dari http://bechis.blogspot.com Thursday, July 20, 2006; ilustrasi dari Blog Domus
ANDA pernah kenal istilah atau aktivitas "Meditasi Matahari Terbit"? Orang yang berada di belakang aktivitas meditasi yang kini ditekuni banyak orang tersebut adalah Drs. Gede Arsa Dana. Dalam rentang waktu yang panjang, penekun sejumlah ilmu tenaga dalam dan kanuragan ini banyak "menggali" hal-hal yang esensial dalam pengetahuan spiritual. Hingga suatu ketika ia menulis buku berjudul "Meditasi Matahari Terbit". "Meditasi ini bertujuan untuk mendidik anak-anak hingga para siswa menjadi pandai, sehat dan berbudi luhur. Budi luhur ini merupakan tujuan setiap manusia. Ketika usia semakin lanjut, kepandaian dan ingatan mulai semakin merosot, kesehatan semakin mundur, yang tinggal hanya budi luhur yang terbawa sampai kematian menjemput," paparnya. Berikut wawancara Bali Post dengan Gede Arsa Dana.INI sebuah pertanyaan paling mendasar, mengapa orang perlu bermeditasi?
Pertama, karena tujuan meditasi itu adalah ke dalam yakni kepada Tuhan yang ada di dalam hati, atau yang terdekat di dalam batin. Tetapi, pengertian umum sekali, meditasi untuk meningkatkan konsentrasi. Dengan adanya konsentrasi, secara otomatis akan timbul ketenangan, lalu akan tercapai pikiran tenang, sehingga kesehatan itu bisa tercapai. Namun, yang paling utama adalah mendekatkan diri kepada Tuhan.
Sementara ini ada pemahaman beberapa orang tentang meditasi sebagai sebuah kata yang mengerikan. Lalu bagaimana cara menghilangkan "image" itu?
Sebenarnya, meditasi itu sudah memasyarakat, hanya saja pemahaman orang-orang dan kebiasaan kita di Bali selalu mengarahkan meditasi itu untuk orang tua. Padahal, meditasi yang merupakan pemikiran yang terus menerus, secara mendalam itu tidak mesti kepada orang tua saja, melainkan anak-anak pun bisa. Cuma, masyarakat sudah terbiasa menganggap meditasi itu dilakukan sesudah pensiun. Bahkan dianggap menakutkan dan mistik. Justru karena itu, sekarang masyarakat harus diberi pemahaman bahwa meditasi itu bukan sesuatu hal mistik.
Nah, kini tugas kita bersama untuk mengubah image masyarakat terhadap meditasi itu. Dulu pernah ada kejadian, di salah satu sekolah TK diadakan pelajaran meditasi. Ketika didengar oleh salah satu orangtua murid, ia meminta anaknya berhenti sekolah. Mungkin pikiran orang, bermeditasi itu adalah belajar kesaktian, mistik, atau kekuatan. Kini kita lebih banyak tak menggunakan kata meditasi, melainkan duduk hening atau berdiri hening.
Jadi, meditasi itu sebenarnya "biasa-biasa" saja dan bisa dilakukan oleh siapa saja?
Meditasi itu seharusnya sederhana dan mudah dilakukan oleh siapa saja karena memang harus untuk semua orang. Di dalam Bhagawadgita tidak diterangkan umur berapa boleh bermeditasi atau tidak. Setiap orang boleh dan harus bermeditasi, memusatkan pikiran yang terus menerus secara mendalam dengan tujuan akhir untuk mendekatkan diri pada Tuhan. Kalau dilihat secara panjang, tujuannya adalah moksa. Kalau sekarang membicarakan moksa rasanya terlalu dini.
Apa beda meditasi dengan semadi?
