Sebagaimana terjadi pada tahun 2013, pada tahun 2014 ini Komunitas Rama Domus Pacis juga akan menggelar program Novena Ekaristi Seminar Maret-November. Hari dan waktunya tetap, yaitu setiap Minggu Pertama jam 09.00-12.00. Tema-tema selama tahun 2014 akan memperdalam beberapa tema tahun 2013: 1) galau di masa tua (Maret, April, Mei; 2) kemerosotan daya indrawi di masa tua (Juni, Juli); 3) kaum tua dan kaum muda (Agustus, September, Oktober, November). Acara tetap dikemas dengan Seminar 2 Jam dan ditutup dengan Liturgi Ekaristi.
Untuk menjadi peserta siapapun tetap harus mendaftar paling lambat 7 hari sebelum pelaksanaan per bulan. Hal ini berkaitan dengan penyediaan konsumsi. Tidak ada uang pendaftaran. Bila akan ikut membantu keuangan, peserta cukup ambilbagian dalam pengisian kolekte sukarela. Semua yang terlibat dalam penyelenggaraan Novena ini hadir melayani tanpa mendapatkan anggaran keuangan termasuk para pembicara. Novena ini menjadi acara Gerejawi yang menekankan perbuatan dari semangat berbagi. Ada yang berbagi pikiran, ada yang berbagi tenaga, dan ada yang berbagi uang.
Tema-tema Novena Ekaristi Seminar tahun 2014 di Domus Pacis
TEMA
|
LATAR BELAKANG
|
PEMBICARA
|
Ngapa Kudu Urip?
(sangkan paraning dumadi)
|
· Kegalauan kaum
tua dapat terjadi karena tidak memahami apa, mengapa, dan kemana hidup ini
harus terjadi (sangkan paraning dumadi).
· Orang dapat
hanya disibukkan dengan pikiran dan perasaan terhadap hal-hal yang terjadi
sehari-hari. Tetapi bagaimana kesejatian hidup, hal ini kerap luput dari
pemahaman dan penghayatan.
|
Bapak
Drs. Gregorius Sukadi
|
Wis Ora Kanggo?
(gunane wong tuwa)
|
· Orang dapat
merasa galau kalau dalam pengalaman hidupnya banyak memegang peran dalam
kumpulan-kumpulan dan tentu juga dalam keluarganya. Tetapi ketika kondisinya
makin mundur, termasuk ketika harus berhadapan ketentuan-ketentuan masa kini,
orang harus lengser dan menjadi
anggota biasa. Perasaan tidak terpakai rasa
dapat menghinggapi orang.
· Apalagi kalau
masih merasa mampu dan berdaya, orang dapat dijangkiti post power syindrome.
· Di sini
pemahaman akan makna hidup menjadi penting.
|
Bapak
Drs. Singgih HS
|
Golek Dalan Padhang?
(jatining urip langgeng)
|
· Sekalipun
sudah tahu bahwa hidup di dunia terbatas, tetapi orang dapat takut pada
realitas kematian. Sekalipun sudah tahu pelajaran tentang hidup abadi, orang
dapat terlena akan keyakinan itu dalam penghayatan hariannya termasuk
kesibukannya.
· Semua itu memudahkan
orang mudah terjangkiti jiwa takut dan hidupnya tak mudah gembira. Maka
pemahaman apa itu hidup sesudah kehidupan dunia ini dan bagaimana
menghayatinya dalam keseharian, hal ini dirasa penting untuk menjadi insan
gembira dan pemancar sukacita.
|
Rama
Petrus Agoeng Sriwidodo, Pr.
|
Yèn Akèh Ra Kepenak?
(rikala mata, kuping, irung, tutut, lan
rasa suda dayané)
|
· Keterbatasan
daya indrawi dapat membuat orang merasa amat menderita. Kegiatan tubuh pun
menjadi terganggu.
· Barangkali
rasa derita itu muncul karena kurangnya pengetahuan bagaimana mengoptimalkan
daya(-daya) yang terbatas.
|
Bapak
Dokter Suharnadi, SpD
|
Saya Tuwa Saya Gampang Lungkrah?
(njaga awak seger)
|
· Makin tua
tubuh dapat tergaanggu oleh rasa tak segar dan pegal-pegal.
· Bagaimana
dapat merasakan badan rileks, hal ini menjadi dambaan orang yang mengalami
masa tua.
|
Bapak
Prof. Dr. A Supratiknya
|
Tuwa Kon Nginternèt?
(urip tuwa ing jaman saiki)
|
· Hubungan kaum
tua dengan kaum muda kerap terhambat karena yang muda banyak diwarnai dengan
alat-alat digital atau tekhnologi informasi.
· Kaum tua dapat
merasa disepelekan oleh yang muda karena mendapatkan julukan “jadul” (jaman
dulu), sebutan kini untuk kaum kolot.
· Yang jadi soal
adalah bagaimana kaum jadul dapat hidup bersama kaum “jakin” (jaman kini).
|
Rama
Petrus Agoeng Sriwidodo, Pr.
|
Wong Tuwa Ora Kajèn?
(jatiné unggah-ungguh)
|
· Orang tua
kerap merasa terganggu oleh tindak tanduk kaum muda yang dirasa melupakan
etika. Banyak kaum muda dianggap tidak berlaku sopan terhadap yang tua.
· Sementara itu
kaum muda juga kerap merasa selalu dinilai negatif karena dianggap tidak
hormat pada yang tua. Segala upaya menghargai yang tua dapat tidak
diperhitungkan.
· Benarkah
sopan-santun sudah hilang di jaman kini?
|
Rama
D Bambang Sutrisno, Pr.
|
Gègèr Warisan?
(kawicaksanan
ngedum)
|
· Hingga saat
ini hubungan antar keluarga dari satu keturunan dapat ribut karena soal
pembagian warisan.
· Kesadaran akan
kepastian hukum yang berkembang juga dapat membuat tanah-tanah hibah tanpa
sertifikat juga dapat menjadi sumber sengketa.
· Yang jadi
soal, apakah orang tua yang masih hidup harus sudah membagi warisan. Bagaimana
nanti kalau tidak punya apa-apa lagi?
|
Bapak
Yohanes Suryo Adi Pramono, MA, Phd
|
Wicaksana Iku Wani Mundur?
(tuladhaning Rama Kardinal Darmojuwono)
|
· Kedudukan dan
posisi tua dapat membuat orang selalu ingin menjadi pemuka dan penentu segalanya.
Dari sini berbagai kegelisahan batin dan stres dapat muncul karena post power syndrom dan mau tetap
kuasa.
· Almarhum Rama
Kardinal Justinus Darmojuwana dapat menjadi inspirasi penghayatan iman
ketuaan. Beliau berani mundur dan dilakukan sebelum masa pensiun sebagai
Uskup.
|
Rama
D Bambang Sutrisno, Pr.
|
0 comments:
Post a Comment