Berikut ini adalah terjemahan yang tidak resmi (unofficial translation) dari ensiklik Paus Fransiskus yang berjudul Lumen Fidei (Terang Iman). Jika anda ingin mengutip terjemahan ensiklik ini, mohon mencantumkan www.katolisitas.org sebagai sumbernya, sehingga kalau ada masukan dapat diberitahukan kepada kami.
AN
UNOFFICIAL INDONESIAN TRANSLATION OF THE ENCYCLICAL LUMEN FIDEI (The Light
of Faith)
@COPYRIGHT 2014 – KATOLISITAS
@COPYRIGHT 2014 – KATOLISITAS
Surat
Ensiklik
TERANG IMAN
TERANG IMAN
dari Sri Paus
FRANSISKUS
Kepada Para Uskup Imam dan Diakon
Kaum Religius dan Umat Awam
Tentang IMAN
Kaum Religius dan Umat Awam
Tentang IMAN
Bentuk gerejawi dari iman
22. Dengan
cara ini, hidup orang percaya menjadi sebuah eksistensi gerejawi, sebuah
kehidupan dihidupi dalam Gereja. Ketika Santo Paulus memberitahukan umat
Kristiani di Roma bahwa semua yang percaya kepada Kristus membentuk satu tubuh,
ia mendesak mereka untuk tidak membanggakan akan hal ini; melainkan,
masing-masing harus memikirkan dirinya sendiri “menurut ukuran iman yang
dikaruniakan Allah ” (Rom 12:3). Mereka yang percaya dapat melihat diri mereka
sendiri dalam terang iman yang mereka nyatakan: Kristus adalah cermin di mana
mereka menemukan gambaran mereka sendiri yang sepenuhnya terwujud. Dan sama
seperti Kristus mengumpulkan kepada Diri-Nya semua orang yang percaya dan
menjadikan mereka tubuh-Nya, sehingga orang Kristen itu dapat melihat dirinya
sendiri sebagai sebuah anggota dari tubuh ini, dalam sebuah hubungan relasi
yang penting dengan semua orang percaya lainnya. Gambaran dari sebuah tubuh
tidak berarti bahwa orang percaya itu adalah hanya satu bagian dari suatu
keseluruhan yang anonim, semata-mata sebuah roda penggerak belaka dalam sebuah
mesin yang besar; melainkan ia [gambaran tubuh itu]menyatakan kesatuan yang
sangat penting antara Kristus dengan orang-orang percaya dan antara orang
percaya di kalangan mereka sendiri (bdk. Rom 12 :4-5). Umat Kristiani adalah
“satu” (bdk. Gal 3:28), namun dengan sebuah cara yang tidak membuat mereka
kehilangan individualitas mereka; dalam pelayanan kepada orang lain, mereka
datang ke dalam milik mereka sendiri di tingkat yang tertinggi. Hal ini menjelaskan
mengapa, terlepas dari tubuh ini, di luar kesatuan Gereja di dalam Kristus ini,
di luar Gereja ini yang – menurut kata-kata Romano Guardini – “adalah pembawa
dalam sejarah tatapan lengkap [sempurna]Kristus atas dunia”[16] - iman kehilangan
“ukuran”-nya; ia [iman itu]tidak lagi menemukan keseimbangannya, ruang yang
diperlukan untuk menopang dirinya sendiri. Iman adalah harus gerejawi, itu
dinyatakan dari dalam tubuh Kristus sebagai sebuah persekutuan yang nyata dari
orang percaya. Adalah berlawanan dengan latar belakang gerejawi ini bahwa iman
membuka seorang Kristen secara individu itu ke arah semua orang lain. Sabda
Kristus, begitu didengar, oleh karena kekuatan batinnya yang bekerja dalam hati
orang Kristen itu, menjadi sebuah tanggapan, sebuah kata yang diucapkan, sebuah
pengakuan iman. Seperti yang Santo Paulus katakan: “seseorang percaya dengan
hatinya … dan mengaku dengan bibirnya” (Rom 10:10). Iman bukanlah sebuah
masalah pribadi, sebuah gagasan yang sepenuhnya individualistik atau sebuah
pendapat pribadi: iman datang dari pendengaran, dan itu dimaksudkan untuk
menemukan ekspresi dalam kata-kata dan untuk diwartakan. Karena “bagaimana
mereka percaya kepada-Nya, jika mereka tidak pernah mendengar tentang Dia? Dan
bagaimana mereka mendengar tentang Dia jika tidak ada yang memberitakan-Nya?”
(Rom 10:14). Iman menjadi berpengaruh di dalam diri orang Kristen atas dasar
dari kasih karunia yang diterima, kasih yang menarik hati kita kepada Kristus
(bdk. Gal 5:6), dan memungkinkan kita untuk menjadi bagian dari ziarah besar
Gereja melalui sejarah sampai akhir dunia. Bagi mereka yang telah diubah dengan
cara ini, sebuah cara pandang yang baru terbuka sama sekali, iman menjadi
terang bagi mata mereka.
0 comments:
Post a Comment