Pada Sabtu malam 22 November 2014 Rama Bambang menjadi pembicara untuk 44 orang pekerja kesehatan Rumah Sakit Panti Rapih, Yogyakarta, yang akan pensiun. Pertemuan persiapan pensiun ini dilaksanakan di Sambi Resort, Desa Wisata Sambi, Pakembinangun, Sleman, Yogyakarta. Rama Bambang dalam pembicaraan secara garis besar berproses dalam 3 langkah.
- Pemahaman peserta Para peserta diajak berbicara dengan teman-teman duduk terdekat tentang "Pensiunan yang bagaimana yang disebut pensiunan bermutu?" Dari hasil pembicaraan ada beberapa pokok untuk pensiunan bermutu:1) Berguna baik untuk keluarga dan masyarakat dalam arti dapat hidup berbagi; 2) Tetap memiliki harapan dan cita-cita serta secara kongkret memiliki rencana-rencana hidup kedepan; 3) Tidak patah semangat sehingga tetap memiliki dinamika hidup; 4) Tetap dapat menjalani kegiatan-kegiatan produktif; 5) Mampu menjaga kesehatan dan berjuang tidak pikun.
- Perluasan Pengalaman Sebagai pembicara Rama Bambang memberikan sharing pengalaman masa berhenti dari dinasnya dan kini berada di rumah tua para rama praja Keuskupan Agung Semarang, yang bernama Domus Pacis. Berdasarkan refleksi atas pengalamannya ada 4 pokok yang dihayati sehingga 5 hal yang dipahami para peserta dapat terjadi: 1) Membangun sikap dasar dengan berpikir riil. Yang harus diterima dan dijalani adalah BERHENTI dari yang biasanya terjadi sebelumnya. Tetapi tidak sekedar menerima dan menjalani, yang harus dilakukan adalah membangun kehidupan baru bertolak dari relatitas keadaan raga, daya kognitif, kekuatan jiwani, dan kehidupan rohani.; 2) Strategi utama untuk tetap dinamis, produktif, tetap memiliki idealisme dan berguna untuk rumah dan pergaulan adalah berguru pada yang muda. Bersahabat, mendengarkan dan bahkan rela diajari oleh yang muda menjadi kunci hidup bergairah di masa yang beda dengan yang dulu biasa terjadi.; 3) Menjaga kesegaran otak. Hal ini terjadi terutama dengan membaca dan berlatih hal-hal baru. Tampaknya dengan belajar internet dan membiasakan diri berinternet dapat membuat otak terjaga kesegarannya sehingga tidak mudah menjadi pelupa atau pikun. Masa tua yang biasanya ditandai dengan sedikit tidur sudah segar sehingga banyak watu terjaga, hal ini adalah anugerah kesempatan leluasa untuk belajar; 4) Mampu sepi sendiri. Bagaimanapun makin tua orang akan makin banyak mengalami kesendirian ditinggal sibuk oleh keluarga dan bahkan ditinggal mati oleh banyak teman. Kalau menjaga kesegaran otak menjadi penjagaan dan pengembangan lahiriah, maka kemampuan sepi sendiri menjadi kemampuan olah batin. Membiasakan diri olah keheningan akan membuat orang makin tua makin punya daya batin mudah ceria. Padahal keceriaan adalah daya yang memudahkan orang menjadi dinamis dan kreatif.
- Terang iman. Kebetulan untuk Perayaan Ekaristi bacaan-bacaan berkaitan dengan Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam. Injil Matius 25:31-46 dirasa sangat inspiratif untuk menghadapi masa pensiun. Orang sering bahkan ada yang biasa berpikir bahwa segala yang terjadi saat ini adalah akibat hal-hal yang disebabkan oleh kebiasaan atau rutinitas masa lalu. Tetapi dalam Injil ini diingatkan bahwa orang harus bertindak untuk membangun kebiasaan atau rutinitas masa depan. Injil yang berbicara tentang hari akhir, dimana Kristus datang pada akhir zaman, dapat menjadi terang menghadapi masa akhir dari kebiasaan dinas bekerja. Masa akhir adalah masa kehidupan baru yang harus ditandai dengan kebiasaan-kebiasaan baru. Maka masa pensiun adalah masa meninggalkan kebiasaan lama untuk membangun dan menjalani kebiasaan baru. Pensiunan yang bermutu bukanlah yang hidup dalam nostalgia enaknya dan bangganya masa lalu tetapi yang hidup dalam perjuangan mengembangkan rutinitas baru. Satu hal yang dapat menjadi perhatian adalah bahwa yang dilakukan oleh para pensiunan pada umumnya lebih sedikit bahkan amat kecil dibandingkan dengan masa sebelum pensiun. Tetapi yang kecil ini bila dijalani dalam iman dengan komitmen akan memiliki daya dinamika yang amat besar.
0 comments:
Post a Comment