Selasa, 21 Februari 2017
Petrus Damianus
warna liturgi Hijau
Bacaan
Sir. 2:1-11; Mzm.
37:3-4,18-19,27-28,39-40; Mrk. 9:30-37. BcO1Kor 11:17-34
Markus 9:30-37:
Markus 9:30-37:
30 Yesus dan
murid-murid-Nya berangkat dari situ dan melewati Galilea, dan Yesus tidak mau
hal itu diketahui orang; 31 sebab Ia sedang mengajar murid-murid-Nya. Ia
berkata kepada mereka: "Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan
manusia, dan mereka akan membunuh Dia, dan tiga hari sesudah Ia dibunuh Ia akan
bangkit." 32 Mereka tidak mengerti perkataan itu, namun segan
menanyakannya kepada-Nya. 33 Kemudian tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di
Kapernaum. Ketika Yesus sudah di rumah, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya:
"Apa yang kamu perbincangkan tadi di tengah jalan?" 34 Tetapi mereka
diam, sebab di tengah jalan tadi mereka mempertengkarkan siapa yang terbesar di
antara mereka. 35 Lalu Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid itu.
Kata-Nya kepada mereka: "Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu,
hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari
semuanya." 36 Maka Yesus mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya
di tengah-tengah mereka, kemudian Ia memeluk anak itu dan berkata kepada
mereka: 37 "Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku,
ia menyambut Aku. Dan barangsiapa menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya,
tetapi Dia yang mengutus Aku."
Renungan:
Beberapa
hari yang lalu kita menyaksikan atau terlibat dalam pilkada serentak. Ada
banyak pasangan calon yang bersaing. Mereka bersaing untuk memperebutkan
kekuasaan. Hmmmm memang biasanya yang terpilih akan berkuasa di daerahnya.
Mereka menjadi penguasa. Kata ini sering memuat kekuatan yang luar biasa
kepada orang tersebut.
Yesus
tidak menghendaki para murid-Nya bermental penguasa. Ia menghendaki para murid
menjadi pelayan. Semakin tinggi jabatannya maka orang itu mesti semakin
melayani. Ia melayani mereka yang dipimpin, bukan menguasainya, bahkan
menguasai secara total.
Kita
bisa melihat siapa pemimpin yang hanya ingin berkuasa dan siapa yang hendak
melayani warganya. Tentu kita tidak ingin mengorbankan hakekat kita pada orang
yang mau berkuasa demi janji dan uang 50 ribunya. Kita perlu mempunyai sikap
untuk memilih berdasarkan keyakinan kita, bukan karena desakan, iming-iming
atau puluhan ribu rupiah.
Kontemplasi:
Pejamkan
matamu. Lihatlah dengan cermat siapa pemimpin yang kaupilih.
Refleksi:
Tulislah
bagaimana caramu menentukan pilihan pemimpin.
Doa:
Tuhan
semoga para pemimpinku mempunyai semangat melayani, bukan menguasai apalagi
menguasai secara total. Amin.
Perutusan:
Aku
akan membangun semangat untuk melayani. -nasp-
0 comments:
Post a Comment