Rabu, 05 November 2014
Fransiskus de Campillas, Fransiska Ambosia, Guido M. Conforti
warna liturgi Hijau
Bacaan:
Flp. 2:12-18; Mzm. 27:1,4,13-14; Luk. 14:25-33. BcO Keb. 11:20b - 12:2,11b-19
Lukas 14:25-33:
25
Pada suatu kali banyak orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam
perjalanan-Nya. Sambil berpaling Ia berkata kepada mereka: 26 "Jikalau
seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya,
isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan,
bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. 27 Barangsiapa
tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi
murid-Ku. 28 Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan
sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau
cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu? 29 Supaya jikalau ia
sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya,
jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia, 30 sambil
berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak sanggup
menyelesaikannya. 31 Atau, raja manakah yang kalau mau pergi berperang
melawan raja lain tidak duduk dahulu untuk mempertimbangkan, apakah
dengan sepuluh ribu orang ia sanggup menghadapi lawan yang mendatanginya
dengan dua puluh ribu orang? 32 Jikalau tidak, ia akan mengirim utusan
selama musuh itu masih jauh untuk menanyakan syarat-syarat perdamaian.
33 Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak
melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.
Renungan:
Salib adalah konsekuensi atas sikap dan pilihan Yesus dalam menjalani
perutusan Bapa. Salib bukan petaka karena kebodohan dan kemalasan hidup.
Yesus mengalami salib karena Ia sungguh-sungguh menjalankan hidupNya
selaras kehendak Bapa, bukan kemalangan karena kemalasan dan
keputusasaan.
Kadang kita mudah mengartikan semua penderitaan kita
sebagai salib. Rasanya kita tidak bisa semena-mena mengartikan
penderitaan kita sebagai salib. Mereka yang malas kemudian menderita
tidaklah bisa kita katakan lagi menanggung salib. Hanya mereka yang
sungguh-sungguh menekuni hidupnya selaras dengan kehendak Tuhan baru
bisa kita sebut menanggung salibnya. Mereka inilah yang disebut murid
Tuhan. Tuhan mengatakan, ""Barangsiapa tidak memikul salibnya dan
mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku" (Luk 14:27).
Kontemplasi:
Masuklah dalam sejarah hidupmu dan liatlah apakah hidupmu sebagai perwujudan memanggul salib Tuhan.
Refleksi:
Apa yang membuatmu tekun bertahan dalam menjalani hidupmu?
Doa:
Ya
Tuhan Yesus aku menimba daya tahanMu melaksanakan perutusan Bapa.
Semoga aku pun bersungguh-sungguh dalam menjalani hidupku dan tidak
mudah lembek. Amin.
Perutusan:
Aku akan menekuni hidup harianku dalam kesatuan dengan rencana utuhNya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment