Barangkali karena para peserta adalah kaum sepuh dan kekatolikannya cukup tradisional, kisah Yesus itu membuat soal. Rama Bambang dengan pelan-pelan memberikan penjelasan perbedaan antara karya seni dengan ajaran keilmuan. Pewartaan iman yang ada dalam khasanah tempo dulu di luar buku-buku yang resmi ada dalam Kitab Suci juga disampaikan. Peristiwa novel Da Vinci Code juga disinggung. Dalam karya seni orang dapat berimajinasi dan menambah kisah agar menarik penonton atau pembaca. Apalagi dalam buku-buku iman yang bercorak mistik juga muncul sajian-sajian simbolis. "Wonten ing ngriki kita malah saget ajar dewasa ing iman. Tinarbuka lan mboten gampil nesu menapa malih lajeng tumindak ngawon-awon dhumateng ingkang kados makaten" (Di sini kita malah dapat latihan dewasa iman. Terbuka dan tidak mudah marah dan kemudian bertindak memburukkan yang seperti itu). Dan ketika ada yang bertanya "Rama, napa teng salib Gusti saestu wuda?" (Rama apakah Tuhan sungguh telanjang di salib?) para peserta tertawa terkekeh-kekeh mendengar jawaban Rama Bambang "Lho, jubah Dalem rak dilotere ta? Kamangka jaman rumiyin yen jubahan mboten mawi rangkepan. Nah, yen ing salib Gusti mawi awer-awer, punika ugi karya seni ingkang nggatosaken tata raos. Cobi dibayangke nek patunge Gusti ing salib wuda. Niku bahaya. Ibu-ibu ora isa sembahyang merga mikir werna-werna ...." Lho, jubah Tuhan diundi, kan? Padahal pada jaman itu orang terbiasa tak pakai pakaian dalam. Kalau kini di salib Tuhan memakai kain tutup, itu juga karya seni yang memperhatikan tata rasa. Coba bayangkan seandainya patung Yesus di salib telanjang. Itu berbahaya membuat para ibu tak dapat berdoa karena membayangkan yang bermacam-macam ....).
Tuesday, May 19, 2015
LATIHAN DEWASA IMAN
Barangkali karena para peserta adalah kaum sepuh dan kekatolikannya cukup tradisional, kisah Yesus itu membuat soal. Rama Bambang dengan pelan-pelan memberikan penjelasan perbedaan antara karya seni dengan ajaran keilmuan. Pewartaan iman yang ada dalam khasanah tempo dulu di luar buku-buku yang resmi ada dalam Kitab Suci juga disampaikan. Peristiwa novel Da Vinci Code juga disinggung. Dalam karya seni orang dapat berimajinasi dan menambah kisah agar menarik penonton atau pembaca. Apalagi dalam buku-buku iman yang bercorak mistik juga muncul sajian-sajian simbolis. "Wonten ing ngriki kita malah saget ajar dewasa ing iman. Tinarbuka lan mboten gampil nesu menapa malih lajeng tumindak ngawon-awon dhumateng ingkang kados makaten" (Di sini kita malah dapat latihan dewasa iman. Terbuka dan tidak mudah marah dan kemudian bertindak memburukkan yang seperti itu). Dan ketika ada yang bertanya "Rama, napa teng salib Gusti saestu wuda?" (Rama apakah Tuhan sungguh telanjang di salib?) para peserta tertawa terkekeh-kekeh mendengar jawaban Rama Bambang "Lho, jubah Dalem rak dilotere ta? Kamangka jaman rumiyin yen jubahan mboten mawi rangkepan. Nah, yen ing salib Gusti mawi awer-awer, punika ugi karya seni ingkang nggatosaken tata raos. Cobi dibayangke nek patunge Gusti ing salib wuda. Niku bahaya. Ibu-ibu ora isa sembahyang merga mikir werna-werna ...." Lho, jubah Tuhan diundi, kan? Padahal pada jaman itu orang terbiasa tak pakai pakaian dalam. Kalau kini di salib Tuhan memakai kain tutup, itu juga karya seni yang memperhatikan tata rasa. Coba bayangkan seandainya patung Yesus di salib telanjang. Itu berbahaya membuat para ibu tak dapat berdoa karena membayangkan yang bermacam-macam ....).
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment