Jumat, 24 Juli 2015
St. Sharbel Makhluf,
Niceforus, Yohanes Soret, Luisa dr Savoyen
warna liturgi Hijau
Bacaan
Kel. 20:1-17; Mzm.
19:8,9,10,11; Mat. 13:18-23. BcO 1Raj. 3:5-28
Matius
13:18-23:
18 Karena itu, dengarlah
arti perumpamaan penabur itu. 19 Kepada setiap orang yang mendengar firman
tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan
merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di
pinggir jalan. 20 Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang
yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. 21 Tetapi ia
tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan
karena firman itu, orang itupun segera murtad. 22 Yang ditaburkan di tengah
semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan
tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. 23 Yang
ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan
mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam
puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat."
Renungan:
Dalam pemilihan pasangan
seringkali ada perbedaan pendapat antara anak dan orang tua. Dalam pandangan
orang tua yang diperhitungkan adalah bibit, bobot dan bebet. Mungkin dalam diri
sang anak juga ada itu, tapi cinta yang telah terbangun menjadi dasar pilihan
utamanya.
Rasanya kedua hal itu
layak menjadi pertimbangan yang sama. Bibit yang bagus tidak bisa bertumbuh
dengan baik di lahan yang kering dan berduri. Lahan yang bagus juga sulit
menghasilkan buah yang baik kalau bibitnya dan perawatannya tidak memadai.
Keselarasan ini menjadi tantangan. Bagi bibit yang kurang bagus kalau diolah
dengan baik akan menghasilkan pribadi yang baik. Dan dari tanah yang kering dan
berduri kalau diolah dengan baik maka bibit yang baik pun akan bertumbuh dengan
baik.
Rasanya panggilan kita
adalah menjadikan segalanya menjadi baik. Panggilan ini bisa terwujud kala ada
kerjasama yang baik pihak-pihak yang bersangkutan. Ada kerelaan dari
masing-masing pihak untuk menanggalkan apa yang mengganggu sekalipun hal itu
disukai dan telah menjadi kebiasaan. Dengan demikian bibit pun akan bertumbuh
dengan baik di lahan yang subur.
Kontemplasi:
Pejamkan sejenak matamu.
Bayangkan dirimu merawat tanaman dari bibit disemai sampai menghasilkan panenan.
Refleksi:
Bagaimana
menumbuhkembangkan bibit baik kehidupan ini?
Doa:
Tuhan, sertailah
ketekunanku merawat pertumbuhan bibit-bibit kebaikan di dunia yang sering
mengancamnya. Amin.
Perutusan:
Aku akan merawat dan
mengolah bibit kebaikan yang kutanam. -nasp-
0 comments:
Post a Comment