Saturday, April 8, 2017
Bangku Dari Pastoran
Ketika hujan masih turun bahkan cenderung lebat pada Senin 3 April 2017, pada sekitar jam 14.15 bel tamu Domus Pacis berdering. Sesudah itu dari dalam kamarnya Rm. Bambang mendengar ada kesibukan di ruang yang akan menjadi kapel baru. Ketika keluar dia melihat Pak Tukiran dan seorang bapak tua memasukkan cukup banyak dhingklik (tempat duduk tanpa sandaran). Ternyata sesudah dhingklik, masuk pula bangku-bangku panjang dengan tempat berlutut yang biasa menjadi tempat duduk di dalam Gereja. Mas Abas dan Mbak Tari pun datang bergabung mengusung bangku-bangku yang satu bangku harus diangkat oleh 4 orang. Ada 5 buah bangku panjang yang dimasukkan dalam kapel baru. Ketika Rm. Agoeng datang, beliau meminta dhingklik-dhingklik dikembalikan ke pastoran karena 5 bangku sudah cukup dan memenuhi kapel.
"Kula pun nyiapke sedasa, beta mriki sedaya, nggih" (Saya sudah menyiapkan 10 buah, semua diabawa kesini, ya) kata Pak Harno, salah satu anggota Dewan Paroki Pringwulung, yang datang, yang langsung ditanggapi oleh Rm. Agoeng "Niki mawon pun cukup" (Cukup ini sajalah). Pada mulanya, kedatangan bangku-bangku dari Pastoran Pringwulung sebetulnya berasal dari ide Mas Handoko "Ngge lungguhan saking Pastoran mawon. Mangke kula matur rama" (Untuk tempat duduk pakai yang ada di Pastoran saja. Nanti saya mohon ke rama) yang didukung oleh Bu Ninik dan Pak Naryo. Ketiganya adalah bagian dari para relawan Domus Pacis. Di Pastoran Pringwulung memang ada banyak tempat duduk yang sudah tak terpakai karena pengadaan baru. Banyak yang sudah diberikan ke paroki lain. "Le nggawa neng Domus mengko dhisik. Takkone mlitur dhisik ben ketok anyar" (Jangan dulu dibawa ke Domus Pacis. Saya minta agar dipelitur dulu agar tampak baru) kata R. Hadi, pastor Pringwulung.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment