Minggu Biasa V/B -8 Feb 2015 (Mrk 1:29-39)
BY A. GIANTO ON FEBRUARY 2015 HARIAN, JENDELA ALKITAB
dari http://renungan-kitabsuci.blogspot.com
Rekan-rekan yang budiman!
MRK 1:29-39 mengisahkan kegiatan Yesus sehabis mengajar dan mengusir roh dari orang yang kerasukan pada pagi hari yang sama (Mrk 1:21-28). Sore hari itu, di rumah Simon dan Andreas, ia menyembuhkan ibu mertua Simon yang menderita demam. Petang harinya, ia sibuk menyembuhkan orang-orang lain dari penyakit dan kerasukan setan. Keesokan harinya, pagi-pagi buta, ia pergi berdoa di tempat terpencil. Ketika Simon dkk. menemukannya dan mengatakan bahwa banyak orang mencarinya, Yesus malah mengajak mereka pergi ke kota-kota di sekitarnya untuk "mewartakan Injil" – maksudnya membawakan berita yang bakal membuat orang merasa lega. Untuk itulah ia datang, kata Yesus sendiri.Markus sengaja menaruh kegiatan Yesus dalam kerangka siang hari, sore, petang, dan pagi hari esoknya. (Kerangka ini diikuti dalam Luk 4:31-44; Matius tidak memakainya.) Irama kehidupan itu mengikuti irama alam, khususnya matahari. Dalam masyarakat dulu, kegiatan mencari nafkah selesai pada saat matahari terbenam. Setelah itu, di lingkungan orang Yahudi saleh, waktu petang dan malam dipakai untuk mendalami Taurat, membaca kehidupan lewat teks-teks sakral. Pada hari Sabat, pendalaman Taurat seperti ini dijalankan sepanjang hari. Kita catat, Markus menampilkan kegiatan Yesus kali ini pada hari Sabat: pagi mulai mengajar di sinagoga menerangkan Taurat. Dan terang Taurat yang dibawakannya itu menyingkirkan roh jahat yang merasuki orang yang waktu itu ada di sana (Mrk 1:21-28). Markus hendak menunjukkan bahwa penyembuhan yang dilakukan Yesus itu terjadi dalam rangka pendalaman Sabda bagi orang banyak. Yesus bukan orang yang mau melawan lembaga kekudusan Sabat. Ia malah membuat hari itu semakin luhur! Kita perhatikan bahwa Yesus juga tidak mengangkat bangun ibu mertua Simon. Ia memegang tangannya dan itu cukup untuk membuat demamnya lenyap.
RASANYA…GRENG!
MRK 1:29-39 mengisahkan kegiatan Yesus sehabis mengajar dan mengusir roh dari orang yang kerasukan pada pagi hari yang sama (Mrk 1:21-28). Sore hari itu, di rumah Simon dan Andreas, ia menyembuhkan ibu mertua Simon yang menderita demam. Petang harinya, ia sibuk menyembuhkan orang-orang lain dari penyakit dan kerasukan setan. Keesokan harinya, pagi-pagi buta, ia pergi berdoa di tempat terpencil. Ketika Simon dkk. menemukannya dan mengatakan bahwa banyak orang mencarinya, Yesus malah mengajak mereka pergi ke kota-kota di sekitarnya untuk "mewartakan Injil" – maksudnya membawakan berita yang bakal membuat orang merasa lega. Untuk itulah ia datang, kata Yesus sendiri.Markus sengaja menaruh kegiatan Yesus dalam kerangka siang hari, sore, petang, dan pagi hari esoknya. (Kerangka ini diikuti dalam Luk 4:31-44; Matius tidak memakainya.) Irama kehidupan itu mengikuti irama alam, khususnya matahari. Dalam masyarakat dulu, kegiatan mencari nafkah selesai pada saat matahari terbenam. Setelah itu, di lingkungan orang Yahudi saleh, waktu petang dan malam dipakai untuk mendalami Taurat, membaca kehidupan lewat teks-teks sakral. Pada hari Sabat, pendalaman Taurat seperti ini dijalankan sepanjang hari. Kita catat, Markus menampilkan kegiatan Yesus kali ini pada hari Sabat: pagi mulai mengajar di sinagoga menerangkan Taurat. Dan terang Taurat yang dibawakannya itu menyingkirkan roh jahat yang merasuki orang yang waktu itu ada di sana (Mrk 1:21-28). Markus hendak menunjukkan bahwa penyembuhan yang dilakukan Yesus itu terjadi dalam rangka pendalaman Sabda bagi orang banyak. Yesus bukan orang yang mau melawan lembaga kekudusan Sabat. Ia malah membuat hari itu semakin luhur! Kita perhatikan bahwa Yesus juga tidak mengangkat bangun ibu mertua Simon. Ia memegang tangannya dan itu cukup untuk membuat demamnya lenyap.
RASANYA…GRENG!
TANYA: Bu, tolong ceritakan sendiri pengalaman sore itu.
JAWAB: Kan sudah ditulis oleh Mark, juga diceritakan kembali Matt dan Luc.
TANYA: Bagaimana keadaan ibu waktu itu?
JAWAB: Demam. Sudah beberapa hari terbaring. Siap mati. Eh, tahu-tahu ada orang yang memegang tangan saya!
TANYA: Menurut Mark (Mrk 1:31), sambil memegang tangan ibu, Yesus
"membangunkan" ibu dan saat itu juga demam hilang. Apa beliau menyuruh
bangun, atau malah mengangkat dan mendudukkan? Soalnya, Matt (Mat 8:15) dan Luc (Luk 4:39) tidak mengatakan Yesus membangunkan. Mereka bilang ibu "bangun", itu saja.
JAWAB: Kok aneh-aneh tanyanya! Sang Guru dari Nazaret yang didatangkan
menantu saya itu hanya memegangi tangan saya. Wah, nak, rasanya… greng!
Ada kekuatan yang masuk mengusir demam itu keluar. Luc tentunya juga
tahu meski ia tidak ikut mengatakan Yesus memegangi tangan saya.
TANYA [rada geli]: Omong-omong, "greng" yang ibu sebut tadi apa sih?
JAWAB: Eh, nganggap nenek bikin-bikin! Ndak ingat cerita Mrk 5:30?
Yesus merasa ada tenaga keluar dari dirinya – "greng" tadi – ketika
ujung jubahnya dipegang oleh perempuan yang menderita pendarahan kronik
12 tahun? Lihat Luk 8:46 sekalian dah!
TANYA: Tanpa mengguncang-guncang badan ibu? Jadi yang disebut Matt dan
Luc itu ya benar. Demam lantas pergi dan ibu bangun sendiri.
JAWAB: Benar!
TANYA [kepada seorang ahli tafsir]: Yesus tidak mengangkat ibu itu dari
posisi tidur. Tapi kok Mark memakai ungkapan "membangunkan"? Matt dan
Luc tidak menyebutnya. Perkara kata, tapi bikin penasaran nih.
AHLI: Dalam kisah-kisah penyembuhan waktu itu, ungkapan "membangunkan"
memang biasa dipakai dengan arti menyembuhkan, tidak dalam arti harfiah
mengangkat. Mark memakainya dalam arti luas ini.
TANYA [kepada ibu mertua Simon lagi]: Sesudah sembuh, ibu lalu "melayani mereka". Apa yang ibu lakukan?
JAWAB: Menyiapkan makan bagi Yesus dan murid-muridnya. Sudah menjelang petang, saat orang makan.
TANYA [kepada ahli tafsir]: Mark dan Luc menyebutkan ibu mertua Simon
"melayani mereka", tapi Matt menulis "melayani dia", maksudnya Yesus.
Apa perbedaan ini penting?
AHLI: Matt hendak memusatkan pandangan kepada Yesus, sedangkan Mark menceritakan kejadiannya secara umum. Begitu pula Luc.
TANYA: Masih ada satu soal. Luc mencatat, Yesus "membentak pergi" demam
itu, begitu dalam teks Yunaninya. Mark dan Matt tidak sejelas itu. Bisa
dikomentari perbedaan ini?
AHLI [tersenyum]: Itu cara Luc mengatakan Yesus kini bertindak dengan
wibawa ilahi untuk mengeluarkan demam. Luc juga mau menunjuk pada
hubungan penyakit dengan kekuatan jahat. Orang-orang waktu mungkin
menduga ibu mertua Simon itu tentunya dikerjain orang, kena guna-guna.
Dalam Injil, penyembuhan dan pengusiran kekuatan jahat kerap ditampilkan
sebagai dua sisi dari satu mata uang. Ini kunci memahami kisah
penyembuhan.
MEMBUNGKAM SETAN-SETAN
MEMBUNGKAM SETAN-SETAN
Setelah menyembuhkan ibu mertua Simon, Yesus dijamu di rumah itu
bersama para muridnya. Sementara itu berdatanganlah penduduk ingin
menemui Yesus. Petang itu ia menyembuhkan orang dari penyakit dan
kerasukan setan. Dalam ay. 34 dikatakan bahwa Yesus tidak memperbolehkan
setan-setan berbicara. Alasannya, mereka mengenal Dia. Tulisan Markus
ini seperti teka-teki. Setan-setan itu tahu betul siapa Yesus. Mereka
dapat menyuarakan pengetahuan mereka, seperti halnya roh jahat yang
merasuki orang yang pada pagi hari itu berada sinagoga. Tapi di situ
Yesus membentak diam roh tadi. Kini ia juga membungkam setan-setan.
Mengapa Yesus tidak membiarkan mereka memperdengarkan kata-kata mereka
mengenai dia? Kan yang dikatakan tidak salah. Di sinagoga pagi itu roh
jahat mengatakan Yesus itu Yang Kudus dari Allah. Benar. Kenapa tak
boleh?
Di satu pihak kekuatan-kekuatan jahat memang tahu betul siapa Yesus itu.
Di lain pihak mereka memakai pengetahuan itu bukan untuk meluruskan
hidup orang, tapi untuk mengacaukan dan malah untuk menyesatkan. Mereka
mulai dengan membisikkan pengetahuan yang benar, tapi pelan-pelan mereka
membuat hati orang tertutup pada hal-hal baru yang dibawakan Yesus.
Simon Petrus sendiri nanti akan terbawa ke sana dan ia dibentak diam
oleh Yesus (Mrk 8:33 Mat 16:23). Yesus hanya akan dipandang
sebagai penyembuh dari penyakit dan kerasukan, sebagai guru bijaksana,
sebagai orang yang mempesona. Ia menjadi pusat perhatian. Lama kelamaan
Injil yang dibawakannya akan dikaburkan oleh ketenarannya dirinya.
Inilah yang dimaui oleh roh-roh jahat tadi. Mereka mau memisahkan Yesus
dari warta yang dibawakannya. Bila terjadi, Yesus akan menjadi lemah
kendati di mata orang ia tampak sukses. Kekuatannya bakal pudar karena
ia tidak lagi membawakan Injilnya sendiri, tetapi jadi takabur dan
membiarkan diri dipandang sebagai orang besar, tidak lagi menunjukkan
kebesaran Kerajaan Bapanya!
BERDOA DALAM KEHENINGAN
BERDOA DALAM KEHENINGAN
Orang-orang menunggu Yesus semalaman. Pada pagi hari berikutnya makin
banyak orang lagi berkumpul dan mencari dia. Tetapi Yesus sudah lebih
dahulu keluar pergi berdoa di sebuah tempat terpencil. Tempat hening. Ia
kiranya tahu betul betapa besar godaan yang kini mengiringi semua
tindakan baiknya. Ia tahu tak akan dapat terus tanpa kekuatan dari atas
sana. Begitulah ia menjauh dari orang banyak mencari tempat sunyi dan
membiarkan diri dibimbing roh yang sejak baptisannya turun ke atasnya.
Yesus mencari keheningan agar semakin mampu melihat kehadiran ilahi di
dalam kehidupannya. Inilah yang membuatnya tahan menjalankan
perutusannya. Inilah yang membuatnya ditakuti kekuatan-kekuatan jahat.
Apa arti pagi-pagi benar, ketika hari masih gelap? Mark itu pencerita
ulung. Beberapa hal sengaja tak disebut jelas tetapi malah membuat
pembaca menemukannya sendiri. Tentunya selama berdoa pagi-pagi benar itu
Yesus memandangi fajar menyingsing, melihat matahari mulai
menyingkirkan kegelapan. Mark mau mengajak pembaca sampai ke gagasan
ini. Yesus saat itu membaca gerak alam, dan itulah doanya. Ia melihat
Dia yang memberinya kekuatan bagaikan matahari yang mulai bersinar
mengusir kekelaman, perlahan-lahan, tetapi pasti. Bagi Yesus, meluangkan
diri mengikuti gerak gerik Yang Ilahi itu mutlak. Gerak gerik yang
memberi kelegaan. Itu sumber kekuatannya. Dan kekuatan ini juga bisa
diteruskannya kepada orang-orang yang membutuhkan. Di mana saja.
Kendala bagi pewarta kedatangan Yesus ialah mengajarkan tentang dia
tanpa menerimanya dengan tulus. Akan seperti roh jahat yang menyuarakan
pelbagai kebenaran mengenai siapa Yesus tapi tidak menghayatinya. Roh
jahat tidak bisa menerima kehadirannya. Karena itu kata-kata mereka
kosong. Tak ada bobotnya. Karena itu pewartaan yang tak disertai
keakraban dengan yang diwartakan tidak akan memperkaya batin orang.
Malah bisa membebani.
Ketika murid-muridnya mendapati dia dan memintanya menemui orang-orang
yang sudah menunggu, Yesus malah mengajak para murid pergi ke tempat
lain, agar di sana pun Injil diberitakan, agar di tempat-tempat itu pun
orang boleh ikut merasa lega. Seperti matahari yang bersinar ke
mana-mana, begitulah ia merasa perlu pergi ke tempat-tempat lain
membawakan Kabar Gembira, dan mengusir setan, mulai pagi hari setelah
Sabat. Seperti pagi hari kebangkitannya nanti!
DARI BACAAN KEDUA: 1Kor 9:16-19;22-23
DARI BACAAN KEDUA: 1Kor 9:16-19;22-23
Dalam 1Kor 9 Paulus
berbicara mengenai "kebebasan"-nya. Ia tidak ingin dianggap "rasul" di
sebuah komunitas yang menopang hidupnya dan dengan demikian terikat
hanya pada lingkungan itu. Ia menegaskan ia ingin bebas mewartakan Injil
tanpa terikat pesan sponsor, tanpa terarah kebutuhan tertentu. Pusat
perhatiannya ialah pada kabar gembira yang telah dialaminya sendiri dan
kini ia sampaikan ke pelbagai orang dengan cara yang berbeda-beda. Ia
ingin berbagi pengalaman batin tadi dengan siapa saja, baik yang
terbiasa dengan gagasan-gagasan agama Yahudi maupun dengan orang-orang
yang berbeda latar belakangnya. Inilah yang hendak disampaikannya.
Menarik dicamkan, yang
mendorong Paulus untuk mewartakan Injil bukanlah keinginannya untuk
mempertobatkan orang, melainkan untuk berbagi pengalaman batin.
Pengalaman ini membuatnya tahu apa itu "selamat", yakni merasa disapa
Tuhan, merasa enak berada di dekat-Nya. Menjadi lega. Inilah yang hendak
dibawakannya kepada banyak orang. Kesaksiannya tidak diukurnya dengan
upah yang diterima dari orang-orang yang mendengarkannya. Ukuran yang
dipegangnya ialah kenyataan kabar gembira itu sendiri, artinya, bila ia
baru puas bila memang berhasil membuat orang bisa ikut menikmati
kelegaan batin, menemukan jalan penyelamatan.
Kesaksian Paulus mengajak
orang berpikir lebih jauh. Apa itu mewartakan Injil? Apa intinya? Paulus
menunjukkan bahwa mewartakan Injil ialah menginsyafi bagaimana Tuhan
memang mau mendatangi manusia dan menjadikannya semakin utuh. Inilah
yang membuat batin lega.
sumber: http://www.mirifica.net/category/jendela-alkitab/mingguan/
0 comments:
Post a Comment