diambil dari http://dhinipedia.blogspot.com Tuesday, 28 May 2013
A. PERKEMBANGAN AGAMA PADA MASA DEWASA
Sebagai akhir dari masa
remaja adalah masa dewasa, atau ada juga yang menyebutnya masa adolesen. Ketika
mereka meginjak dewasa, pada umumnya mempunyai sikap: menemukan pribadinya,
menentukan cita-citanya menggariskan jalan hidupnya, bertanggung jawab,
menghimpun norma-norma sendiri.
Saat telah menginjak usia dewasa terlihat adanya kematangan jiwa mereka; “Saya hidup dan saya tahu untuk apa,” menggambarkan bahwa di usia dewasa orang sudah memiliki tanggung jawab serta sudah menyadari makna hidup. Dengan kata lain, orang dewasa nilai-nilai yang yang dipilihnya dan berusaha untuk mempertahankan nilai-nilai yangdipilihnya.
Saat telah menginjak usia dewasa terlihat adanya kematangan jiwa mereka; “Saya hidup dan saya tahu untuk apa,” menggambarkan bahwa di usia dewasa orang sudah memiliki tanggung jawab serta sudah menyadari makna hidup. Dengan kata lain, orang dewasa nilai-nilai yang yang dipilihnya dan berusaha untuk mempertahankan nilai-nilai yangdipilihnya.
Elizabeth B. Hurlock membagi masa dewasa menjadi tiga bagian
a. Masa dewasa awal (masa dewasa dini/young adult). Masa dewasa awal adalah masa pencaharian kemantapan dan masa reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, priode isolasi sosial, periode komitmen dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru. Kisaran umurnya antara 21 tahun sampai 40 tahun.
b. Masa dewasa madya (middle adulthood). Masa dewasa madya ini berlangsung dari umur empat puluh sampai enam puluh tahun. Ciri-ciri yang menyangkut pribadi dan sosial antara lain; masa dewasa madya merupakan masa transisi, dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan prilaku masa dewasanya dan memasuki suatu priode dalam kehidupan dengan ciri-ciri jasmani dan prilaku yang baru. Perhatian terhadap agama lebih besar dibandingkan dengan masa sebelumnya, dan kadang-kadang minat dan perhatiannya terhadap agama ini dilandasi kebutuhan pribadi dan sosial.
c. Masa usia lanjut (masa tua/older adult). Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini dimulai dari umur enam puluh tahun sampai mati, yang ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun. Adapun ciri-ciri yang berkaitan dengan penyesuaian pribadi dan sosialnya adalah sebagai berikut; perubahan yang menyangkut kemampuan motorik, perubahan kekuatan fisik, perubahan dalam fungsi psikologis, perubahan dalam sistem syaraf, perubahan penampilan.
B. CIRI KEBERAGAMAAN PADA MASA DEWASA
Sejalan dengan tingkat perkembangan usianya, maka sikap keberagaman pada orang
dewasa antara lain memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
1. Menerima kebenaran agama berdasar pertimbangan pemikiran yang matang, bukan sekedar ikut-ikutan.
2. Cenderung bersikap realis sehingga norma-norma agama lebih banyak diaplikasikan dalam sikap dan tingkah laku.
3. Bersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama dan berusaha untuk mempelajari dan memperdalam pemahaman keagamaan.
4. Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan tanggung jawab diri hingga sikap keberagaman merupakan realisasi dari sikap hidup.
5. Bersikap lebih terbuka dan wawasan yang lebih luas.
6. Bersikap lebih kritis terhadapa materi ajran agama sehingga kemantapan beragama selain didasarkan atas pertimbangan pikiran, juga didasarkan atas pertimbangan hati nurani.
7. Sikap keberagaman cenderung mengarah kepada tipe-tipe kepribadian masing-masing sehingga terlihat adanya pengaruh kepribadian dalam menerima, memahami serta melaksanakan ajaran agama yang diyakininya.
8. Terlihat adanya hubungan antara sikap keberagaman dengan kehidupan sosial sehingga perhatian terhadap kepentingan organisasi sosial keagamaan sudah berkembang.
1. Menerima kebenaran agama berdasar pertimbangan pemikiran yang matang, bukan sekedar ikut-ikutan.
2. Cenderung bersikap realis sehingga norma-norma agama lebih banyak diaplikasikan dalam sikap dan tingkah laku.
3. Bersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama dan berusaha untuk mempelajari dan memperdalam pemahaman keagamaan.
4. Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan tanggung jawab diri hingga sikap keberagaman merupakan realisasi dari sikap hidup.
5. Bersikap lebih terbuka dan wawasan yang lebih luas.
6. Bersikap lebih kritis terhadapa materi ajran agama sehingga kemantapan beragama selain didasarkan atas pertimbangan pikiran, juga didasarkan atas pertimbangan hati nurani.
7. Sikap keberagaman cenderung mengarah kepada tipe-tipe kepribadian masing-masing sehingga terlihat adanya pengaruh kepribadian dalam menerima, memahami serta melaksanakan ajaran agama yang diyakininya.
8. Terlihat adanya hubungan antara sikap keberagaman dengan kehidupan sosial sehingga perhatian terhadap kepentingan organisasi sosial keagamaan sudah berkembang.
Proses perkembangan manusia setelah dilahirkan secara fisiologis semakin lama
menjadi lebih tua. Dengan bertambahnya usia, maka jaringan- jaringan dan sel-
sel menjadi tua, sebagian regenerasi dan sebagian yang lain akan mati. Usia
lanjut ini, biasanya dimulai pada usia 65 tahun. Pada usia lanjut ini, biasanya
akan mengahadapi berbagai persoalan.
Persoalan pertama adalah penurunan kemampuan fisik hingga kekuatan fisik berkurang, aktivitas menurun, sering mengalami gangguan kesehatan yang menyebebkan mereka kehilangan semangat. Pengaruh dari semua itu, mereka yang berada dalam usia lanjut merasa dirinya sudah tidak berharga lagi.
Persoalan pertama adalah penurunan kemampuan fisik hingga kekuatan fisik berkurang, aktivitas menurun, sering mengalami gangguan kesehatan yang menyebebkan mereka kehilangan semangat. Pengaruh dari semua itu, mereka yang berada dalam usia lanjut merasa dirinya sudah tidak berharga lagi.
Ciri- Ciri Keagamaan Pada Usia Lanjut
Secara garis besar ciri- ciri keberagamaan di usia lanjut adalah:
a. Kehidupan keagamaan pada usia lanjut sudah mencapai tingkat kemantapan.
b. Meningkatnya kecenderungan untuk menerima pendapat keagamaan.
c. Mulai muncul pengakuan terhadap relitas tentang kehidupan akherat secara lebih sungguh- sungguh.
d. Sikap keagamaan cenderung mengarah kepada kebutuhan saling cinta antara sesama manusia serta sifat- sifat luhur.
e. Timbul rasa takut kepada kematian yang meningkat sejalan dengan pertambahan usia lanjutnya.
f. Perasaan takut pada kematian ini berdampak pada peningkatan pembentukan sikap keagamaan dan kepercayaan terhadap adanya kehidupan abadi (akherat).
Secara garis besar ciri- ciri keberagamaan di usia lanjut adalah:
a. Kehidupan keagamaan pada usia lanjut sudah mencapai tingkat kemantapan.
b. Meningkatnya kecenderungan untuk menerima pendapat keagamaan.
c. Mulai muncul pengakuan terhadap relitas tentang kehidupan akherat secara lebih sungguh- sungguh.
d. Sikap keagamaan cenderung mengarah kepada kebutuhan saling cinta antara sesama manusia serta sifat- sifat luhur.
e. Timbul rasa takut kepada kematian yang meningkat sejalan dengan pertambahan usia lanjutnya.
f. Perasaan takut pada kematian ini berdampak pada peningkatan pembentukan sikap keagamaan dan kepercayaan terhadap adanya kehidupan abadi (akherat).
Masalah-masalah Keberagamaan Pada Masa Dewasa
Seorang ahli psikologi Lewis Sherril, membagi masalah-masalah keberagamaan pada masa dewasa sebagai berikut;
a. Masa dewasa awal, masalah yang dihadapi adalah memilih arah hidup yang akan diambil dengan menghadapi godaan berbagai kemungkinan pilihan.
b. Masa dewasa tengah, masalah sentral pada masa ini adalah mencapai pandangan hidup yang matang dan utuh yang dapat menjadi dasar dalam membuat keputusan secara konsisten.
c. Masa dewasa akhir, ciri utamanya adalah ‘pasrah’. Pada masa ini, minat dan kegiatan kurang beragama. Hidup menjadi kurang rumit dan lebih berpusat pada hal-hal yang sungguh-sungguh berarti. Kesederhanaan lebih sangat menonjol pada usia tua.
Manusia
usia lanjut dalam penelitian banyak orang adalah manusia yang sudah tidak
produktif lagi. Kondisi fisik rata-rata sudah menurun, sehingga dalam kondisi
yang sudah uzur ini berbagai macam penyakit sudah siap untuk menggerogoti
mereka. Dengan demikian di usia lanjut ini terkadang muncul semacam pemikiran
bahwa mereka berada pada sisa umur menunggu datangnya kematian .
Menurut Lita L. Atkinson, sebagian besar orang-orang yang berusia lanjut
(usia 70-79 th) menyatakan tidak merasa dalam keterasingan dan masih
menunjukkan aktifitas yang positif. Tetapi perasaan itu muncul setelah mereka
memperoleh bimbingan semacam teraphi psikologi.
Kajian psikologi berhasil mengungkapkan bahwa di usia melewati setengah
baya, arah perhatian mereka mengalami perubahan yang mendasar. Bila
sebelumnya perhatian diarahkan pada kenikmatan materi dan duniawi, maka pada
peralihan ke usia tua ini, perhatian mereka lebih tertuju kepada upaya
menemukan ketenangan batin. Sejalan dengan perubahan itu, maka
masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan akherat mulai menarik perhatian
mereka.
Perubahan orientasi ini diantarnya disebabkan oleh pengaruh psikologis. Di
satu pihak kemampuan fisik pada usia tersebut sudah mengalami penurunan. Sebaliknya di pihak lain, memiliki khasanah pengalaman yang kaya. Kejayaan
mereka di masa lalu yang pernah diperoleh sudah tidak lagi memperoleh perhatian, karena secara fisik mereka dinilai sudah lemah. Kesenjangan ini menimbulkan
gejolak dan kegelisahan-kegelisahan batin.
Apabila gejolak-gejolak batin tidak dapat di bendung lagi, maka
muncul gangguan kejiwaan seperti stress, putus asa, ataupun pengasingan diri
dari pergaulan sebagai wujud rasa rendah diri (inferiority). Dalam
kasus-kasus seperti ini, umumnya agama dapat difungsikan dan diperankan
sebagai penyelamat. Sebab melalui ajaran pengamalan agama, manusia usia
lanjut merasa memperoleh tempat bergantung.
0 comments:
Post a Comment