Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Friday, April 7, 2017

Sabda Hidup



Sabtu, 8 April 2017
Hari biasa Pekan V Prapaskah
warna liturgi Ungu 
Bacaan:
Yeh. 37:21-28; MT Yer. 31:10,11-12ab,13; Yoh. 11:45-56. BcO Ibr 13:1-25

Yohanes11:45-56:
45Banyak di antara orang-orang Yahudi yang datang melawat Maria dan yang menyaksikan sendiri apa yang telah dibuat Yesus, percaya kepada-Nya. 46Tetapi ada yang pergi kepada orang-orang Farisi dan menceriterakan kepada mereka, apa yang telah dibuat Yesus itu. 47Lalu imam-imam kepala dan orang-orang Farisi memanggil Mahkamah Agama untuk berkumpul dan mereka berkata: "Apakah yang harus kita buat? Sebab orang itu membuat banyak mujizat. 48Apabila kita biarkan Dia, maka semua orang akan percaya kepada-Nya dan orang-orang Roma akan datang dan akan merampas tempat suci kita serta bangsa kita." 49Tetapi seorang di antara mereka, yaitu Kayafas, Imam Besar pada tahun itu, berkata kepada mereka: "Kamu tidak tahu apa-apa, 50dan kamu tidak insaf, bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa." 51Hal itu dikatakannya bukan dari dirinya sendiri, tetapi sebagai Imam Besar pada tahun itu ia bernubuat, bahwa Yesus akan mati untuk bangsa itu,52dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai. 53Mulai dari hari itu mereka sepakat untuk membunuh Dia. 54Karena itu Yesus tidak tampil lagi di muka umum di antara orang-orang Yahudi, Ia berangkat dari situ ke daerah dekat padang gurun, ke sebuah kota yang bernama Efraim, dan di situ Ia tinggal bersama-sama murid-murid-Nya. 55Pada waktu itu hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat dan banyak orang dari negeri itu berangkat ke Yerusalem untuk menyucikan diri sebelum Paskah itu. 56Mereka mencari Yesus dan sambil berdiri di dalam Bait Allah, mereka berkata seorang kepada yang lain: "Bagaimana pendapatmu? Akan datang jugakah Ia ke pesta?"

Renungan:
Dalam beberapa pembangunan kita sering melihat orang menyembelih binatang sebagai korban. Sering kalau binatang berkaki empat maka kepalanya ditanam di daerah tertentu. Hal itu dilakukan demi keselamatan semua orang yang akan bekerja di pembangunan tersebut. Daripada ada korban manusia maka binatang itu menjadi korban pengganti.
Maaf saya membandingkan itu dengan pemikiran  Kayafas. Kayafas merasa lebih baik satu orang dikorbankan daripada seluruh negeri mengalami celaka. “lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa” (Yoh 11:50). Setelah pendapat ini orang-orang pun sepakat membunuh Yesus.
Rasanya sampai sekarang pun masih banyak orang yang mengorbankan sesamanya demi keselamatan dirinya. Kepentingan sendiri dilindungi hak hidup orang lain dikorbankan. Kiranya kalau tidak ada kebencian tidak ada pula mengorbankan sesamanya. Hanya karena kebencian orang menjadi tega dan sadis. Maka marilah kita tepiskan rasa benci dalam diri kita. Kita hadirkan semangat kasih dan bersaudara.

Kontemplasi:
Bayangkan kisah dalam Injil Yohanes 11:45-56. Bandingkan dengan pengalamanmu.

Refleksi:
Bagaimana menahan diri dari dorongan menyingkirkan sesama?


Doa:
Tuhan semoga anak-anak-Mu makin akrab dalam bersaudara. Semoga mereka tidak saling mengorbankan tapi saling meneguhkan. Amin.

Perutusan:
Aku akan menjaga semangat persaudaraan dan mengangkat martabat sesamaku. -nasp-

0 comments:

Post a Comment