Selasa, 10 Februari2015
Peringatan
Wajib St. Skolastika, Prw
warna
liturgi Putih
Bacaan:
Kej. 1:20-2:4a; Mzm. 8:4-5,6-7,8-9; Mrk. 7:1-13 BcO
1Kor. 2:1-16
Markus
7:1-13:
1Pada
suatu kali serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem
datang menemui Yesus.2Mereka melihat, bahwa beberapa orang murid-Nya makan
dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh.3Sebab orang-orang
Farisi seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan kalau tidak melakukan
pembasuhan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat istiadat nenek
moyang mereka;4dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak
lebih dahulu membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang,
umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga.5Karena itu
orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada-Nya: "Mengapa
murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi
makan dengan tangan najis?"6Jawab-Nya kepada mereka: "Benarlah nubuat
Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini
memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.7Percuma
mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah
manusia.8Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat
manusia."9Yesus berkata pula kepada mereka: "Sungguh pandai kamu
mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu
sendiri.10Karena Musa telah berkata: Hormatilah ayahmu dan ibumu! dan: Siapa
yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati.11Tetapi kamu berkata: Kalau
seorang berkata kepada bapanya atau ibunya: Apa yang ada padaku, yang dapat
digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk korban?yaitu persembahan
kepada Allah?,12maka kamu tidak membiarkannya lagi berbuat sesuatupun untuk
bapanya atau ibunya.13Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku
demi adat istiadat yang kamu ikuti itu. Dan banyak hal lain seperti itu yang
kamu lakukan."
Renungan:
Ketika
kecil orang tua mengingatkan kala anaknya duduk di atas bantal, "Jangan
duduk di atas bantal, nanti "udunen" (bisulan)." Hal tersebut
pun turun temurun. Orang tua sekarang pun masih mengingatkan dengan cara
tersebut. Pasti ada alasan mendasar mengapa hal itu bertahan sampai sekarang.
Walau sedikit yang nyata terjadi (duduk di atas bantal bisulan) cara tersebut
efektif.
Orang
Yahudi mengatakan najis bagi mereka yang makan tanpa mencuci tangan terlebih
dahulu. Istilah najis dipakai untuk menahan isi mengapa tindakan makan tanpa
cuci tangan tidak bisa dibenarkan. Tentu kita tahu alasannya soal higienis.
Banyak
tata cara hidup yang dibuat sedemikian rupa supaya orang melakukan atau tidak
melakukannya. Kadang tanpa tahu maksudnya orang tergoda untuk kaku
menegakkannya. Kekakuan menegakkannya sering mengganggu relasi yang ada.
Kontemplasi:
Pejamkan
matamu. Hadirkan satu dua kebiasaan yang menghambat relasimu dengan Tuhan dan
sesama.
Refleksi:
Apa
arti adat istiadat bagimu?
Doa:
Bapa
ada banyak adat kebiasaan di sekitarku. Semoga aku mampu mendamaikannya
sehingga menumbuh kembangkan kebersamaan denganMu dan sesamaku. Amin.
Perutusan:
Aku
akan mendamaikan adat kebiasaan dan kesetiaanku dengan Tuhan.-nasp
0 comments:
Post a Comment