-alat komunikasi
modern dengan benar dan bertanggungjawab secara meluas demi kebaikan
bersama. Kita dapat dengan mudah berbagi kegembiraan, kesedihan serta
pengharapan dengan sesama kita. Kita melibatkan diri, mengembangkan diri serta
mecerdaskan diri dengan pengantaraan media komunikasi digital, yaitu berlaku
bermartabat manusiawi dan berwibawa sebagai anak-anak Allah.
15. Manakah ajakan istimewa oleh Sri Paus Fransiskus?
Ajakan istimewa adalah “Marilah kita berani menjadi warga dunia digital”!
Bukan sebagai tameng, hiasan atau penampilan dengan kepentingan tersembunyi,
tetapi tanda tekad kita akan cintakasih dan belas kasih bagi sesama kita.
Inilah kekuatan berbantuan kita untuk mewujudkan budaya perjumpaan yang sejati.
16. Siapakah yang mendapat mandat untuk mengembangkan
pastoral komunikasi sosial?
Pada
tingkat Gereja universal, Dewan Kepausan untuk Komunikasi Sosial; pada tingkat
Konferensi para Uskup, Komisi Komunikasi Sosial Konferensi Waligereja Indonesia
dan pada tingkat Keuskupan, Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan. Sedangkan pada
Federasi Konferensi-konferensi Uskup Asia, FABC-OSC: Kantor Komunikasi Sosial
yang berkedudukan di Manila, Filipina. Di tingkat paroki, hendaknya juga
terjalin perhatian akan media komunikasi, khususnya komunikasi digital.
17. Manakah media komunikasi sosial itu?
Media
cetak seperti buku, Surat Kabar, dan Majalah, Media visual seperti Infocus,
lukisan, foto, Media audio Radio dan telepon kabel, Media audio-visual seperti
Bioskop, Televisi, komputer dengan internet, telepon genggam dan iPhone, iPad
serta media sosial seperti Facebook, Twitter, Youtube, dengan mesinnya seperti
Yahoo, Google etc.
18. Bagaimana dampak media sosial, khususnya digital,
dalam kaum muda?
Orang
muda memang paling terkesima dengan kemajuan media sosial. Semangat muda
mendorong mereka untuk memperluas dan membangun pertemanan melalui media
sosial. Dampak ini amat berfaedah dalam membangun wawasan hidup, karena mereka
boleh menjalin hubungan sosial dengan siapa saja. Perjumpaan hidupnya meluas dalam
berbagi pengalaman serta harapan dalam hidup ini. Syaratnya, tanggungjawab
martabat manusiawi. Bahayanya, dengan mengadakan relasi sosial meluas, mereka
tidak dengan sendirinya mencerdaskan kepribadiannya, bahkan dengan jejaring
sosial mereka dapat terasing dan kesepian. Mereka tidak lagi belajar berpikir
dan berpendapat sendiri, karena pengaruh media sosial. Dalam dunia yang semakin
konsumeristik dan individualistik, media sosial seperti internet dengan aneka
kemudahannya, kaum muda dapat terperangkap pada pelbagai kebutuhan yang pada
dasarnya bukan kebutuhan nyata. Bahkan, media sosial dapat menjadikan pribadinya
kerdil, karena lingkungan dekat sekitarnya tidak lagi dilihat sebagai makna
pertumbuhan dirinya.
19. Bagaimana kita menggunakan media sosial dengan
benar?
Media
sosial adalah anugerah dalam hidup kita. Kita patut menggunakannya dengan penuh
tanggungjawab manusiawi, agar kita semakin bermartabat dengan kehadiran media
sosial. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi diperuntukkan bagi
pengembangan dan pencerdasan hubungan manusiawi dalam keadilan dan
perdamaian. Oleh karena itu, kita perlu menaruh perhatian pada “apa, siapa,
kapan, bagaimana” dalam menggunakan media sosial, agar budaya kerukunan semakin
tumbuh dalam perjumpaan digital.
