Santo Carolus
Borromeus, Uskup
Selasa, 4
November 2014
Lukas 14:15-24
14:15 Mendengar itu berkatalah seorang dari tamu-tamu
itu kepada Yesus: "Berbahagialah orang yang akan dijamu dalam Kerajaan
Allah."
14:16 Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Ada
seorang mengadakan perjamuan besar dan ia mengundang banyak orang.
14:17 Menjelang perjamuan itu dimulai, ia menyuruh
hambanya mengatakan kepada para undangan: Marilah, sebab segala sesuatu sudah
siap.
14:18 Tetapi mereka bersama-sama meminta maaf. Yang
pertama berkata kepadanya: Aku telah membeli ladang dan aku harus pergi
melihatnya; aku minta dimaafkan.
14:19 Yang lain berkata: Aku telah membeli lima pasang
lembu kebiri dan aku harus pergi mencobanya; aku minta dimaafkan.
14:20 Yang lain lagi berkata: Aku baru kawin dan
karena itu aku tidak dapat datang.
14:21 Maka kembalilah hamba itu dan menyampaikan
semuanya itu kepada tuannya. Lalu murkalah tuan rumah itu dan berkata kepada
hambanya: Pergilah dengan segera ke segala jalan dan lorong kota dan bawalah ke
mari orang-orang miskin dan orang-orang cacat dan orang-orang buta dan
orang-orang lumpuh.
14:22 Kemudian hamba itu melaporkan: Tuan, apa yang
tuan perintahkan itu sudah dilaksanakan, tetapi sekalipun demikian masih ada
tempat.
14:23 Lalu kata tuan itu kepada hambanya: Pergilah ke
semua jalan dan lintasan dan paksalah orang-orang, yang ada di situ, masuk,
karena rumahku harus penuh.
14:24 Sebab Aku berkata kepadamu: Tidak ada seorang
pun dari orang-orang yang telah diundang itu akan menikmati jamuan-Ku."
Butir-butir Permenungan
- Tampaknya, bagaimanapun kemarahan apapun dari seseorang yang keperluannya disepelekan kerap dicap sebagai ungkapan emosional. Cap emosional ini biasa dinilai negatif karena orang hanya memperhatikan kepentingan sendiri.
- Tampaknya, orang pun dapat kecewa berat karena penolak utama terhadap keperluan, yang sesungguhnya adalah undangan kenikmatan, adalah orang-orang yang biasa bilang dekat dengannya. Para penolak itu adalah justru mereka yang di hadapan orang-orang lain selalu menyatakan diri sebagai sahabat pengundang.
- Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa kemarahan emosional sebesar apapun kalau ditujukan kepada kaum elit egoistis dan membuahkan kenikmatan bagi kaum papa, menderita dan pinggiran, itu tetap menjadi keluhuran budi. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan bertindak tegas meninggalkan orang-orang dekatnya yang karena egoismenya tidak memiliki kepedulian sedikitpun akan kepentingan orang lain.
Ah, bagaimanapun kemarahan adalah tanda sikap hidup
yang buruk.
0 comments:
Post a Comment