Selasa, 25 November 2014
Katarina dr Aleksandria, Elisabet dr Reute
warna liturgi Hijau
Bacaan:
Why. 14:14-20; Mzm. 96:10,11-12,13; Luk. 21:5-11. BcO Dan. 6:5-28
Lukas 21:5-11:
5
Ketika beberapa orang berbicara tentang Bait Allah dan mengagumi
bangunan itu yang dihiasi dengan batu yang indah-indah dan dengan
berbagai-bagai barang persembahan, berkatalah Yesus: 6 "Apa yang kamu
lihat di situ akan datang harinya di mana tidak ada satu batupun akan
dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan." 7
Dan murid-murid bertanya kepada Yesus, katanya: "Guru, bilamanakah itu
akan terjadi? Dan apakah tandanya, kalau itu akan terjadi?" 8 Jawab-Nya:
"Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan. Sebab banyak orang akan
datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Dia, dan: Saatnya
sudah dekat. Janganlah kamu mengikuti mereka. 9 Dan apabila kamu
mendengar tentang peperangan dan pemberontakan, janganlah kamu terkejut.
Sebab semuanya itu harus terjadi dahulu, tetapi itu tidak berarti
kesudahannya akan datang segera." 10 Ia berkata kepada mereka: "Bangsa
akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan, 11 dan akan
terjadi gempa bumi yang dahsyat dan di berbagai tempat akan ada penyakit
sampar dan kelaparan, dan akan terjadi juga hal-hal yang mengejutkan
dan tanda-tanda yang dahsyat dari langit.
Renungan:
Dalam
banyak kesempatan saya menemui aneka macam bangunan Gereja yang sangat
indah. Ada yang besar dan luas dan ada pula yang kecil dan mungil. Ada
yang di tanah lapang dan ada pula yang nempel di tebing batu. Mungkin
seperti orang-orang yang ditegur Yesus kala mengagumi bait Allah (bdk.
Luk 21:6) begitu pula aku terkagum-kagum dengan geraja-gereja tsb.
Namun
ternyata daya ingatku akan bangunan-bangunan indah itu kalah lama
dibanding dengan suatu peringatan natal di suatu stasi. Gerejanya sangat
kecil. UmatNya tidak banyak tapi memenuhi seluruh gereja. Dengan nada
yang tak selalu tepat mereka bersemangat sekali mengidungkan lagu-lagu
liturgi natal dengan iringan rebana (Sloka dalam istilah Jawa katolik).
Selesai misa mereka bersatu dalam perjamuan sederhana, akrab dan penuh
kesukaan.
Siapapun bisa membuat bangunan yang indah. Namun siapapun,
rasaku, bisa juga membangun suasana persekutuan yang hidup dan semangat.
Bangunan yang indah dan kokoh bisa menginspirasi kita membangun
persekutuan yang hidup, segar dan kuat. Andai bangunan runtuh oleh badai
dan perang, mereka yang telah kuat persekutuannya akan bangkit.
Sebaliknya kala persekutuan tak terbangun gedung gereja yang indah akan
terasa kusam, mati dan runtuh (bdk. Luk 21:6).
Kontemplasi:
Pejamkan mata dan hadirkan segala jerih lelahmu dalam mewujudkan dirimu sebagait bait Tuhan.
Refleksi:
Apa hal-hal pokok dalam membangun persekutuan umat beriman?
Doa:
Ya Tuhan semoga aku tidak hanya berhenti mengagumi gereja-Mu namun terus berpacu menghadirkan karya keselamatanMu. Amin.
Perutusan:
Aku mau menjaga keharmosisan gedung gereja dengan kesatuan Gereja.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment