Sabtu, 30
Mei2015
Marta
Wiecka, Baptista Varani
warna
liturgi Hijau
Bacaan:
Sir. 51:12-20; Mzm. 19:8,9,10,11; Mrk.
11:27-33. BcO Yak. 1:19-27
Markus
11:27-33:
27Lalu
Yesus dan murid-murid-Nya tiba pula di Yerusalem. Ketika Yesus berjalan di
halaman Bait Allah, datanglah kepada-Nya imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan
tua-tua,28dan bertanya kepada-Nya: "Dengan kuasa manakah Engkau melakukan
hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu, sehingga Engkau
melakukan hal-hal itu?"29Jawab Yesus kepada mereka: "Aku akan
mengajukan satu pertanyaan kepadamu. Berikanlah Aku jawabnya, maka Aku akan
mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu.30Baptisan
Yohanes itu, dari sorga atau dari manusia? Berikanlah Aku
jawabnya!"31Mereka memperbincangkannya di antara mereka, dan berkata:
"Jikalau kita katakan: Dari sorga, Ia akan berkata: Kalau begitu,
mengapakah kamu tidak percaya kepadanya?32Tetapi, masakan kita katakan: Dari
manusia!" Sebab mereka takut kepada orang banyak, karena semua orang
menganggap bahwa Yohanes betul-betul seorang nabi.33Lalu mereka menjawab Yesus:
"Kami tidak tahu." Maka kata Yesus kepada mereka: "Jika
demikian, Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan
hal-hal itu."
Renungan:
Yesus
sadar pertanyaan imam-imam, ahli Taurat dan tua-tua hanyalah untuk mencobai dan
menjebakNya. Maka Ia tidak mau menanggapi pertanyaan tersebut sebelum terlebih
dahulu menjawab pertanyaanNya. Dan ternyata mereka pun takut menjawab
pertanyaan Yesus dengan aneka pertimbangannya (Bc. Mrk 11:31-33).
Ada
banyak orang tulus bertanya karena tidak tahu, tapi tidak sedikit pula yang
memasang perangkap dengan pertanyaan yang mereka ajukan. Sikap itu bisa kita
kenali dengan pengalaman kita pada orang yang bertanya ataupun dari rasa
perasaan kita. Ketulusan atau kelicikan itu bisa kita rasakan. Semakin tajam
rasa perasaan kita semakin mudah kita mengenalinya.
Marilah
kita mengolah sungguh kepekaan rasa perasaan kita untuk menangkap sesuatu.
Kemampuan ini akan membantu kita melepaskan diri dari jebakan yang mungkin
diarahkan kepada kita.
Kontemplasi:
Bayangkan
dirimu berhadapan dengan orang yang bertanya padamu. Rasakan dia tulus bertanya
atau ingin menjebakmu.
Refleksi:
Bagaimana
kemampuanmu menangkap maksud orang?
Doa:
Ya
Tuhan semoga aku mempunyai kepekaan menangkap maksud orang. Bebaskanlah aku
dari rencana-rencana jahat. Amin.
Perutusan:
Aku
akan mengolah rasa perasaanku. -nasp-
0 comments:
Post a Comment