Perayaan Nasional “Hari Komunikasi Sosial Sedunia” ,
2014
Perayaan
nasional Hari Komunikasi Sosial Sedunia 2014 akan diselenggarakan di Keuskupan
Weetebula dalam hubungan dengan “Yubileum 125 Tahun Masuknya Gereja Katolik” di
pulau Sumba. Kehadiran perayaan ini adalah suatu pernyataan syukur atas karunia
iman Kristiani dalam persekutuan gerejawi Keuskupan Weetebula. Inilah penegasan
komunikasi iman dalam upaya evangelisasi “sampai ke ujung bumi”, sebagaimana
diperintahkan oleh Yesus Kristus. Program Komunikasi Sosial 2014 akan
menyambangi persekutuan gerejawi setempat, di mana kehadiran media sosial telah
menjadi bagian utuh dari perjalanan hidupnya. Dengan memberikan kepedulian pada
perayaan Yubileum 125 Tahun, Komisi Komunikasi Sosial KWI bermaksud untuk
memperluas makna pendidikan serta pelatihan media sosial, khususnya bagi
generasi muda, agar budaya baru ini mampu membangkitkan serta menggerakkan
kerukunan hidup berdasarkan prinsip-prinsip Injil Yesus Kristus. Penggunaan
media sosial dalam evangelisasi mudah-mudahan menyapa hati persekutuan gerejawi
menuju perjumpaan yang menghormati dan menghargai martabat sesama. Tujuannya
adalah menghadirkan “suatu budaya bersesama”, di mana berkembang perjumpaan
saudara-saudari Yesus Kristus, yang menjadi unggul karena lingkungan hidup
sosial, ekonomi, politik dan budaya berbajusirakan belaskasih yang
berkelanjutan secara manusiawi. Budaya perjumpaan sejati adalah bentuk
komunikasi yang lahir dari peradaban kasih sebagai penegasan dari komunikasi
iman dalam persekutuan gerejawi dan masyarakat luas. Budaya perjumpaan sejati
bukan berarti bahwa tiada perselisihan atau pun kesenjangan dalam perjalanan
hidup bersama, tetapi komunikasi iman selalu mampu menemukan jalan keluar
bersama demi kebaikan bersama, yaitu sikap rela mengampuni. Perjumpaan sejati
dengan media sosial harus menjadi tanda kasih karunia Tuhan, di mana kita semua
sadar akan martabat kita sebagai anak-anak Allah dengan segala kerapuhan
manusiawi. Oleh karena itu, kehadiran penyelenggaran Hari Komunikasi Sosial
harus dipandang sebagai sarana budaya perjumpaan dalam konteks pendidikan iman,
di mana persekutuan gerejawi belajar kembali sebagai murid-murid Kristus yang
dikenal karena perbuatan kasih (cf. Yoh 13:35). Mudah-mudahan peringatan Hari
Komunikasi Sedunia di masing-masing Keuskupan, khususnya perayaan Yubileum 125
Tahun Evangelisasi Pulau Sumba di keuskupan Weetebula, menjadi kesempatan
berahmat dalam membangkitkan, menumbuhkan, menggerakkan, memberdayakan serta
mencerdaskan pola berpikir bersesama dan pola laku bersesama dalam ikut
menghadirkan kesejahteraan bersama dalam masyarakat setempat. Panggilan serta
perutusan ini adalah penegasan Roh dalam setiap persekutuan gerejawi yang
semakin dewasa dalam membangun hubungan-hubungan manusiawi yang
bermartabat. Kecenderungan untuk menghambat perjumpaan yang merukunkan merupakan
suatu perilaku yang tidak sesuai dengan kegembiraan Injil yang dianugerahkan
Allah dalam Permandian. Kehadiran perayaan Hari Komunikasi Sosial Sedunia adalah
ungkapan kegembiraan guna menghargai serta bersyukur atas anugerah media sosial
yang mendekatkan ruang kebersamaan hidup, di mana perjumpaan manusiawi mampu
mengalami perubahan, yaitu dorongan baru membangun persaudaraan sebagai budaya
perjumpaan sejati. Inilah mudah-mudahan wujud evangelisasi baru yang terlaksana
secara interkultural dan interaksional dan dihayati berkelanjutan secara
manusiawi sebagai salah satu dampak kemajuan teknologi informasi
digital. Jejaring sosial melalui interaksi digital adalah anugerah Tuhan bagi
manusia. Sarana komunikasi baru ini juga merupakan kabar gembira dalam
persekutuan gerejawi dan oleh karena itu, hendaknya dimanfaatkan dengan penuh
tanggungjawab dan rasa terima kasih dalam membangun peradaban kasih. Persekutuan
gerejawi, yang terutus untuk memberitakan Kabar Gembira dalam dunia, mempunyai
kewajiban untuk berbagi nilai-nilai Injil demi mendorong mekarnya sikap
bersesama, khususnya melalui antar-hubungan digital. Dengan memperdalam
pengetahuan dan ketrampilan dalam penggunaan media komunikasi digital,
persekutuan gerejawi kiranya mengalami kedekatan yang penuh dengan sikap saling
menghormati dan menghargai. Memang terdapat tantangan besar, karena komunikasi
digital tidak dengan sendirinya mempererat hubungan-hubungan manusiawi. Dengan
hati nurani yang cerdas Kristiani, persekutuan gerejawi mampu menghadirkan
kesegaran serta kesejukan dalam menggunakan media sosial digital, sehingga
antar-hubungan yang semakin mendekatkan satu sama lain dapat berlangsung
berkelanjutan secara manusiawi, agar keutuhan lingkungan hidup semakin
memperlihatkan keindahan mutu hidup dalam budaya perjumpaan yang sejati
manusiawi.
Kupang, 15 Pebruari 2014
Uskup P. Turang
Ketua Komisi Komunikasi Sosial KWI
2 comments:
Romo Bambang
trims artikelnya ya Mo
Berkah Dalem
Sama-sama, Mas Putut. Selamat menuju hari lahir tahun yang akan datang dengan bergembira dan beriman dan bergairah dalam menjai saksi iman.
Post a Comment