Rabu, 22 Juli 2015
Peringatan Wajib
St. Maria Magdalena
warna liturgi Putih
Bacaan
Kid. 3:1-4a atau 2Kor.
5:14-17; Mzm. 63:2,3-4,5-6,8-9; Yoh. 20:1,11-18. BcO 1Taw. 22:5-19
Yohanes
20:1,11-18:
1 Pada hari pertama
minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Maria Magdalena
ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur. 11 Tetapi
Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis. Sambil menangis ia menjenguk ke
dalam kubur itu, 12 dan tampaklah olehnya dua orang malaikat berpakaian putih,
yang seorang duduk di sebelah kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat
mayat Yesus terbaring. 13 Kata malaikat-malaikat itu kepadanya: "Ibu,
mengapa engkau menangis?" Jawab Maria kepada mereka: "Tuhanku telah
diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan." 14 Sesudah
berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri di situ,
tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. 15 Kata Yesus kepadanya:
"Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?" Maria
menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepada-Nya: "Tuan,
jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia,
supaya aku dapat mengambil-Nya." 16 Kata Yesus kepadanya:
"Maria!" Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani:
"Rabuni!", artinya Guru. 17 Kata Yesus kepadanya: "Janganlah
engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada
saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi
kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu." 18 Maria
Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid: "Aku telah melihat Tuhan!"
dan juga bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu kepadanya.
Renungan:
Dalam suatu pemakaman
seorang ibu menangis histeris sampai pingsan. Ia tidak kuasa menahan kepedihan
kala suaminya dimakamkan. Beberapa hari sesudahnya ia pun masih sering linglung
karena kepedihannya.
Kehilangan orang yang
dikasihi tentu tidak mudah. Maria yang begitu mencintai Yesus merasa sungguh
sedih kala Yesus wafat di salib. Ia menangis dan duduk di makam Yesus. Ia
meratapi kematianNya. Namun kepedihannya sirna kala Yesus menemuinya.
Dalam kepedihan kita pun
mesti membangun harapan. Siapa pun bisa sedih. Namun rasanya kesedihan tidak
boleh menguasai kita. Kita tetap harus bangkit dalam kekuatan harapan akan
kehidupan. Ketika kita punya harapan maka kebahagiaan akan hadir.
Kontemplasi:
Duduklah dengan tenang.
Ingatlah segala usahamu untuk bangkit dari kepedihan.
Refleksi:
Bagaimana anda bangkit
dari kepedihan?
Doa:
Tuhan kuatkanlah mereka
yang sedang bersedih hati. Semoga mempunyai harapan untuk bangkit dari
kesedihannya. Amin.
Perutusan:
Aku akan menguatkan
mereka yang lagi bersedih. -nasp-
0 comments:
Post a Comment