Senin, 8 Juni
2015
Matius 5:1-12
5:1.
Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan setelah Ia
duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya.
5:2
Maka Yesuspun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya:
5:3.
"Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang
empunya Kerajaan Sorga.
5:4
Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.
5:5
Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.
5:6
Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan
dipuaskan.
5:7
Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.
5:8
Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.
5:9
Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak
Allah.
5:10
Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang
empunya Kerajaan Sorga.
5:11
Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu
difitnahkan segala yang jahat.
5:12 Bersukacita dan bergembiralah,
karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang
sebelum kamu."
Butir-butir Permenungan
- Tampaknya, yang membuat bahagia bagi banyak orang adalah seperti yang dilukiskan dengan kata-kata orang Jawa tata titi tentrem karta raharja (suasana hidup yang tertata dalam ketertiban, kedamaian, dan kesuburan serta kemakmuran). Segala bentuk kemiskinan, dukacita dan permusuhan adalah musuh dari kebahagiaan.
- Tampaknya, ada anggapan bahwa orang yang sungguh harmonis berhubungan dengan Tuhan hidupnya akan terselamatkan dari segala derita dan marabahaya. Yang dekat dengan Tuhan hidupnya terbebas dari yang tidak menggembirakan.
- Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa orang yang sungguh ber-Tuhan akan mesra dalam dekapan kedalaman batin sumber segala kebahagiaan sehingga dalam kondisi berat seperti kemiskinan, pemfitnahan, dan dimusuhi pun tetap ada dalam rasa ceria. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang justru mengalami kebahagiaan sejati ketika mampu tetap hidup teguh dalam kondisi lahiriah yang membuat derita.
Ah, yang membahagiakan itu ya yang mengenakkan.
0 comments:
Post a Comment