SEBUAH PERTIMBANGAN
1. Sendiri Kesepian
Kaum lanjut usia banyak digambarkan
sebagai:
·
Terganggu
kesehatan
·
Disabilitas atau
kemampuan berkurang
·
Secara fisik
kurang aktif
·
Tidak berdayaguna
·
Tergantung pada
orang lain
·
Pemarah
·
Buruk rupa karena
keriput dan peyot
·
KESEPIAN.
Sebagai salah satu gambaran, KESEPIAN
amat erat dengan rasa kesendirian. Dengan mengacu pada teori pelepasan (diseangagement theory) Bapak Prof. Dr.
Dicky, yang menyebut kaum lansia dengan istilah adiyuswo (usia indah),
mengatakan “Disatu pihak ketika orang
menjadi adiyuswo maka mereka cenderung menarik diri dari masyarakat, dan di
lain pihak masyarakat juga semakin kurang melibatkan para adiyuswo. Para
adiyuswo secara sistematis melepaskan diri dari peran sosial yang diembannya
ketika mereka menyadari kematian yang tidak bisa dihindarinya di masa depan.
Masyarakat menyadari bahwa adiyuswo sebentar lagi wafat sehingga masyarakat
mempersiapkan generasi lebih muda untuk mengisi peran yang dulu diemban oleh
adiyuswo.”
Terjadinya
pelepasan diri berkaitan dengan keadaan kaum lansia yang mengalami kemerosotan
kognitif. Kemampuan logisnya menurun sehingga sulit mengingat yang pernah
dihadapi sesudah tua. Hal ini diperparah dengan masalah sosio-budaya seperti
yang disodorkan oleh salah seorang ahli yang bernama Suardiman:
·
Masa lansia dapat
ditandai dengan berkurangnya kontak sosial, baik dengan anggota keluarga,
anggota masyarakat serta teman kerja akibat terputusnya hubungan kerja karena
pensiun.
·
Meluasnya
keluarga inti (nucleus family) yang
mengurangi bahkan menghilangkan peran keluarga luas (extended family) juga mengurangi kontak sosial usia lanjut.
·
Kurangnya kontak
sosial dapat menimbulkan rasa kesepian atau murung.
Pengalaman
kesendirian menjadi kesepian bagaimanapun juga merupakan hal yang subyektif.
Hal-hal berikut dapat diperhatikan:
·
Rasa kesepian
dihasilkan oleh karena kekurangan hubungan sosial seseorang.
·
Rasa kesepian
merupakan gejala subyektif sehingga seseorang bisa sendiri tanpa merasakan
kesepian namun orang lainlah yang merasakan atau menduga.
·
Rasa kesepian
bersifat tidak menyenangkan dan membuat sedih.
Kesendirian menjadi
kesepian karena hal-hal sebagaimana dinyatakan di bawah ini:
1.
Perubahan dalam hubungan sosial yang dimiliki seseorang
a) Terputusnya hubungan.
Sebuah hubungan emosional yang
erat antara dua pribadi berakhir karena perceraian atau putus cinta.
b) Perpisahan ragawi.
Di masyarakat yang mobilitasnya
tinggi, berpisah dengan keluarga atau teman lama itu biasa. Misal para isteri akan mengikuti suaminya jika suami dipindah oleh tempatnya bekerja sehingga kehilangan
teman lama dan harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Meski rasa
kesepian bersifat sementara.
c) Perubahan status.
Misalnya dulu menjadi pemimpin, relasinya banyak tetapi sesudah pensiun relasi
berkurang. Seorang ibu kehilangan peran ketika anaknya pada dewasa dan
meninggalkan rumah sehingga muncul gejala “sangkar kosong” (dapat membanggakan dan menceritakan tentang
anak-cucu seolah-olah ada bersama padahal di rumah hanya sendirian).
2. Faktor ciri
sifat pribadi yang mempengaruhi rasa kesepian
a) Rasa malu
b) Harga diri
c)
Ketrampilan social.
3. Faktor
situasi dan budaya
a) budaya individualistik lawan budaya kolektivistik.
2. Sendiri Tak Kesepian
Kesendirian menjadi kesepian terutama
dikarenakan oleh lepasnya orang dari hubungan sosial. Dari sini sekalipun sudah
hidup sendiri agar tidak menderita kesepian orang harus mengembangkan hubungan
sosial. Bapak Dicky mengetengahkan teori kegiatan (activity theory) yang pada intinya “Adiyuswo akan bahagia jikalau mereka tetap aktif dan menjaga interaksi
sosial. Kegiatan tersebut jika bermakna maka akan membantu adiyuswo menggantikan
peran yang hilang dalam hidup sesudah masa pensiun.”
Dari berbagai
sharing peserta Novena di Domus Pacis 12 April 2015, ada sikap dan tindakan
yang membuat orang tidak kesepian walau sudah tua dan mengalami kesendirian:
·
Berjuang untuk
mandiri dan tidak ditolong oleh anak dan cucu sekalipun dahulu mereka menjadi
tanggungjawabnya.
·
Mencari tambahan
penghasilan sendiri sesudah pensiun dengan menggunakan potensi yang ada dalam
diri misalnya jadi penulis dan membuat serta menjual jamu.
·
Ikut aktif dalam
kegiatan-kegiatan keagamaan.
·
Berusaha menjalani
firman Tuhan sehingga dengan sepi sendiri siap untuk tak terpakai bahkan siap
wafat karena “biji gandum harus mati untuk menghasilkan buah berlimpah”.
·
Ikut kumpulan
yang bernuansa pembelajaran sebagaimana dalam Novena Ekaristi Seminar di Domus
Pacis. Andaikan di dalam kelompok pembelajaran terjadi diskusi bahkan debat,
kaum lansia dapat mempertahankan dan mengembangkan kesadaran diri.
SEBUAH
PENEGUHAN IMAN
Injil yang dibacakan dalam pembicaraan
ini diambil dari Hari Minggu Paskah II 12 April 2015, yaitu Yoh 20:19-31. Rama
Bambang mengambil ayat 19-23 yang berbunyi:
Ketika hari
sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu
tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang
Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan
berkata: "Damai sejahtera bagi kamu!"
Dan sesudah berkata demikian, Ia menunjukkan tangan-Nya dan lambung-Nya
kepada mereka. Murid-murid itu bersukacita ketika mereka melihat Tuhan. Maka
kata Yesus sekali lagi: "Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa
mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu." Dan sesudah
berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: "Terimalah Roh Kudus.
Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu
menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada."
Dari bacaan itu para murid yang
terpencil dari pergaulan sosial di masyarakat, karena menjadi pengikut Yesus,
dari susah penuh ketakutan kemudian menerima damai sejahtera dari Tuhan. Hal
ini terjadi karena mereka:
·
Ikut kumpulan iman. Dari berkumpul dengan sesama kaum beriman kita akan melihat segala
susah derita (bandingkan dengan luka-luka Yesus) justru merupakan kemuliaan
hidup (bandingkan dengan kebangkitan Kristus). Segala kekurangan bahkan
kesendirian di masa lansia kalau disatukan dengan Tuhan lewat persekutuan iman
justru menjadi keceriaan yang mengagumkan.
·
Menjadi misionaris pengampunan. Kesungguhan terlibat dalam aktivitas iman membuat
orang mengalami kekuatan Roh Kudus yang menjadikan kita utusan ilahi untuk
tugas menyebarkan hidup pengampunan. Barangkali dengan makin tua seseorang
dapat merasakan tidak cocok dan menganggap hal-hal yang dilakukan oleh orang
lain tidak benar. Apalagi berhadapan dengan kaum muda, kaum tua dan lansia
dapat merasakan pola yang amat berbeda. Pengampunan dosa adalah sikap
rekonsiliasi, yaitu kesediaan terbuka untuk berhubungan dan berjuang ikhlas menerima
perbedaan dan bahkan yang bertentangan. Dengan demikian kaum lansia dalam
kegiatan sosial akan menjadi penghadir kegembiraan.
0 comments:
Post a Comment