Selasa, 05 Mei 2015
Vinsen Soler, St. Angelus
warna liturgi Putih
Bacaan:
Kis. 14:19-28; Mzm. 145:10-11,12-13ab,21; Yoh. 14:27-31a. BcO Why. 20:1-15
Yohanes 14:27-31a:
27
Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan
kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia
kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu. 28 Kamu telah mendengar,
bahwa Aku telah berkata kepadamu: Aku pergi, tetapi Aku datang kembali
kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita
karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar dari pada Aku.
29 Dan sekarang juga Aku mengatakannya kepadamu sebelum hal itu terjadi,
supaya kamu percaya, apabila hal itu terjadi. 30 Tidak banyak lagi Aku
berkata-kata dengan kamu, sebab penguasa dunia ini datang dan ia tidak
berkuasa sedikitpun atas diri-Ku. 31 Tetapi supaya dunia tahu, bahwa Aku
mengasihi Bapa dan bahwa Aku melakukan segala sesuatu seperti yang
diperintahkan Bapa kepada-Ku, bangunlah, marilah kita pergi dari sini."
Renungan:
Kata-kata
perpisahan selalu membawa suasana haru pada mereka yang mengalami.
Tidak jarang mereka pun saling menangis kala kata-kata itu diucapkan.
Semakin dekat orang yang akan pergi semakin dalam kepedihan yang terasa.
Para
murid pun merasakan itu kala Yesus mengatakan, "Janganlah gelisah dan
gentar hatimu. Kamu telah mendengar, bahwa Aku telah berkata kepadamu:
Aku pergi, tetapi Aku datang kembali kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi
Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab
Bapa lebih besar dari pada Aku" (Yoh 14:27-28). Ia tahu bahwa
kepergianNya membuat hati para murid sedih. Maka Ia menguatkan mereka
untuk tidak gelisah dan gentar karena Ia pergi kepada Bapa dan pada
saatnya akan kembali.
Sekalipun perpisahan itu menyedihkan namun
perlu terjadi dalam hidup kita. Perpisahan itu mengandung harapan akan
hadirnya tata hidup yang baru dan mendewasakan yang melakukannya.
Saatnya akan datang kembali mereka yang berpisah bertemu dengan titik
sampainya masing-masing. Dan perjumpaan itu akan memberi arti dari
perpisahan yang pernah terjadi.
Kontemplasi:
Duduklah dengan
mata terpejam. Bayangkan satu pengalaman perpisahan yang pernah
kaualami. Lalu hidup setelah itu dan berjumpa lagi dengan yang pernah
berpisah.
Refleksi:
Tulislah pengalaman hidup selama berpisah dan kemudian saat berjumpa kembali dengan mereka yang berpisah darimu.
Doa:
Tuhan semoga aku tidak gelisah dan gentar menghadapi dunia baru. Amin.
Perutusan:
Aku akan melangkahkan hidupku pada keyakinan akan harapan yang lebih baik. -nasp-
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment