Senin, 13 Februari 2017
Kristina dr Spoleto,
Yordanus dr Saksonia
warna liturgi Hijau
Bacaan
Kej. 4:1-15,25; Mzm.
50:1,8,16bc-17,20-21; Mrk. 8:11-13. BcO1Kor 7:1-24
Markus 8:11-13:
Markus 8:11-13:
11 Lalu
muncullah orang-orang Farisi dan bersoal jawab dengan Yesus. Untuk mencobai Dia
mereka meminta dari pada-Nya suatu tanda dari sorga. 12 Maka mengeluhlah Ia
dalam hati-Nya dan berkata: "Mengapa angkatan ini meminta tanda? Aku
berkata kepadamu, sesungguhnya kepada angkatan ini sekali-kali tidak akan
diberi tanda." 13 Ia meninggalkan mereka; Ia naik pula ke perahu dan
bertolak ke seberang.
Renungan:
Dalam
debat kita melihat ada usaha untuk menyerang lawan. Serangan-serangan yang
tajam sering dilontarkan agar lawan tak mampu lagi menjawab dan kalah. Namun
seringkali serangan-serangan tersebut disampaikan dengan membabibuta. Maksud hati
menjatuhkan lawan tapi kenyataannya dirinya sendiri yang hancur.
Di
mana pun Yesus berada orang Farisi selalu menjadikan Yesus sebagai lawan
bicara. Mereka selalu mengajukan pertanyaan yang menjebak atau mengkritik
tindakan yang dilakukan Yesus. Mereka pun meminta Yesus memberikan tanda yang
melegalkan tindakan-Nya. “Mengapa angkatan ini meminta tanda” (Mrk 8:11).
Hidup
ini bukanlah debat. Kalau setiap kali kita membawa percakapan kita ke dalam
debat maka akan melelahkan lawan bicara kita. Maka rasanya janganlah selalu
membawa percakapan ke dalam debat. Kadang-kadan kita pun perlu merelakan
hal-hal yang tak bisa kita terima.
Kontemplasi:
Bayangkan
kisah dalam Injil Mrk 8:11-13. Bandingkan dengan pengalamanmu.
Refleksi:
Tulislah
pengalamanmu menahan diri untuk tidak mendebat percakapan teman bicaramu.
Doa:
Tuhan
semoga aku mampu menerima sesuatu yang sulit kuterima. Semoga aku mampu menjadi
sahabat percakapan. Amin.
Perutusan:
Aku
akan berusaha menjadi sahabat percakapan bukan pendebat kata sesama. -nasp-
0 comments:
Post a Comment