Menurut astana yoga jelas sekali, yaitu dharana adalah pemusatan pikiran, dhiyana adalah pemusatan pikiran yang terus menerus dan samadhi artinya tenggelam di dalam pemusatan pikiran itu sendiri. Kini kadung sudah salah kaprah, orang kadang-kadang ingin menjadi langsung hebat. Jadi setiap mengheningkan pikiran dan setiap latihan yang berhubungan dengan batin selalu dianggap semadi. Padahal, untuk semadi itu diperlukan proses yang sangat panjang dan tidak seperti yang dibayangkan. Kita sendiri tidak berani menyinggung masalah semadi dalam artian yang benar. Tetapi, kalau semadi yang umum dilakukan itulah dhiyana yakni meditasi itu sendiri.
Bagaimana idealnya orang melakukan meditasi?
Semua itu tergantung dari segi waktunya. Kalau orang lanjut usia (lansia) atau orang dewasa, mungkin harus melakukan setengah jam atau 30 menit ke atas. Tetapi, kalau anak-anak, satu atau dua menit pun cukup. Anak SD kelas satu sampai kelas lima saya beri target waktu tiga menit. Kalau umur di atasnya paling sedikit diberi lima menit.
Bagi Anda, apa sisi esensial dari meditasi itu dan mengapa sampai anak-anak pun dianjurkan bermeditasi?
Sesudah lama menjalani dan sambil menyusun buku, makin lama saya makin mengetahui bahwa inti meditasi sebenarnya sebegitu saja. Kadang manusia ingin mencari sensasi yang nampak hebat, makin berbelit, makin ruwet, makin rahasia dan makin hebat. Tetapi, sesudah saya melihat dan jalani justru sederhana sekali, tak sesulit yang dibayangkan sebelumnya. Sehingga saya yakin benar, anak-anak pun bisa memakainya. Misalnya, kundalini secara prinsip tujuannya adalah untuk pemarisuda -- membersihkan badan, fisik, etorik, astral maupun mental. Dengan bersih ini, kundalini secara otomatis akan naik. Kalau kotor dipaksa naik, justru akan menyebabkan trauma atau sindrom-sindrom kundalini dan sebagainya. Namun, kita tidak akan mengarahkan anak-anak ke sana. Orangtua pun mestinya begitu, mereka tak boleh tanpa penyucian, tanpa pembersihan kundalini dipaksa naik. Kalau hal itu dipaksakan, berbahaya. Saya tetap melihat bahwa anak TK, SD, SMP sampai orang tua itu keheningannya atau intinya sama.
Apakah "rumusan" tersebut penemuan Anda?
Saya tidak berani mengatakan itu penemuan. Sebenarnya ini sudah ada sejak lama, mungkin istilahnya hanya menggali yang sudah ada. Seperti yang dimuat dalam Bhagawadgita, tidak ada batasan umur yang boleh membacanya. Anak-anak pun sepanjang sudah bisa membaca boleh melakukannya. Atau anak yang tak bisa membaca boleh mendengarkan. Apa yang dicantumkan dalam Bhagawadgita, itu berarti setiap orang boleh melakukannya. Memang, anak TK disuruh meditasi dengan posisi tertentu sekian menit tidak mampu. Hal itu berbeda dengan orang dewasa. Meditasi adalah duduk diam. Artinya, diam fisiknya, diam perasaannya dan diam mentalnya. Nah, untuk mencari proses diam inilah yang disebut dengan meditasi.
Apakah ada dampak nyata pada seseorang yang sering bermeditasi?
Orang yang sering bermeditasi akan lebih cepat menimbulkan reaksi daripada orang yang tidak melakukan meditasi. Hal ini sudah dibuktikan di Universitas Texas. Di Universitas California terbukti, pada orang yang sering bermeditasi, kemampuan mengingatnya, konsentrasi dan pengembangan memorinya lebih tinggi daripada orang yang tidak bermeditasi. Kedua fakultas ini secara serius menyelidiki dampak meditasi. Di Prancis, salah seorang dokter mengatakan, meditasi berdampak pada penyembuhan mental. Dicoba dengan memberikan gula pada salah seorang yang sakit, gula itu dilengkapi dengan perintah untuk menyembuhkan sakit. Ternyata, itu mampu menyembuhkan. Berarti pikiran orang itu sendiri yang memproses penyembuhan.
Meditasi kan berkaitan erat dengan pernapasan?
Ya, yang menonjol sekali adalah mengenai pernapasan. Orang yang bernapas lebih lambat adalah lebih sehat. Binatang pun juga demikian. Orang yang meditasi, pada saat tertentu napasnya lebih lambat daripada orang yang sedang tidur. Umumnya orang bernapas delapan kali per menit dan orang yang tidur bisa bernapas enam sampai delapan per menit. Tetapi kalau meditasi mungkin tiga atau empat kali per menit. Jadi sangat dalam sekali.
Meditasi pada manusia konon bisa diaplikasikan ke tanaman atau tumbuh-tumbuhan. Pendapat Anda?
Benar. Percobaan di Thailand membuktikan pengaruh meditasi terhadap tanaman. Tanaman yang diberi pikiran baik itu ternyata tumbuh lebih cepat dan baik sekali. Dalam percobaan itu, ada satu tanaman yang tumbuh di tiga tempat yang masing-masing diarahkan oleh mahasiswa. Tanaman yang satu tidak diberikan apa-apa, yang satu bagian diberi pikiran yang bagus, kasih sayang, dan kedamaian. Sedangkan yang satunya lagi diberi caci maki. Ternyata tanaman yang dicaci maki itu dalam beberapa hari menguncup seperti terbakar dan akhirnya mati. Tanaman yang biasa tumbuhnya juga biasa, sedangkan tanaman yang diberi pikiran kasih sayang itu pertumbuhannya sangat cepat dan sehat. Tanaman saja demikian hasilnya, apalagi manusia.
Apakah bisa terjadi sebaliknya, tanaman berefek pada manusia?
Bisa. Juga di Thailand, pernah ada kejadian lain, satu pohon dalam sekolah mengalami kekeringan, kemudian mati. Setelah diselidiki, ternyata ada seorang mahasiswa yang stres menumpahkan kemarahannya kepada pohon itu. Mungkin karena ia tidak bisa mencaci dosennya, maka ia tumpahkan pada pohon yang lamanya hampir 2-3 jam itu. Sehabis itu, mahasiswa tersebut juga sakit. Jadi efek kepada pohon itu sangat jelas dan efek pada manusianya juga jelas.
Anda pernah punya pengalaman sendiri terkait fenomena tadi?
Satu hal yang menarik pernah saya alami, suatu ketika, pada saat saya main bola. Kita tahu bahwa pohon-pohon pada siang hari mengeluarkan O2 yang kita perlukan. Saya memegang pohon itu dan berkata, "Oh pohon, kelebihan energimu tolong berikan pada saya, dan terima kasih sebelumnya". Ternyata hal itu bisa meningkatkan kesehatan, vitalitas, dan spiritual saya. Kasih sayang meningkat banyak. Falsafah pohon itu kan selalu memberi, kepada orang jahat atau yang baik. Dalam permcobaan-percobaan dengan tanaman ini, meditasi sangat jelas dan sudah banyak terbukti.
* * *
Sering terjadi, orang yang bermeditasi menjadi "kepeleset" jadi "kerauhan" atau kemasukan roh halus maupun roh jahat. Bagaimana hal itu sampai terjadi?
Ada beberapa hal yang menyebabkan orang kerauhan. Pertama, di Bali orang yang kerauhan itu seolah dipakai alat oleh makhluk-makhluk tinggi, sehingga orang itu menjadi bangga. Kalau kerauhan, manusia sepertinya sudah mempunyai karakter ingin nampak dan ingin kelihatan. Bayangkan saja, pada tempat yang ramai orang kerauhan sendiri misalnya, kan dia menjadi nampak dan menonjol. Jadi keinginan untuk menonjol ini sangat tinggi. Keinginan itu menjadi di bawah sadarnya, sehingga mudah sekali ia kerauhan. Kedua, seseorang kerauhan karena kepekaannya sendiri. Bukan kepekaan karena dia pandai, suci, atau spiritual, namun karena ia mudah menangkap getaran lain kemudian dirasakannya.
Artinya Anda tidak begitu percaya sepenuhnya perihal "kerauhan" itu?
Kalau kontak batin saya percaya, tetapi kalau kerauhan itu kelas dewa, yang dimasuki seberapa? Dalam pemahaman meditasi, kita berada pada jalur keheningan yang memang lain. Makhluk apa pun itu tidak boleh "masuk". Kalau itu terjadi, berarti ada yang tidak benar.
Apakah ketika orang bermeditasi kemudian "kerauhan", berarti orang tersebut gagal bermeditasi?
Dalam meditasi secara umum tidak ada istilah gagal. Yang gagal itu adalah proses perjalanan meditasinya. Ada istilah orang Bali, kalau bermeditasi harus bertempat di pasar, di tempat yang ramai. Namun sering terjadi, di tempat yang hening saja mereka tidak bermeditasi dengan baik, apalagi di pasar. Ada juga orang meditasi di hutan. Di satu segi mereka bagus mencari keheningan di hutan, tetapi kalau mereka terus-terusan demikian, dia tidak akan terlatih dalam hidup sehari-hari. Karena, hidup tidak segampang dan semulus jalan by-pass yang lurus tanpa hambatan.
Meditasi bisa menyembuhkan penyakit?
Perlu diingat, meditasi itu berhubungan dengan pikiran. Pikiran berhubungan dengan badan kasar dan fisik. Orang yang pikirannya tenang dan tenteram, akan mempengaruhi fisiknya yang lebih tenang dan tenteram serta mempengaruhi napasnya menjadi lebih lambat dan panjang. Dengan proses ini saja, sudah terjadi proses penyembuhan. Kedua, pada saat meditasi, seseorang akan menarik energi Ilahi, energi kosmik yang ditarik adalah dirinya. Hal itu akan mendorong keluar semua hal negatif dalam dirinya. Termasuk karakter yang buruk pun terdorong keluar. Kita tidak akan mengatakan apakah itu namanya black magic, penyakit, atau pikiran lain yang negatif. Tetapi, itu adalah energi negatif. Pada saat cahaya turun, semua kegelapan minggir karena rahmat Tuhan itu umumnya berbentuk cahaya. Kegelapan memang tidak bisa diusir, tetapi dengan masuknya cahaya, kegelapan menjadi minggir. Yang termasuk kegelapan adalah semisal penyakit, karakter, dan emosi yang negatif.
Apa hubungan meditasi dengan aura seseorang?
Aura terbentuk karena pikiran. Dengan proses itu, aura menjadi terbentuk karena aura itu adalah limpahan daripada daya pikir. Sekarang yang bisa ditangkap dengan foto itu adalah eterik, sedangkan mental sendiri belum mampu ditangkap dengan alat. Eterik ini dipengaruhi oleh pikiran, apakah itu tenang, kacau balau, atau lainnya. Jadi, kalau pikiran seseorang tenang, selalu mengarah ke atas, akan terjadi beberapa hal yaitu satu auranya berubah. Contoh, orang yang spiritualnya tinggi selalu bermeditasi, pikirannya ke hal-hal Tuhan melulu, maka auranya akan jadi putih. Jika aura berwarna ungu atau violet, itu sudah bagus. Orang yang suka mengabdi seperti dokter, perawat atau lainnya, karakternya akan membawa auranya berwarna biru. Sedangkan penyembuh auranya berwarna kehijauan. Lalu, orang-orang duniawi yang tidak memikirkan apa-apa -- sering emosional, marah, dan ngamuk -- auranya akan berwarna kemerah-kemerahan dan kadang berwarna hitam gelap.
Meditasi juga berpengaruh dari segi cakra-cakra. Pada saat seseorang bermeditasi, cakra yang di atas akan berkembang bagus seperti cakra jantung, tenggorokan, di tengah halus. Hal ini disebabkan konsentrasi orang itu ke atas. Selama ini, kita membayangkan Tuhan itu kan selalu di atas, tidak pernah di kaki. Hal inilah mendorong cakra-cakra di atas itu mengembang dan semakin besar.
0 comments:
Post a Comment