Kristina
dr Spoleto, Yordanus dr Saksonia
warna
liturgi Hijau
Bacaan:
Kej. 3:1-8; Mzm. 32:1-2,5,6,7; Mrk. 7:31-37. BcO
1Kor. 5:1-13.
Markus
7:31-37:
31Kemudian
Yesus meninggalkan pula daerah Tirus dan dengan melalui Sidon pergi ke danau
Galilea, di tengah-tengah daerah Dekapolis.32Di situ orang membawa kepada-Nya
seorang yang tuli dan yang gagap dan memohon kepada-Nya, supaya Ia meletakkan
tangan-Nya atas orang itu.33Dan sesudah Yesus memisahkan dia dari orang banyak,
sehingga mereka sendirian, Ia memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, lalu Ia
meludah dan meraba lidah orang itu.34Kemudian sambil menengadah ke langit Yesus
menarik nafas dan berkata kepadanya: "Efata!", artinya:
Terbukalah!35Maka terbukalah telinga orang itu dan seketika itu terlepas
pulalah pengikat lidahnya, lalu ia berkata-kata dengan baik.36Yesus berpesan
kepada orang-orang yang ada di situ supaya jangan menceriterakannya kepada
siapapun juga. Tetapi makin dilarang-Nya mereka, makin luas mereka
memberitakannya.37Mereka takjub dan tercengang dan berkata: "Ia menjadikan
segala-galanya baik, yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya
berkata-kata."
Renungan:
Saya
terkesan dengan ayat ini, "Ia menjadikan segala-galanya baik, yang tuli
dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berkata-kata" (Mrk 7:37).
Orang-orang terkesan pada Yesus. Ia menjadikan segala-galanya baik. Ia membuka
telinga orang tuli dan lidah orang bisu sehingga bisa mendengar dan berbicara.
Mendengar
dan berbicara merupakan salah satu kemampuan yang dibutuhkan manusia. Kemampuan
ini minimal membuat seseorang mudah berkomunikasi dengan sesamanya. Dengannya
ia bisa bergaul, menyerap dan menyampaikan banyak hal. Hidupnya pun bisa
bertumbuh selaras dengan majunya waktu. Ia pun bisa menyampaikan
gagasan-gagasannya dengan lebih baik.
Yesus
membuka si tuli dan si bisu sehingga mereka bisa mendengar dan berbicara. Yesus
menjadikan segalanya menjadi baik. Umumnya dari kita memiliki kemampuan
mendengar dan berbicara. Kalau Yesus dikatakan menjadikan segalanya menjadi
baik, maka marilah kita juga menggunakan pendengaran dan kata-kata kita agar
segalanya menjadi baik. Kita serap dengan telinga kita hal-hal baik dan kita
bicarakan kata-kata baik demi menjaga kebaikan semuanya.
Kontemplasi:
Pejamkan
matamu sejenak. Lihatlah telinga dan lidahmu. Gunakan itu untuk menangkap dan
mengatakan hal-hal baik.
Refleksi:
Apa
kebaikan biasa kaudengarkan dan kaukatan?
Doa:
Tuhan
bukalah telingaku dan mulutku untuk mendengar dan mengatakan hal-hal baik.
Semoga kebaikanMu merasuki hidup manusia.Amin.
Perutusan:
Aku
akan mendengarkan dan berbicara tentang hal-hal baik. -nasp-
0 comments:
Post a Comment