Kamis, 27 November 2014
Fransiskus-Antonius Pasani
warna liturgi Hijau
Bacaan:
Why. 18:1-2,21-23; 19:1-3,9a; Mzm. 100:2,3,4,5; Luk. 21:20-28. BcO Dan. 9:1-4,18-27
Lukas 21:20-28:
20
"Apabila kamu melihat Yerusalem dikepung oleh tentara-tentara,
ketahuilah, bahwa keruntuhannya sudah dekat. 21 Pada waktu itu
orang-orang yang berada di Yudea harus melarikan diri ke pegunungan, dan
orang-orang yang berada di dalam kota harus mengungsi, dan orang-orang
yang berada di pedusunan jangan masuk lagi ke dalam kota, 22 sebab
itulah masa pembalasan di mana akan genap semua yang ada tertulis. 23
Celakalah ibu-ibu yang sedang hamil atau yang menyusukan bayi pada masa
itu! Sebab akan datang kesesakan yang dahsyat atas seluruh negeri dan
murka atas bangsa ini, 24 dan mereka akan tewas oleh mata pedang dan
dibawa sebagai tawanan ke segala bangsa, dan Yerusalem akan
diinjak-injak oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, sampai
genaplah zaman bangsa-bangsa itu." 25 "Dan akan ada tanda-tanda pada
matahari dan bulan dan bintang-bintang, dan di bumi bangsa-bangsa akan
takut dan bingung menghadapi deru dan gelora laut. 26 Orang akan mati
ketakutan karena kecemasan berhubung dengan segala apa yang menimpa bumi
ini, sebab kuasa-kuasa langit akan goncang. 27 Pada waktu itu orang
akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan
kemuliaan-Nya. 28 Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan
angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat."
Renungan:
Situasi
perang tidak pernah menyenangkan bagi siapapun. Bahkan mungki para
tentara pun tidak menginginkan terlibat dalam perang. Banyak tentara AS
yang dikirim ke daerah perang pun akan menjalani suasana haru berpisah
dengan isteri dan keluarganya. Mereka yang berada di daerah perang pasti
merasakan situasi yang sangat tidak nyaman dan selalu merasa terancam.
Dalam kondisi seperti itu, "Celakalah ibu-ibu yang sedang hamil atau
yang menyusukan bayi pada masa itu!" (Luk 21:23).
Kondisi semacam
itu memang belum pernah kualami. Dan aku tidak berharap terjadinya
perang. Namun hal senada pernah teralami kala terjadi bencana alam entah
gempa atau pun gunung erupsi. Bayi dan perempuan menyusui pun menjadi
korban pertama. Kepanikan membuat ibu itu tidak mampu menyusui dan
menghasilkan susu yang baik. Dengan begitu bayi pun terkena akibatnya.
Kiranya
kita tidak menginginkan murka itu datang. Kita tidak berharap kekejaman
perang menghancurkan kedamaian dan ketentraman manusia, terlebih
bayi-bayi suci. Maka marilah kita menjaga hidup dan perdamaian. Tidak
perlu tergoda mengusik yang damai dan tertata. Bila tidak menginginkan
berada dalam kondisi sulit maka lebih baik kita selalu menjaga
perdamaian. Perdamaian dengan Allah dan sesama.
Kontemplasi:
Bayangkan dirimu dalam situasi panik perang atau bencana.
Refleksi:
Apa yang bisa anda lakukan untuk menjaga perdamaian dengan Allah dan sesama?
Doa:
Tuhan jangan lepaskan murkaMu. Sudilah Engkau menunggu pertobatan kami, khususnya pertobatan para pengusik perdamaian. Amin.
Perutusan:
Aku akan aktif mengusahakan perdamaian dengan Allah dan sesama.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment