Senin, 20 April
2015
Yohanes 6:22-29
6:22.
Pada keesokan harinya orang banyak, yang masih tinggal di seberang, melihat
bahwa di situ tidak ada perahu selain dari pada yang satu tadi dan bahwa Yesus
tidak turut naik ke perahu itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya, dan bahwa
murid-murid-Nya saja yang berangkat.
6:23
Tetapi sementara itu beberapa perahu lain datang dari Tiberias dekat ke tempat
mereka makan roti, sesudah Tuhan mengucapkan syukur atasnya.
6:24
Ketika orang banyak melihat, bahwa Yesus tidak ada di situ dan murid-murid-Nya
juga tidak, mereka naik ke perahu-perahu itu lalu berangkat ke Kapernaum untuk
mencari Yesus.
6:25
Ketika orang banyak menemukan Yesus di seberang laut itu, mereka berkata
kepada-Nya: “Rabi, bilamana Engkau tiba di sini?”
6:26
Yesus menjawab mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku,
bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan
roti itu dan kamu kenyang.
6:27
Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan
yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia
kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya.”
6:28.
Lalu kata mereka kepada-Nya: “Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami
mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?”
6:29 Jawab Yesus kepada mereka: “Inilah
pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang
telah diutus Allah.”
Butir-butir Permenungan
- Tampaknya, tidak sedikit yang menjalani doa terisi dengan berbagai permohonan. Mayoritas permohonan dilatarbelakangi oleh adanya kesulitan-kesulitan menggapai kebutuhan bahkan keinginan hidup duniawi.
- Tampaknya, agama pun dianggap signifikan dan relevan karena menjawab kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan sosial. Dalam agama orang juga dapat mengejar untuk mendapatkan berbagai fasilitas dan sarana prasarana duniawi.
- Tetapi BISIK LUHUR berkata kesejatian agama justru terletak pada iklim yang membuat para warganya terutama mengejar dan mengembangkan daya kedalaman batin yang memiliki ketahanan kekal untuk hidupnya karena segala sarana prasarana duniawi hanyalah gebyar selingan. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang menghayati daya tahan keyakinan batin yang membuat segar bersemangat dalam keadaan apapun.
Ah, beragama harus bermakna untuk hidup sehingga
menjadi petunjuk pintas untuk menggapai kepentingan duniawi.
0 comments:
Post a Comment