Rama Tri Hartono berjalan pelan-pelan di teras dalam Domus Pacis pada Rabu 29 Juli 2015 sekitar jam 15.45. Ternyata beliau masuk kamar Rama Bambang. "Wis siap?" (Sudah siap?) tanya Rama Bambang yang langsung dijawab dengan suara lirihnya "Wis" (Sudah). Rama Bambang pun berkata "Nek ngono dienteni neng ngarep ruang tamu" (Kalau begitu tunggu saja di depan ruang tamu). Rama Tri ditemani oleh Bu Rini menuju ruang tamu. "Mas, tumut mboten teng Panti Rapih?" (Mas, ikut ke Rumah Sakit Panti Rapih atau tidak?) Rama Bambang berseru kepada Mas Tukiran yang mendapatkan jawab "Kula nusul numpak motor mawon" (Saya menyusul naik motor saja). Ternyata, sesudah Rama Bambang memarkir mobil, di Panti Rapih Mas Tukiran sudah menunggu.
MAKANAN YANG MENGHIDUPKAN
Dalam Injil Yohanes, tindakan-tindakan Yesus yang membuat orang terkesan, disampaikan sebagai “tanda”. Begitulah pemberian makan bagi orang banyak yang dikisahkan dalam Yoh 6:1-5 kini dibicarakan sebagai tanda, bukan sebagai mukjizat atau sebagai kegiatan amal belaka.Tanda menghadirkan kenyataan atau pesan yang bukan tanda itu sendiri. Dalam hal Yesus memberi makan orang banyak, yang hendak disampaikan bukanlah terutama kebesaran hati atau kedermawanan atau kekuasaannya, melainkan pengalaman nenek moyang mereka diberi makan oleh Allah Tuhan mereka selama mereka berjalan di padang gurun menuju ke Tanah Terjanji. Dalam ungkapan iman umat Perjanjian Lama, pemberian makanan dalam ujud manna dari langit ini ditampilkan sebagai cara Tuhan tetap menyertai umat yang telah dibawa-Nya keluar dari tempat perbudakan di Mesir dan dipimpinnya berjalan ke tempat yang disediakan-Nya bagi mereka. Pemberian makan orang banyak oleh Yesus hendak menampilkan kembali pengalaman umat Perjanjian Lama ini. Namun mereka belum dapat melihat dia sebagai utusan dari Allah yang hendak menyertai mereka, juga kali ini.
Dalam peristiwa memberi makan orang banyak, Yesus juga ditampilkan bukan saja pembawa manna surgawi, melainkan kenyataan Tuhan menyertai mereka. Dialah makanan yang menopang orang dalam perjalanan menuju tempat yang dijanjikan. Inilah yang dimaksud dengan “tanda” dalam petikan Injil kali ini.
Orang banyak yang menemui Yesus kali itu diajak menimba kekayaan pengalaman iman leluhur mereka dan mempercayai tindakan ilahi yang kini sedang mereka alami. Kini Bapa yang ada di surga memberi kehidupan kepada umat dalam ujud kedatangan Yesus di tengah-tengah mereka. Namun mereka belum menyadarinya. Mereka baru melihat Yesus sebagai tokoh masyarakat, sebagai yang membela kepentingan mereka, sebagai orang yang diharapkan bisa berbicara demi kebutuhan mereka. Semua ini bagus dan terpuji. Namun bukan ke arah itulah Yesus tampil di tengah-tengah umat. Ia tampil sebagai kenyataan hadirnya Yang Ilahi di tengah umat untuk membawa mereka ke akhir perjalanan. Inilah kehidupan yang dibawakannya kepada orang banyak.
Memang umat Perjanjian Lama tahu bahwa dahulu kala Tuhan menghidupi umat dengan makanan dari langit, dengan manna. Tapi tidak mudah bagi mereka melihat serta menyadari bahwa peristiwa manna itu bukan semata-mata tindakan ilahi dahulu kala yang diceritakan kembali turun temurun dan dikeramatkan, melainkan masih berlangsung sekarang ini juga. Masalah iman bagi umat ketika itu ialah ketidakmampuan menyadari bahwa iman itu hidup, bukan sekadar ingatan yang dikeramatkan.
Bagi orang zaman sekarang, juga bagi orang yang tidak turun temurun menghayati kisah pemberian manna, petikan Injil kali ini tetap bisa bermanfaat. Diajarkan agar orang membiarkan iman menjadi bagian kehidupan, bahkan menjadi cara untuk menjalankan hal-hal yang dikehendaki Yang Maha Kuasa.
Foto Kredit: Makanan yang menghidupkan, fatherjohn.blogspot.com