Kelahiran
Yohanes Pembaptis
Rabu, 24 Juni
2015
Lukas 1:57-66.80
1:57.
Kemudian genaplah bulannya bagi Elisabet untuk bersalin dan iapun melahirkan
seorang anak laki-laki.
1:58
Ketika tetangga-tetangganya serta sanak saudaranya mendengar, bahwa Tuhan telah
menunjukkan rahmat-Nya yang begitu besar kepadanya, bersukacitalah mereka
bersama-sama dengan dia.
1:59
Maka datanglah mereka pada hari yang kedelapan untuk menyunatkan anak itu dan
mereka hendak menamai dia Zakharia menurut nama bapanya,
1:60
tetapi ibunya berkata: “Jangan, ia harus dinamai Yohanes.”
1:61
Kata mereka kepadanya: “Tidak ada di antara sanak saudaramu yang bernama
demikian.”
1:62
Lalu mereka memberi isyarat kepada bapanya untuk bertanya nama apa yang hendak
diberikannya kepada anaknya itu.
1:63
Ia meminta batu tulis, lalu menuliskan kata-kata ini: “Namanya adalah Yohanes.”
Dan merekapun heran semuanya.
1:64
Dan seketika itu juga terbukalah mulutnya dan terlepaslah lidahnya, lalu ia
berkata-kata dan memuji Allah.
1:65
Maka ketakutanlah semua orang yang tinggal di sekitarnya, dan segala peristiwa
itu menjadi buah tutur di seluruh pegunungan Yudea.
1:66
Dan semua orang, yang mendengarnya, merenungkannya dan berkata: “Menjadi apakah
anak ini nanti?” Sebab tangan Tuhan menyertai dia.
1:80 Adapun anak itu bertambah besar dan
makin kuat rohnya. Dan ia tinggal di padang gurun sampai kepada hari ia harus
menampakkan diri kepada Israel.
Butir-butir Permenungan
- Tampaknya, suasana harmonis menjadi dambaan banyak orang. Orang dapat merasa aman dan mengalami keadaan baik kalau mengalami hubungan selaras, serasi, dan seimbang dengan alam ciptaan, pergaulan, institusi dan dengan dirinya sendiri.
- Tampaknya, dalam hidup bermasyarakat, bernegara, dan usaha bisnis orang juga membutuhkan suasana harmonis atau stabilitas. Situasi dan kondisi stabil dipandang menjamin kebaikan sehingga berbagai perubahan dapat dicurigai berpotensi merusak kehidupan.
- Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa seindah, setertib, dan tertata rapi apapun seseorang, kebersamaan, dan kelembagaan, apabila tidak terbuka pada aneka perubahan dan pergantian yang makin lama makin pesat, semuanya akan menjadi kebekuan yang membuat relung hati tidak mengalami keceriaan sejati. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan selalu mengikuti amanat kedalaman batin dalam perkembangan situasi hidup dan budaya setempat.
Ah, kalau sudah mendapatkan yang baik ya harus
dipertahankan jangan sampai berubah bahkan hilang.
0 comments:
Post a Comment