Sunday, November 9, 2014
GAMELAN MENGIRINGI NOVENA
Pada Sabtu 1 November 2014 Ruang Barnabas, ruang pertemuan luar Domus Pacis, tampak berbeda. Ada panggung berukuran 2,5X7m. Pada malam hari sekitar jam 19.30 ada gamelan diantar oleh Bapak Purnomo (Pak Ipung) dari Kadisono, Stasi Berbah. Dari tata tempat, gamelan di panggung berada di belakang meja pembicara seminar sekaligus altar menghadap 255 buah kursi yang ditata berderet-deret. Semua ini disiapkan untuk Novena Ekaristi Seminar ke sembilan atau tahap terakhir untuk tahun 2014 pada tanggal 2 November. Dalam Novena ini pembicaraan bertemakan WANI MUDUR IKU WICAKSANA? sekaligus diselenggarakan untuk mengenang Bapak Justinus Kardinal Darmojuwono pada peringatan hari lahirnya yang ke 100. Inilah sebabnya penyelenggaraan 2 November 2014 diiringi dengan gamelan (instrumen musik tradisional Jawa) yang dimainkan oleh 11 orang pemusik Jawa.
Novena Domus 2 November 2014 dibuka pada jam 09.00 dengan lagu Andher Pra Abdi dan sebagian besar menggunakan bahasa Jawa. Bagian pembuka menggunakan ritus pembuka dalam Perayaan Ekaristi termasuk lagu Gusti Nyuwun Kawelasan. Bagian Sabda dikemas menjadi seminar hingga jam 11.00. Rama Bambang mengetengahkan tentang saat almarhum Bapak Kardinal mengajukan permohonan pengunduran diri sebagai uskup. Dengan menunjukkan Kitab Hukum Kanonik (KHK) kanon 401, almarhum Bapak Kardinal sebenarnya masih memiliki 10 tahun kesempatan menjabat uskup dan masih sehat. Ketika para peserta diminta pendapat kira-kira mengapa demikian, ada beberapa pendapat yang memberikan alasan pengunduran diri seperti rendah hati, memberi kesempatan pada yang lain, kemungkinan ada tekanan politik. Kemudian Rama Agoeng mengetengahkan masukan. Bapak Kardinal amat menekankan partisipasi semua umat (imam, biarawan-biarawati, awam). Ada dua alasan pengunduran diri: 1) Keuskupan membutuhkan tenaga muda yang lincah, kuat dan peka akan kemajuan; 2) Yang menekankan kekuasaan pada saatnya akan ditinggalkan. Dari sini muncul beberapa pertanyaan dan sharing.
Rama Bambang menyimpulkan sikap berani mengundurkan diri sebagai hidup dalam Roh dengan mengutip Lukas 2:24-30. Sesudah dibacakan teksnya, Rama Bambang melantunkannya dengan tembang palaran Dandanggula yang diiringi gamelan. Rama Yadi meneruskan dengan doa umat dan bagian persembahan serta Doa Syukur Agung hingga ritus penutup. Acara diakhiri dengan makan bersama yang dilayani oleh para ibu relawati Novena Domus Pacis. Para ibu ini melayani hingga mencuci piring dan gelas dan selesai baru pulang pada hampir jam 14.30.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment