Senin, 06 Juli 2015
St. Maria Goretti
warna liturgi Hijau
Bacaan
Kej. 28:10-22a; Mzm.
91:1-2,3-4,14-15ab; Mat. 9:18-26. BcO 1Sam. 17:57-18:9,20-30
Matius
9:18-26:
18 Sementara Yesus
berbicara demikian kepada mereka, datanglah seorang kepala rumah ibadat, lalu
menyembah Dia dan berkata: "Anakku perempuan baru saja meninggal, tetapi
datanglah dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, maka ia akan hidup." 19 Lalu
Yesuspun bangunlah dan mengikuti orang itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya.
20 Pada waktu itu seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya
menderita pendarahan maju mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jumbai
jubah-Nya. 21 Karena katanya dalam hatinya: "Asal kujamah saja jubah-Nya,
aku akan sembuh." 22 Tetapi Yesus berpaling dan memandang dia serta
berkata: "Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan
engkau." Maka sejak saat itu sembuhlah perempuan itu. 23 Ketika Yesus tiba
di rumah kepala rumah ibadat itu dan melihat peniup-peniup seruling dan orang
banyak ribut, 24 berkatalah Ia: "Pergilah, karena anak ini tidak mati,
tetapi tidur." Tetapi mereka menertawakan Dia. 25 Setelah orang banyak itu
diusir, Yesus masuk dan memegang tangan anak itu, lalu bangkitlah anak itu. 26 Maka
tersiarlah kabar tentang hal itu ke seluruh daerah itu.
Renungan:
Kata seorang kepala rumah
ibadat kepada Yesus, "Anakku perempuan baru saja meninggal, tetapi
datanglah dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, maka ia akan hidup" (Mat
9:18). Ia menaruh keyakinan pada Yesus. Ia percaya Yesus akan menghidupkan
anaknya yang telah mati. Umumnya orang tua akan tinggal di rumah kala ada
anaknya meninggal dunia. Namun keyakinan dan kepercayaanNya pada Yesus membuat
sang kepala rumah ibadat pergi meninggalkan jenasah anaknya dan menemui Yesus.
Saya tertarik dengan
tindakan kepala rumah ibadat ini. Dalam duka ia punya harapan. Dan dalam
situasi seperti itu ia bergerak menggapai harapannya. Sering kita pun berada
dalam situasi murung, sedih dan duka. Namun belajar dari kepala rumah ibadat
ini marilah kita tetap mempunyai harapan dan bergerak mewujudkannya.
Kontemplasi:
Pejamkan sejenak matamu.
Bayangkan kala dirimu berduka. Temukan harapan yang menggerakkanmu untuk
bangkit.
Refleksi:
Roh kebangkitan apa yang
kumiliki untuk bangkit dari situasi duka?
Doa:
Ya Yesus semoga aku mampu
menemukan harapan dan bergerak mewujudkannya kala dilingkupi suasana duka. Amin.
Perutusan:
Aku akan bangkit bergerak
walau masih berada dalam duka.-nasp-
0 comments:
Post a Comment