Jumat, 24 Februari 2017
Markus 10:1-12
10:1. Dari situ Yesus berangkat ke daerah Yudea dan ke
daerah seberang sungai Yordan dan di situpun orang banyak datang mengerumuni
Dia; dan seperti biasa Ia mengajar mereka pula.
10:2 Maka datanglah orang-orang Farisi, dan untuk
mencobai Yesus mereka bertanya kepada-Nya: "Apakah seorang suami
diperbolehkan menceraikan isterinya?"
10:3 Tetapi jawab-Nya kepada mereka: "Apa
perintah Musa kepada kamu?"
10:4 Jawab mereka: "Musa memberi izin untuk
menceraikannya dengan membuat surat cerai."
10:5 Lalu kata Yesus kepada mereka: "Justru
karena ketegaran hatimulah maka Musa menuliskan perintah ini untuk kamu.
10:6 Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka
laki-laki dan perempuan,
10:7 sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan
ibunya dan bersatu dengan isterinya,
10:8 sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu.
10:9 Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah,
tidak boleh diceraikan manusia."
10:10 Ketika mereka sudah di rumah, murid-murid itu
bertanya pula kepada Yesus tentang hal itu.
10:11 Lalu kata-Nya kepada mereka: "Barangsiapa
menceraikan isterinya lalu kawin dengan perempuan lain, ia hidup dalam
perzinahan terhadap isterinya itu.
10:12 Dan jika si isteri menceraikan suaminya dan
kawin dengan laki-laki lain, ia berbuat zinah."
Butir-butir Permenungan
- Tampaknya, di dalam kehidupan kogkret orang biasa dihadapkan pada pertanyaan. Pertanyaan muncul karena ketidaktahuan.
- Tampaknya, orang juga dapat dihadapkan pada pertanyaan dari orang lain terhadap sikap atau perasaan atau pemikirannya. Hal itu terjadi misalnya dalam ujian atau dalam debat.
- Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa beragul intim dengan kedalaman batin, orang sungguh dapat memiliki dan mengajukan pertanyaan akan sesuatu hal kalau dia sudah memiliki sendiri seberapapun kadar penangakapan untuk mendapatkan perluasan dan atau pendalaman sehingga terbebas dari sikap menjebak atau melawan. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan mudah kritis terhadap sikap dan pemahamannya sendiri sehingga selalu mengajukan pertanyaan untuk memperdalam.
Ah, kalau sampai sungguh
bertanya, itu berarti bodoh.
0 comments:
Post a Comment