Written by co admin dari http://economicreviewnews.com |
Wednesday, 17 September 2014 14:29 |
(EconomicReviewnews)- Masa Pensiun pasti akan tiba. Tidak mengenal profesi, pangkat ataupun jabatan. PENSIUN berkaitan dengan waktu, usia kita. PENSIUN adalah masa dimana kita tidak bekerja lagi karena masa tugas telah usai. Namun, pada masa pensiun ini kita tetap harus mengeluarkan biaya hidup seperti saat kita masih produktif. Agar tak jadi sengsara di masa tua, seyogyanya Anda sudah merancang masa depan Anda dengan asuransi semenjak dini. Seperti yang dialami oleh Johannes Budi Santoso (59). MAsa pensiun dilaluinya dengan kesedihan. Pensiunan salah satu perusahaan swasta ini berakhir nestapa . Kini ia berbaring di salah satu rumah sakit ternama di bilangan Jakarta Selatan. Budi berusaha untuk sembuh, namun makin hari kondisi tubuhnya semakin memburuk. Dirinya susah bicara, separuh badannya sulit digerakkan hingga akhirnya mengalami kelumpuhan total. Setiap hari, pria yang rambutnya ditumbuhi uban memutih ini hanya bisa terbaring di tempat tidur. Jika berjalan harus dibantu dengan kursi roda. Mesti bicaranya terbata-bata, Budi menuturkan pengalamanya ketika awal terjadi serangan stroke. Ia merasa kehilangan keseimbangan badan, kepala pusing dan sempoyongan. Baginya keluh kesahnya tak ada artinya lagi, penyesalan tak ada guna, dirinya dihadapkan kenyataan lumpuh tak berdaya. Budi mengaku dulu ia perokok aktif, sering begadang dan peminum. Bisa dibilang pola hidupnya semasa usia produktif tak teratur. Tanpa ia sadar pada saat memasuki usia senja, daya tahan tubuhnya menurun. Ia mulai digerogoti berbagai penyakit, termasuk penyakit stroke. Dalam diri Budi, timbul penyesalan yang mendalam. Kala mengingat masa lampau di mana ia masih produktif, ia tak mau mengalokasikan sebagian gaji bulanannya untuk investasi atau pun untuk asuransi. “ Saya tak tahu lagi harus bagaimana lagi mencari biaya untuk pengobatan di rumah sakit,” keluhnya. Tak dipungkiri, banyak dari kita yang meremehkan usia tua. Pada masa kerja tak mau “menyisihkan dana” untuk persiapan masa pensiun. BAnyak mereka merasa masa pensiun masih lama, jadi mereka berpikir pensiun tidak perlu dipersiapkan. “Toh masih ada waktu”, kata pikiran sebagian orang. Padahal, menabung “sedikit” di usia muda maka akan memperoleh “bukit” di masa pensiun. Berbeda dengan cerita Pujiono. Di usia produktifnya, wira usaha montir ini, justeru bahagia di usia pensiun. Karena sebelumnya ia telah merencanakan masa pensiunnya dengan matang. Ia telah mengalokasikan sebagian pendapatan bulanannya untuk investasi dan asuransi. “ Puji Tuhan. Saya merasakan manfaat dari investasi sejak dini hingga usia pensiunan,” ujarnya sambil mencium kalung Rosario. Banyak hal yang harus kita lakukan untuk mempersiapkan masa pensiun. Mulai mempersiapkan sejumlah dana untuk masa tua atau proteksi lainnya, agar di masa pensiun tidak merepotkan orang lain. Terutama akibat dari resiko kesehatan seperti penyakit degeneratif yang sering muncul pada usia senja maupun biaya keluar masuk rumah sakit untuk pemeliharaan kesehatan. Berbagai tindakan antisipasi dapat dilpersiapkan sejak masa muda. Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam situsnya menyatakan, “Di usia muda, seseorang juga dapat mulai memilih instrumen investasi dengan risiko yang relatif lebih tinggi seperti portofolio investasi berisi saham, obligasi, dan Reksa Dana, asalkan telah memahami dengan baik potensi dan risiko berinvestasi di pasar modal. Produk asuransi kesehatan juga diperlukan karena mahalnya biaya pengobatan. Produk asuransi kematian pun juga diperlukan untuk dapat menjaga ketersediaan dana bagi orang tua, kakak, dan adik yang secara finansial masih bergantung sekiranya terjadi sesuatu. Persoalannya, hingga kini kesadaran masyarakat untuk berinvestasi dan berasuransi masih rendah. Inilah yang kemudian menggerakkan hati para pelaku industri perasuransian terus melakukan sosialisasi dan memberikan edukasi kepada masyarakat untuk berasuransi. Secara umum, edukasi kerap dilakukan pihak asuransi, baik melalui seminar, workshop, maupun melibatkan agen. Agen yang dulunya bertugas menjual, kini, perannya telah diperluas menjadi penasihat keuangan (financial advisor) bagi nasabahnya. Karena itulah sangat perlu adanya sosialisasi manfaat proteksi sejak dini agar dapat disadari betapa pentingnya menjamin masa depan dengan perencanaan finansial yang matang. Pentingnya pendidikan, kesehatan, dan masa pensiun menggerakkan kesadaran masyarakat Indonesia untuk berasuransi. Hal ini dibuktikan melalui riset SOLAR yang dilakukan Sun Life Financial. Hasil riset tersebut menyatakan, asuransi pendidikan, pensiun, dan kesehatan menjadi produk yang paling populer di Indonesia. Penyebabnya tentu saja keinginan masyarakat akan terwujudnya rasa aman dalam kehidupan jangka panjang yang akan dilalui. Kini, orang tua makin menyadari pentingnya mempersiapkan dana pendidikan sejak dini. Hasil riset dari SOLAR yang merupakan singkatan dari Study of Lifestyles, Attitudes and Relationships (Studi tentang Gaya Hidup, Perilaku dan Hubungan) sebuah riset pemahaman nasabah yang dilakukan oleh Sun Life Financial, yang pertama kali dilakukan tahun 2007/2008, menyatakan, 61% responden merencanakan menyekolahkan anak mereka di sekolah swasta, sementara 58% ke luar negeri. Dari jumlah tersebut, 70% lebih tertarik pada asuransi pendidikan. Tidak jauh berbeda dengan pendidikan, 60% lebih masyarakat Indonesia sudah mempunyai gambaran yang jelas tentang kapan mereka akan pensiun. Riset SOLAR pun mendapati 80% responden mengaku telah menyisihkan sebagian uangnya secara teratur untuk masa pensiun mereka. Dari sisi kesehatan, secara menggembirakan, asuransi telah ditempatkan sebagai sumber dana utama dalam menutup biaya kesehatan setelah tabungan. Riset SOLAR mencatat, 64% responden mengungkapkan bahwa mereka mempercayakan perlindungannya pada asuransi. Riset ini memperlihatkan tingginya kebutuhan masyarakat Indonesia untuk memastikan masa depan serta kesiapan finansial mereka. Dan, mereka menggunakan asuransi sebagai pilihan utama dalam meraih masa depannya lebih baik. Presiden Direktur PT Sun Life Financial Indonesia Bert Paterson mengatakan, prioritas kehidupan manusia berpatokan pada tiga hal yaitu kesehatan, pendidikan, dan dana pensiun. Lebih jauh, Bert mengatakan, ada dua tren yang memengaruhi seluruh dunia. Pertama, angka harapan hidup semakin tinggi. Yang kedua, dunia pengobatan semakin canggih sehingga semakin banyak masyarakat bisa diselamatkan dari penyakit-penyakit yang mematikan. Akan tetapi, Bert berpandangan ketika umur manusia semakin lama dan pengobatan semakin canggih, maka biaya yang dibutuhkan manusia untuk merawat kesehatannya pun semakin besar. Bert sadar betul tingginya jumlah penduduk Indonesia yang membayar sendiri biaya kesehatan disebabkan akibat masih minimnya edukasi tentang manfaat asuransi dan lebih mengutamakan keperluan lain dibandingkan untuk berinvestasi. Apa yang diungkapkan Bert tak salah, merujuk negara China, bagaimana pemerintah China mengedukasi masyarakatnya untuk lebih mengenal dunia keuangan. Hampir lebih dari 50% penduduk China sudah banyak yang mengalokasikan dananya ke produk-produk keuangan (investasi) atau pun asuransi. Mulai dari saham, obligasi, hingga reksadana. Bertolak belakang dibanding masyarakat Indonesia, ketika ditawari investasi, mayoritas dari kita akan berfikir puluhan kali dan bahkan menolak jika ditawarkan produk-produk investasi tersebut. Seperti kata pepatah Inggris bilang "Don't put your all eggs in one basket!", artinya jangan menaruh telur dalam satu ranjang. Jika diterjemahkan, tak ada salah untuk memulai berinvestasi karena tidak ada istilah kepagian dalam berinvestasi. Mengenai instrumen apa yang tepat untuk investasi, macam-macam bisa dipilih, yang penting jangan dalam instrumen yang sama. Pasalnya kalau kita menaruh seluruh uang kita dalam instrumen investasi yang sama, akan lebih banyak resiko yang ditanggung ketimbang kita menaruh uang dalam berbagai instrumen. Tak salah jika Sun Life Financial (Sun Life) mengingatkan, ketika masih produktif mulailah berpikir untuk berportofolio dalam memegang uang termasuk memastikan uang digunakan untuk berjaga-jaga seperti dana pensiun (dapen) yang bermanfaat untuk mempersiapkan hari tua. Bagi yang sudah pensiun juga dapat melakukan investasi. Tentu investasinya sesuai dengan karakter masing-masing pensiunan. Ada 3 karakter pensiunan, yaitu investor, konvensional, moderat atau progresif. Namun, sebaiknya jika pensiunan baru memulai investasinya, pilihlah investasi konvesional dalam bentuk tabungan atau obligasi . Skema pembayaran pun dapat dibuat, dan jika memungkinkan dibuat secara flexibel pembayarannya hingga mencapai hasil yang diharapkan.Untuk lebih jelasnya dan rinci, silahkan klik: http://www.sunlife.co.id Semua produk tersebut menjawab tiga kebutuhan keuangan yang mendasar: kebutuhan akan perlindungan, kebutuhan akan tabungan dan kebutuhan akan investasi. Jika kita melirik kebelakang lebih dari 140 tahun, kesuksesan Sun Life terletak pada kemampuan untuk berkembang. Artinya Sun Life telah teruji dan kokoh melintas zaman, dengan misi membantu nasabah mencapai kesejahteraan dengan kemapanan finansial. Sejak 1995, PT Sun Life Financial Indonesia (Sun Life) telah menyediakan produk investasi bagi masyarakat Indonesia dengan program lengkap mulai dari produk-produk proteksi dan pengelolaan kekayaan, termasuk asuransi jiwa, pendidikan, kesehatan, dan perencanaan hari tua. Setiap tahun Sun Life Financial Indonesia mengalami pertumbuhan nasabah yang signifikan di pasar, tempat Sun Life beroperasi. Sun Life terus berupaya untuk meningkatkan produk-produk dan layanan-layanan Sun Life demi memenuhi kebutuhan keuangan para nasabah Sun Life. Sesuai dengan misi SUN Life, membantu keluarga Indonesia mencapai kesejahteraan dengan kemapanan finansial , dengan bangga Sun Life memperkenalkan “Life's brighter under the sun”. Makna dari “Life's brighter under the sun” ini adalah bahwa Sun Life Financial Indonesia menawarkan jasa konsultasi perencanaan keuangan, serta solusi masalah finansial yang disesuaikan dengan kebutuhan para nasabah. (sigit) |
Monday, February 9, 2015
AGAR DI USIA SENJA TAK LAGI SENGSARA
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment